Laporan Romualdus Pius
Makan Pisang Lengket Bayi Jari Dempet
ENTAH sekadar mitos atau nyata. Namun warga di Kabupaten Ende punya kepercayaan ibu hamil jangan sekali-kali makan pisang dempet. Jika melanggarnya, maka anak yang ada dalam kandungannya akan dempet.
ENTAH sekadar mitos atau nyata. Namun warga di Kabupaten Ende punya kepercayaan ibu hamil jangan sekali-kali makan pisang dempet. Jika melanggarnya, maka anak yang ada dalam kandungannya akan dempet.
Kejadian itu dialami Ny. Riska Fitriani, istri dari Blasius Mboja warga asal Kampung Sogoroga, Desa Wolokaro, Kecamatan Ende, Kabupaten Ende. Saat ditemui di rumah anggota DPRD Ende, Oktavianus Moa Mesi, Minggu (27/2/2011) malam, Riska menuturkan pada saat usia kehamilannya memasuki bulan kedua, dia makan pisang jenis beranga yang dempet.
"Saat itu saya lapar sekali dan kebetulan ada pisang, maka saya langsung makan tanpa saya tahu apa akibatnya jika makan pisang dempet," kata Riska.
Usai makan pisang dempet, tutur Riksa, dia tidak merasakan dampak apa-apa. Bahkan hingga melahirkan bayi kedua secara normal di Puskesmas Riaraja. Saat melahirkan anaknya, tutur Riska, baru lihat ada kelainan di bayi. Ternyata semua jari tangan dan jari kaki anaknya berdempetan.
Kelainan lain yang dialami bayi yang diberi nama Paulina Anggriani Rero, adalah kepalanya mulai dari ubun-ubun hingga bagian belakang kepalanya sangat lembek. Langit-langitnya juga tidak normal seperti bayi pada umumnya.
Kelainan pada rongga mulut membuat sang bayi tidak bebas mengosumsi makanan karena terkadang tersedak oleh makanan yang masuk ke dalam mulutnya.
Saat melihat kelainan pada bayi ini, jelas Riska, dia lantas ditanyai nenek sang bayi tentang kemungkinan dia makan pisang dempet ketika hamil. Riska tak mengelak dan mengakuinya terus terang. Riksa tidak mengetahui pantangan itu. Dia juga tidak tahu ada dampaknya jika makan pisang dempet.
Pantangan lain yang dipercaya warga Ende adalah jika sang istri sedang hamil, maka sang ayah tidak boleh menyembelih hewan atau melakukan perbuatan negatif karena akan berpengaruh pada janin yang sedang dikandung istri.
Terlepas dari mitos, yang pasti bayi Ny. Riksa memang membutuhkan pertolongan dari dermawan. Soalnya, berdasarkan pemeriksaan dokter di RSUD Ende sang bayi hanya bisa dioperasi di Bali atau Surabaya. Biaya yang dibutuhkan berkisar Rp 30 juta hingga Rp 40 juta.
Tentu bukan biaya yang kecil bagi pasangan suami istri yang hanya seorang petani di sebuah desa yang berjarak sekitar 16 km dari Kota Ende ini.
Bayi yang dilahirkan pada 31 Desember 2010 yang kini berusia 2 bulan ini memang sangat membutuhkan pertolongan dari para dermawan. Adakah dermawan yang terketuk hatinya? (rom)