Oleh Maria Matildis Banda

Badai

KALAU saja ada kapal yang cukup representatif bagi transportasi laut, ada kapal yang lebih kuat dari feri, yang sanggup menghadapi badai laut NTT, kepalanya tidak perlu pusing tujuh keliling seperti ini. Upacara pernikahan saudara ipar akan dilaksanakan sebelum tanggal 19 Januari, sementara pelayaran kapal motor penyeberangan atau KMP sejenis feri untuk semua lintasan di Nusa Tenggara Timur dihentikan.

KALAU saja ada kapal yang cukup representatif bagi transportasi laut, ada kapal yang lebih kuat dari feri, yang sanggup menghadapi badai laut NTT,  kepalanya tidak perlu pusing tujuh keliling seperti ini. Upacara pernikahan saudara ipar akan dilaksanakan  sebelum tanggal 19 Januari, sementara pelayaran kapal motor penyeberangan atau KMP sejenis feri untuk semua lintasan di Nusa Tenggara Timur dihentikan.

Tinggi gelombang laut di perairan NTT antara empat sampai enam meter, berbahaya untuk kapal feri. Cuaca di laut masih membahayakan kapal-kapal seperti  feri. Semua pelayaran kapal feri ditutup sampai cuaca benar-benar normal.

"Kapan normalnya?"
"Bisa jadi sampai lewat tanggal 19!"

"Aduh, muka saya mau ditaruh dimana? Kakak ipar dan keluarganya pasti marah besar karena sapi, babi yang saya bawa untuk urus adat tidak sampai pada waktunya". Rara kecewa berat. Bisa saja dia jual sapi, babi, bawa uang dan nantinya beli sapi babi di Kupang. Tetapi jual di musim ini harga jatuh jauh dan hasil penjualan tidak bisa mendapatkan sapi dan babi dengan berat dan besar yang sama. Lagi pula ini sapi dan babi piaraan sendiri, gemuk besar dan berat. Kalau jual harga jatuh, bagaimana ruginya?"

***
Apa  boleh buat, NTT sejak jaman dulu cerita KMP dihentikan pada musim-musim tertentu sudah jadi tradisi. Tidak berdaya menghadapi musim dan gelombang laut  ganas yang tidak cocok untuk kapal sejenis feri.

"Kapan ya, ada kapal yang benar-benar representatif untuk NTT? Siapa ya yang mesti berpikir untuk mengatasi masalah ini?" Tanya Rara dengan kecewa.

"Sudah tradisi! Tidak perlu pikir! Ha ha buat pusing kepala saja. Kapal tenggelam saja sampai sekarang tenggelam terus, pelabuhan yang ada saja morat-marit penggunaannya."

"Tetapi saya mesti sampai Kupang sebelum tanggal 19 bulan ini!"

"Naik pesawat saja!"

"Saya bawa rombongan keluarga sebanyak sepuluh orang!"

"Sudahlah! Sekali-sekali tunjuk gigi sedikit. Naik pesawat naik gengsi. Pasti juga puji-puji untukmu datang dan nona-nona pun mendekat bukan?" Jaki terus menambah kekalutan hati Rara.  

"Ada pesawat yang bisa muat sapi dan babi?" Rara marah bukan main-main. "Lagi pula saudara-saudari saya yang lain ada yang bawa kambing, ayam, jagung, beras, sayur. Apa semuanya mau naik pesawat? Mereka hanya orang orang biasa yang tidak punya duit banyak seperti kamu Jaki."

 "Cari yang harga promo, aman bukan? Sekarang penerbangan lagi murah-murahnya," kata Jaki lagi.
"Maunya begitu. Tetapi pesawat tidak bisa muat ayam, kambing, babi, beras dua karung, jagung, kentang, labu jepang, labu siam, lombok tomat...

"Itu Nona Mia dan Benza datang! Jaga gengsi, kawan!" Jaki mengubah ekspresi seratus delapan puluh derajat. "Kamu bisa carter pesawat!"
***
"Halo Nona Mia, apa khabar?" Rara dan Jaki serentak berdiri juga serentak lupa kalau Nona Mia datang dengan Benza.

"Jadi ke Kupang? Khabarnya ada urus adat pernikahan adiknya ipar ya? Wah, calon mertuanya pasti senang sekali rombongan keluarga datang. Tetapi sayang ya, KMP feri lagi dihentikan sementara," kata Jaki.

"Mau  carter pesawat, Nona Mia!" Rara jaga gengsi. "Biar bisa jalan dengan segenap anggota keluarga. Sekalian muat sapi, babi, kambing, ayam, beras, jagung, sayur mayur ke Kupang," kata Rara berusaha menyembunyikan kenyataan.  

"Carter pesawat?" Benza mengkerut. "Muat sapi, babi?"
"Carter pesawat? Sejak kapan muat sapi dan babi?" Nona Mia tertawa.

"Soalnya kapal laut sejenis feri tidak berlayar," sambung Jaki.

"Jadi saya mau naik pesawat saja. Ditambah Lembata, bukankah ada tujuh lapangan terbang di Flores? Lewat Labuan Bajo, Ruteng, Soa, Ende, Maumere, atau Larantuka. Oh ya? Apakah di Nagekeo juga sudah jadi lapangan terbangnya? Terbang lewat sana saja. Kebetulan sapi yang mau dibawa ke Kupang ada di Danga..."
***
Itulah NTT. Flores apa lagi! Hebat bukan main. Tiap kabupaten satu lapangan terbang. Sementara jalan darat lintas desa, lintas kecamatan, lintas kabupaten berantakan dan selalu  oleng, hancur, dan putus pada musim tertentu. Transportasi laut pun selalu masuk ke lubang tradisi, pingsan bahkan koma setiap musim.

Masyarakat benar-benar berjuang sendiri melangkahkan kaki dari gunung ke desa, kecamatan, kabupaten, dan seterusnya memperjuangkan kehidupannya. Transportasi umum laut dan darat bagi masyarakat kelas menengah ke bawah, petani, nelayan, pegawai rendahan dan rakyat biasa serba tanggung kondisinya.  

"Kalau saja transportasi laut kita bisa menjamin ya," Nona Mia prihatin.

"Oh, tidak! Saya mau naik pesawat saja. Sapi, babi, kambing, ayam masuk bagasi bisakah?" Tanya Rara. "Oh, pasti bisa he he he," Rara pun tertawa.
"Sekalian saja bawa lombok, garam dan terasi naik pesawat," suara Nona Mia terasa mentah.

"Jangan lupa bius itu sapi, babi, kambing, ayam biar diam selama perjalanan ya," sambung Benza sambil tersenyum sinis.
***
Rara merasa di atas angin, gara-gara malas berpikir. Dia berencana untuk memperjuangkan anggaran untuk lapangan terbang dan pesawat khusus untuk muat kerbau, sapi, babi, dan berbagai bahan pangan lainnya. Soal transportasi darat, biar saja bongkar bangkir dari musim ke musim. Soal transportasi laut, dia yakinkan dirinya sekali lagi untuk ikut tradisi saja sejak jaman dulu kala. *

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved