Oleh Dion DB Putra
Menguji Kesabaran
PARADOKS sepakbola mulai menampakkan wajahnya di bumi Bafana Afrika Selatan. Spanyol dengan agresivitasnya yang enak ditonton, dengan semangat tempur luar biasa sejak menit pertama, dengan segudang pemain terbaik dunia justru keok menghadapi tim medioker Eropa, Swiss.
PARADOKS sepakbola mulai menampakkan wajahnya di bumi Bafana Afrika Selatan. Spanyol dengan agresivitasnya yang enak ditonton, dengan semangat tempur luar biasa sejak menit pertama, dengan segudang pemain terbaik dunia justru keok menghadapi tim medioker Eropa, Swiss.
Jika dilukiskan sebagai kejutan, maka kekalahan Spanyol pada laga pembuka Grup H merupakan kejutan terheboh di South Africa 2010. Juara Eropa 2008 yang menyajikan sepakbola menyerang dengan sangat apik malah tak sanggup memetik poin. Jalan El Matador kini semakin menanjak. Puncak makin jauh dari genggaman La Furia Roja.
Tentu banyak fans Espana yang kecewa. Tidak menduga Spanyol yang meraih hasil 100 persen di babak kualifikasi justru menjadi satu-satunya tim unggulan yang tersungkur di laga perdana. Swiss kini tercatat untuk kesekian kalinya dalam sejarah Piala Dunia sebagai tim pembunuh raksasa. Swiss memompakan ketegangan bola yang bikin event Piala Dunia selalu menarik perhatian sejak hari pertama hingga grandfinal.
Ottmar Hitzfeld, pelatih Swiss asal Jerman yang sarat pengalaman di level tertinggi sepakbola membuktikan janjinya tidak takut terhadap nama besar Spanyol. Hitzfeld sungguh seorang ahli Matematika. Dia membuat kalkukasi cermat menghadapi raja Eropa. Meski dua pemain andalannya Alexander Frei dan Volan Behlami absen karena cedera, tidak mengurangi kecerdasan Hitzfeld meracik strategi jitu di lapangan.
Sejak menangani klub papan atas Jerman, Borussia Dortmund dan Bayern Muenchen, Hitzfeld sangat fanatik pada formasi 4-4-2. Formasi itu pula yang dipilihnya meladeni agresivitas Spanyol racikan Vicente del Bosque dalam skema 4-2-3-1. Tapi bukan formasi itu yang membawa Swiss sukses menaklukkan Spanyol.
Kunci sukses Swiss di Durban, Rabu (16/6/2010) malam adalah kesabaran menghadapi Amukan si Merah La Furia Roja. Mereka bermain dengan semangat tahu diri. Mengenal keterbatasan tim. Kalau ikut agresif akan habis dalam sekejap menghadapi Spanyol yang sangat perkasa di lapangan tengah serta memiliki striker kelas dunia dengan reputasi meyakinkan.
Malam itu Swiss bermain sangat sabar sejak menit pertama. Sabar dan disiplin mengawal ke manapun anak Spanyol bergerak. Sabar tak identik dengan bertahan total. Para pemain Swiss sabar mengikuti goyangan Espana lewat sentuhan satu dua Andres Iniesta, Xavi dan David Villa. Kesabaran Reto Ziegler, Philipe Senderos, Grichting, Goklan Inler, Barnetta dan Benjamin Huggel membuat para pemain Spanyol kehilangan kesempatan membombardir gawang Swiss dengan leluasa.
Swiss juga disiplin tapi tidak kasar sehinggga luput dari kesalahan fatal. Mereka membiarkan Villa, Xavi dan Iniesta meliuk-liuk sampai kotak penalti. Lewat man to man marking apik liukan El Matador tanpa hasil. Tak satupun gol mengoyak gawang Diego Benaglio. Gol Swiss menit ke-51 lewat kaki Gelson Fernandes membuktikan filosofi Hitzfeld: membunuh pada saat yang tepat. Setiap peluang harus membuahkan gol!
Spanyol justru tidak memiliki kesabaran itu. Setelah ketinggalan, serangan Spanyol semakin menggila dalam cara yang sama. Tim kreatif yang bertumpu pada Xavi, Iniesta dan Alonso sudah kehabisan gagasan. Masuknya Jesus Navas yang gesit menusuk dari sayap kanan serta striker Fernando Torres tidak mengubah keadaan karena Swiss semakin kokoh membangun tembok pertahanan sejak di luar area 16 meter.
Lain Espana lain pula tim Selecao Brasil. Korea Utara yang menjadi lawan pertama Brasil di Grup G justru mempertontonkan sepakbola ultra-defensif. Agak berbeda dengan Swiss. Brasil yang sama agresif dengan Spanyol bisa lolos dari ujian perdana karena pasukan Dunga bermain lebih sabar dan mampu menjaga ritme selama 90 menit.
Titik balik Brasil terjadi pada masa 45 menit kedua. Kaka, Robinho, Elano, Michel Bastos dan Luis Fabiano tidak buru-buru menggempur seperti babak pertama. Mereka memancing Jong Tae Se dkk keluar sarang. Setidaknya mau berduel di blok tengah. Hasilnya nyata lewat gol indah Maicon menit ke-55 memanfaatkan umpan Elano di sisi kiri pertahanan Korea Utara.
Gerak maju bek Inter Milan itu mengecoh perhatian pemain belakang Korea Utara yang fokus mengawal Kaka, Robinho dan Fabiano. Maicon yang meluncur dari sayap kanan melepas bola lengkung dari sudut sempit. Kiper Ri Myong Guk terpedaya.
Gol Elano menit ke-72 menyambar assist Robinho di tengah kerumuman pemain belakang Korea Utara melengkapi kreativitas tim Samba. Bahwa akhirnya gawang Julio Cesar jebol juga pada menit ke-89 hasil tembakan bek Ji Yu Nam, itu menunjukkan watak Brasil sejak dahulu kala.
Kalau sudah unggul biasa mereka agak lengah. Suka memainkan bola demi merawat keindahaan. Mudah-mudahan pelajaran dari Korea Utara menjadi peringatan dini buat Dunga yang punya misi besar mempertahankan dominasi goyang Samba hingga 11 Juli 2010 mendatang.
Bermain sabar juga menjadi kunci sukses Argentina saat menghadapi tim super power dari Afrika, Nigeria dalam laga perdana Grup B. Meski tampil kurang meyakinkan, Maradona mampu membangun tim yang bisa menjaga harmonisasi permainan. Argentina tidak asal menggempur.
Lionel Messi dkk bermain lebih sabar sehingga bisa mengimbangi Nigeria yang secara fisik sangat kuat dan kerap memperagakan permainan keras lewat duel fisik. Nigeria pun terbawa irama Tango dan akhirnya tumbang.
Kesabaran dan harmoniasasi pula yang melambungkan martabat Argentina sebagai salah satu tim unggulan juara ketika menggilas jagoan benua Asia, Korea Selatan 4-1 di Stadion Soccer City, Johannesburg semalam. Dan, Messi memperlihatkan kebesaran jiwanya sebagai pemain bintang. Messi yang menjadi fokus bidikan pemain Korea lebih berperan sebagai pelayan bagi rekan-rekannya. Dia melayani
Angel Di Maria yang beroperasi dari sayap kanan. Messi juga membuka ruang bagi striker Gonzalo Higuain untuk mencetak hattrick yang menempatkan Argentina sebagai tim pertama yang lolos ke perdelapanfinal. Bravo Diego. Salut buat Armando Maradona! Dengan kemenangan beruntun pupuslah sudah keraguan atas kepakaran Maradona sebagai pelatih kepala.
Piala Dunia 2010 memang baru bergulir selama sepekan. Masih panjang dan berliku jalan menuju gelar juara dunia. Tim mana yang bakal memenangi Piala Dunia musim ini agaknya mesti memilih jalan kesabaran. Sabar, disiplin serta tetap rendah hati menghadapi lawan dalam siatuasi apapun.
Dalam event akbar Piala Dunia selalu berlaku prinsip ini: Bukan cara memulainya, tetapi bagaimana cara Anda mengakhiri kejuaraan. Pemenang atau pencundang! Spanyol memulai langkah memalukan. Namun, dunia belum kiamat bagi Espana. Segala kemungkinan masih bisa terjadi pada hari-hari mendatang. Begitulah misteri bola yang senantiasa menghipnotis dan menghibur dunia.*