Oleh Maria Matildis Banda
Antara Sri Mulyani dan Nona Mia
APA persamaan antara Sri Mulyani dan Nona Mia? Pertanyaan yang sulit dijawab jika jawaban sulit, dan gampang jawabannya jika mau mendapat jawaban gampang. Soalnya, Sri Mulyani jabatannya Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan prestasi nasional, ASEAN, ASIA, bahkan dunia. Reputasinya luar biasa, bahkan pernah terpilih menjadi Direktur Eksekutif Dana Moneter Internasional.
APA persamaan antara Sri Mulyani dan Nona Mia? Pertanyaan yang sulit dijawab jika jawaban sulit, dan gampang jawabannya jika mau mendapat jawaban gampang. Soalnya, Sri Mulyani jabatannya Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan prestasi nasional, ASEAN, ASIA, bahkan dunia. Reputasinya luar biasa, bahkan pernah terpilih menjadi Direktur Eksekutif Dana Moneter Internasional.
Sedangkan Nona Mia adalah seorang guru SD dan sekarang menjabat sebagai kepala sekolah. Reputasi Nona Mia dalam bidang pendidikan diakui masyarakat pendidikan dan pemerintah daerah setempat.
Persamaannya, keduanya sama-sama srikandi, sama-sama perempuan kuat, reformis, dan sama-sama mengundurkan diri dari jabatannya. Sri Mulyani mundur dari jabatan bergengsi Menteri Keuangan. Nona Mia mundur dari jabatan bergengsi Kepala Dinas Pendidikan. Sri Mulyani karena ditawarkan menjadi orang penting kedua Bank Dunia. Nona Mia mundur karena merasa gagal sebagai kepala sekolah sebab sekolahnya menjadi juru kunci atau bagian dari juru kunci ujian nasional.
***
"Kenapa Nona Mia harus mundur?"
Rupanya Nona Mia stres dengan pelajaran bahasa Indonesia. Anak-anak muridnya struktur berpikirnya bagus. Hal ini tampak dari setiap karya tulis yang dibuatnya. Kalau menulis selalu mendapat angka di atas 8, kalau buat puisi, cerpen, pasti dapat pujian. Sepanjang tiga tahun sekolah, namanya selalu muncul di majalah dinding, dan majalah sekolah. Juara Bahasa Indonesia di sekolah dan selalu mendapat poin tinggi. Pendeknya, dia penulis terkenal di seantero sekolah. Tetapi gagal ujian nasional gara-gara pelajaran Bahasa Indonesianya anjlok di bawah standar. Oh, ujian nasional! Bagaimana bisa mengobati hati anakku yang luka? Bagaimana memenuhi harapan guru yang sudah mengajar tikam kepala? Bagaimana mungkin UN menghanguskan prestasi anak selama tiga tahun ini? Mungkin saja ini hanya satu kasus. Tetapi satu, dua, tiga, atau banyak kasus tetaplah menggarisbawahi bahwa UN tidak dapat dijadikan dasar untuk menentukan kelulusan anak. Sebagai kepala sekolah dia merasa sangat sakit hati.
***
Meskipun berbusa-busa protes dilontarkan, toh UN tetap UN. Hasilnya tetap memperlihatkan wajah pendidikan kita yang sebenarnya. Menjadi bagian dari juru kunci atau juru kunci dalam arti sebenarnya. Siapakah yang bertanggung jawab untuk kegagalan ini? Lagi-lagi yang dituduh kepala sekolah dan guru-guru. Berkali-kali try out, dengan berbagai cara guru berpacu dengan waktu untuk selesaikan bahan. Anak-anak ngos-ngosan setiap hari untuk kejar bahan dan hafal semua bahan. Setiap hari guru-guru dan murid berlomba mengejar waktu menuju UN. Capek dan lelah dan hasilnya nol persen, satu persen, tujuh persen. Apa sebenarnya yang terjadi? Dirinya merasa patah, karena selalu dan lagi-lagi guru dan kepala sekolah dianggap sebagai biang kerok. Sebagai kepala sekolah dia merasa benar-benar gagal, tidak dapat berbuat apa-apa.
Nona Mia pun mengundurkan diri.
***
"Nona Mia dan Sri Mulyani sama-sama mundur dari jabatannya. Sri Mulyani akan menjadi Direktur Bank Dunia per satu Juni mendatang, dengan gaji 476.000 dollar AS atau sekitar Rp 4,3 miliar pertahun. Nona Mia akan menjadi guru biasa saja, dengan gaji sekitar Rp 25 juta pertahun, hanya nol koma nol sekian-sekian dari gaji Sri Mulyani?" Rara geleng-geleng kepala tidak setuju dibangun hubungan antara Sri Mulyani dan Nona Mia.
"Dari sisi gaji saja tidak dapat dibandingan sama sekali, apalagi soal status jabatan, pengaruh, masa depan, dan lain-lain. Sungguh-sungguh tidak cocok membandingkan Sri dan Mia," sambung Rara lagi.
"Sri Mulyani dan Nona Mia adalah langit dan bumi," Rara tertawa sinis.
"Karena itulah kita bicara perbandingan, mencoba mencermati hal-hal yang sama dari Sri dan Mia," kata Benza.
"Apa yang bisa dibandingkan? Hal-hal apa saja yang dipandang sama? Sri orang besar terkenal di seluruh dunia. Sedangkan Nona Mia si guru kecil ini, pahlawan tanpa tanda jasa ini, siapa yang kenal?" Rara sambung-menyambung. "Apa yang sama?"
***
"Yang pasti keduanya sama-sama pendidik. Nona Mia guru SD, Sri gurunya mahasiswa. Nona Mia dosen PGSD di daerahnya, Sri dosen di Universitas Indonesia yang pernah juga menjadi asisten profesor Univercity of Illinois at Urbana USA. Sebagai ibu dan sebagai pendidik keduanya sama. Sama-sama ingin yang terbaik bagi anak-anak didiknya. Sama-sama bisa terluka jika peran mereka untuk mendidik bangsa ini mendapat berbagai tekanan formal maupun non formal," Benza berusaha menjelaskan.
"Tetapi Sri Mulyani mundur diri didukung presiden. Sedangkan Nona Mia mundur diri langsung dapat kritikan pedas dari Jaki Bapak Kepala Dinas," Rara memancing emosi Jaki. "Seharunya kamu yang mundur diri. Bukan begitu Bapak Jaki? Seharusnya Bapak Jaki yang mundur diri, bukan Nona Mia!"
"Bagaimana menurutmu Bapak Jaki?" Tanya Benza.
"Saya akan segera mutasi Nona Mia ke sekolah yang paling terpencil dari semua terpencil. Ini hukuman disiplin dari kegagalannya sebagai kepala sekolah yang mundur dari jabatannya!"
***
"Bagaimana menurutmu Nona Mia? Apakah menurutmu Jaki juga harus dimutasi karena kegagalannya? Apakah Jaki juga merasa gagal? Ataukah hanya dirimu sendiri yang merasa gagal?" Tanya Benza.
Nona Mia diam seribu bahasa. Sama halnya dengan Sri Mulyani yang juga diam. Keduanya adalah Ibu... Ibu kita semua. *