Oleh Ustad Jefri Al Buchori
Barokah Dalam Sahur
MAKAN sahur menjadi pembeda antara puasanya umat Rasulullah Muhammad SAW dengan puasanya Ahlul Kitab. Tidak ada syariat makan sahur di dalam puasanya Ahlul Kitab.
Sementara umat Islam disyaratkan makan sahur, baik ketika melaksanakan puasa Ramadhan maupun puasa lain di luar Ramadhan.
Sahabat Amr bin 'Ash ra menyampaikan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Pembeda antara puasa kita dengan puasanya Ahli Kitab adalah makan sahur." (HR Muslim)
Sahur memiliki keutamaan. Ia adalah barokah. Dengan makan sahur berarti kita mengikuti sunah Nabi Muhammad. Selain itu tubuh kita juga menjadi kuat. Dengan sahur, puasa kita pun menjadi ringan karena tubuh kita kuat dan semangat pun bertambah.
Dari Salman ra, Rasulullah SAW bersabda, "Barokah itu ada pada tiga perkara, yaitu Al-Jama'ah, Ats-Tsarid, dan makan sahur." (HR Thabrani). Tentang barokah ini, Abu Hurairah ra juga meriwayatkannya. Nabi Muhammad bersabda, "Sesungguhnya Allah menjadikan barokah pada makan sahur dan takaran." (HR As-Syirazy)
Hadis lain yang mengungkap adanya kandungan barokah dalam makan sahur juga diungkap oleh Abdullah bin Al-Harits ra yang meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda. "Sesungguhnya makan sahur adalah barokah yang Allah berikan kepada kalian, maka janganlah kalian tinggalkan." (HR Nasa'i dan Ahmad)
Selain mendapat barokah, terhadap para shoim yang sedang makan sahur, mereka pun mendapat salawat dari Allah SWT dan para malaikat-Nya. Salawat itu meliputi limpahan ampunan-Nya dan rahmat-Nya.
Untuk para shoimin yang bersahur, selain menyampaikan salawat kepada mereka, para malaikat juga memohon dengan doa kepada Allah agar kesalahan-kesalahan mereka yang berpuasa Ramadan itu diampuni. Malaikat juga berdoa kiranya mereka yang bersahur tergolong orang-orang yang dibebaskan dari siksa api neraka.
Dari Abu Sa'id Al-Khudri ra, Rasulullah Muhammad SAW bersabda, "Sahur itu makanan yang barokah, janganlah kalian meninggalkannya walaupun hanya meminum seteguk air, karena Allah dan malaikat-Nya bersalawat kepada orang-orang yang sahur."
Oleh sebab itu, hendaknya kita tidak menyia-nyiakan pahala yang besar ini dari Rabb Yang Maha Pengasih. Kita hendaknya bersungguh-sungguh untuk bersahur walau hanya dengan seteguk air, karena keutamaan yang disebutkan tadi. Nabi Muhammad bersabda, "Makan sahurlah kalian walau dengan seteguk air."
Makan sahur yang afdal adalah dengan mengakhirkannya. Ini sunah Nabi. Dikisahkan bahwa pada suatu hari, Rasulullah bersama sahabat Zaid bin Tsabit ra bersantap sahur bersama. Ketika selesai makan sahur, Nabi kemudian bangkit untuk salat subuh. Jarak (selang waktu) antara sahurnya Nabi itu dengan masuknya salat subuh, kira-kira seperti lamanya seseorang membaca lima puluh ayat di Kitabullah.
Anas ra meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit ra, "Kami makan sahur bersama Rasululloh kemudian beliau salat." Aku tanyakan (kata Anas), "Berapa lama jarak antara adzan dan sahur?" Zaid menjawab, "Kira-kira 50 ayat membaca Al-Qur'an." (HR Bukhari dan Muslim)
Wahai hamba Allah, semoga Allah membimbing kita semua selama kita melaksanakan puasa Ramadhan. Kita diperbolehkan makan, minum, dan bersebadan dengan istri yang syah di malam hari. Allah dan Rasul-Nya telah menerangkan batasan-batasannya sehingga menjadi jelas.
Allah Jalla Sya'nuhu juga memaafkan kesalahan, kelupaan, serta membolehkan kita makan, minum, dan bersebadan, selama belum ada kejelasan. Sedangkan keraguan hanyalah milik mereka yang belum mendapat penjelasan. Sesungguhnya kejelasan adalah satu keyakinan yang tidak ada keraguan lagi. (*)