Yang Tersisa dari Safari Media-Oxfam GB (1)
Sekarang Sumber Air Su Dekat.....
ATAMBUA, POS KUPANG.COM --- SAFARI media bersama Oxfam GB bekerja sama dengan Pusat Pengembangan Sosial Ekonomi-Keuskupan Atambua (PPSE-KA) didukung European Commission Humanitarian Aid Department (ECHO) masih menyisakan cerita. Krisis air bersih nyaris terlupakan. Desa-desa yang dikunjungi, seperti Tukuneno (Dusun Tala), Naekasa, Teun, Raimanus dan Baudaok tanggal 5-7 Agustus 2009 lalu, rata-rata mengalami krisis air bersih.
Di Dusun Tala, misalnya, jika dilihat dari topografinya, letaknya tidak seberapa jauh dari Kota Atambua. Hanya butuh waktu 10 menit sudah tiba di Tala. Tapi siapa sangka, wilayah dusun ini hampir lepas dari perhatian? Arus transportasi ke daerah ini lancar. Maklum jalan raya ke dusun ini sudah diaspal. Namun kendala yang dihadapi selama ini soal air bersih. Warga di Tala sepertinya mendapat durian runtuh.
Oxfam GB dan PPSE-KA ibarat dua 'dewa penyelamat' bagi warga Tala. Krisis air bersih yang dialami warga terjawab dengan kehadiran Oxfam GB. "Oxfam GB tidak saja memberikan pendampingan soal bagaimana cara menanam sayur mayur, tapi juga membantu kami air bersih. Sekarang kami sudah tidak susah air lagi. Sekarang sumber air su dekat, berkat Oxfam GB dan PPSE-KA," ujar pemandu Kelompok Tani Kamboja Tala, Albertus Ato, Gaudensia Bela dan Beatrix Mako, menirukan bunyi iklan air aqua di televisi.
Pernyataan para pemandu ini ada benarnya. Ketika tim safari media tiba pertama kali di dusun ini, terlihat dengan jelas bak air minum bercat biru. Pada dinding kiri kanan tertulis "Oxfam bekerja sama dengan PPSE-KA dan FIELD". Oxfam sangat paham bahwa untuk menanam sayur mayur air memegang peran penting. Untuk itu, sebelum petani dimotivasi menanam sayur, manajemen Oxfam GB menanyakan terlebih dulu soal sumber air.
"Petani boleh semangat kerja tapi kalau air tidak ada, maka ini juga jadi persoalan. Makanya sebelum kita (Oxfam GB dan PPSE-KA) memberikan bekal pengetahuan bidang pertanian, kita usahakan air bersih terlebih dahulu. Kita alirkan air bersih itu dari sumbernya sampai ke lokasi sekolah lapangan (SL). Ini memudahkan petani untuk membudidayakan tanaman pertanian," jelas Project Officer Oxfam GB, Toni Leik.
Di Dusun Tala, Yohanes En diberi peran sebagai komite air. Yohanes tidak pernah mengenyam pendidikan. Tapi soal keterampilan memasang pipa, termasuk mengalirkan air ke SL, Yohanes En sangat terampil.
Ilmu memasang pipa itu diterimanya dari OXfam GB. "Saya memang tidak tahu baca tulis, tapi saya dilatih Oxfam sampai saya mahir memasang pipa. Saya dipercayakan warga di dusun ini sebagai komite air. Kami dapat ilmu pasang pipa air ini secara cuma-cuma dari Oxfam," tutur Yohanes penuh semangat.
Persoalan air bersih juga dialami warga di Desa Teun, khususnya di Dusun Pelita. Dari pengamatan sepintas, wilayah Teun kaya akan air bersih. Kenyataan tidak demikian. Warga justru kesulitan mendapatkan air untuk dialirkan ke SL.
Untuk memudahkan para petani, Oxfam memfasilitasinya dengan membuat penampung dari terpal. Air yang dialirkan dari pipa induk ditampung di 'bak terpal' untuk digunakan petani menyiram sayur mayur. Krisis air bersih ini tidak menyurutkan semangat Pemandu SL Dusun Pelita, Oktovianus Foenale, bersama 30 anggota kelompoknya.
Pria asal Rote-Ndao yang sudah jadi 'tuan tanah' di Dusun Pelita ini terus memompa warga belajarnya untuk semangat bekerja.
"Meski krisis air, tapi kami tetap semangat. Buktinya kami persiapkan bibit tanaman di SL sebanyak 42 bedeng dengan aneka tanaman seperti bawang merah, bawang putih, wortel, terung. Kalau bilang semangat, warga kami sangat semangat. Selain mereka tanam di SL, di rumah masing-masing anggota kelompok juga tanam sayur mayur untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Jadi hitung-hitung hemat uang. Tapi kendala sekarang air karena biasanya masuk bulan September-Oktober krisis air. Kami hanya harap kalau bisa dibangun cekdam agar air tetap tersedia," harap Foenale.
Krisis air bersih pun dialami warga di Dusun Tintua, Desa Raimanus. Sebelum Oxfam masuk ke daerah ini, warga kesulitan mendapat air. Jangankan untuk mandi dan cuci, untuk kebutuhan minum saja warga harus mencari air hingga puluhan kilometer.
Saat Oxfam masuk, warga di Tintua boleh bernafas lega. Warga sudah menikmati air bersih. selain untuk kebutuhan hidup sehari-hari, air juga digunakan menyiram aneka tanaman hortikultura.
"Kami warga Dusun Tintua sangat berterima kasih kepada pimpinan Oxfam dan PPSE-KA. Untung ada mereka sehingga kami sekarang bisa nikmati air bersih. Kedua lembaga ini yang mengadakan pipa, membangun bak penampung sehingga air minum di dusun kami sudah lancar," kata tokoh masyarakat Tintua, Albertus Atok. (bersambung)