Warga Kota Nyonya Kesulitan Air Bersih
KUPANG, POS KUPANG.Com -- Warga RT 10 dan RT 11, Kampung Kota Nyonya di Kelurahan Manupaten, Kota Kupang, sejak lama mengalami kesulitan air bersih. Selama ini, mereka terpaksa memanfaatkan air di Cekdam Kisbaki untuk mandi dan cuci. Sedangkan untuk air minum, warga mengambil air di Mata Air Kera, yang berada sekitar satu kilometer dari pemukiman penduduk.
Eben Lengmani, warga RT 10 RW 3, Kelurahan Manutapen yang ditemui di sekitar Cekdam Kisbaki, Jumat ( 12/6/2009), mengatakan, jalan menuju Air Kera harus melewati lokasi yang curam. Tapi karena warga tidak ada sumber air minum lain, maka warga harus mengambil air dari mata air tersebut.
"Untuk ke mata air itu harus lewat tebing yang berbatu. Itu posisinya curam sekali karena mata air itu di dasar kali. Jadi turun naik kali itu cukup setengah mati," keluhnya.
Dia mengatakan, karena Air Kera cukup jauh dari perkampungan maka warga setempat hanya bisa ambil air di sana dua sampai tiga kali dalam satu hari. "Kan untuk air minum saja," katanya.
Di Kota Nyonya itu, jelas Lengmani, hanya ada beberapa warga yang mampu membuat bak penampung air. Pada musim hujan, bak air itu dipakai untuk menampung air hujan sedangkan pada musim kemarau mereka membeli air dari mobil tangki air yang harganya Rp 80 ribu/satu mobil tangki air.
"Warga yang tidak memiliki bak penampung terpaksa membeli air di warga yang memiliki bak penampung. Harga enam jerigen ukuran lima liter Rp 1.000. Air yang dibeli hanya dipakai untuk minum," katanya.
Keluhan senada disampaikan Yadi Penloki. Dia mengatakan, untuk mandi dan cuci warga mengandalkan air di Cekdam Kisbaki, yang juga dipakai untuk menyiram sayuran. "Air di cekdam itu memang kotor. Warnanya saja kekuningan. Tapi mau tidak mau, kami cuci dan mandi dari air itu," katanya.
Sementara, Yonas Atameni, warga lainnya, menjelaskan, jalan untuk menuju Air Kera, juga menjadi jalan bagi anak-anak dari Kota Nyoya pergi ke sekolah di SMA 8 dan SMP 14 Kupang di wilayah Kelurahan Alak. Kalau musim hujan dan ada banjir besar, maka anak-anak tidak bisa lewat di kali, tempat Mata Air Kera itu. Mereka harus jalan kaki dari rumah ke wilayah Kelurahan Fatufeto, baru kemudian naik angkutan kota menuju Kelurahan Nunbaun Sabu, sekitar tempat SPBU. Dari tempat ini mereka baru berjalan kaki ke sekolah. (den)