Hidup Dikerumuni Sampah dan Lalat Anak-anak TPA Alak Kota Kupang Masih Berani Bermimpi

Hidup Dikerumuni Sampah dan Lalat anak-anak TPA Alak Kota Kupang Masih Berani Bermimpi

Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/Laus Markus Goti
Anak-anak di TPA Alak Kota Kupang, Selasa (25/6/2019). 

Hidup Dikerumuni Sampah dan Lalat anak-anak TPA Alak Kota Kupang Masih Berani Bermimpi

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Setiap hari mereka dikerumuni sampah-sampah yang berbau busuk dan lalat-lalat berukuran besar. Mereka tinggal di gubuk-gubuk sempit berdinding kardus.

Saat makan mereka tak tenang. Lalat-lalat besar berebutan hinggap di piring. Wajah mereka dibalut debu, jari-jari mereka tampak coklat dan berkerut.

Pemkab Sumba Tengah Anggarkan Dana Rp 20 Miliar untuk Air Bersih

Begitulah keseharian anak-anak yang tinggal di lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Alak Kota Kupang.

Hidup serba terbatas, namun mereka punya mimpi untuk hidup layak dan bercita-cita menjadi orang sukses dan berguna bagi keluarga mereka dan masyarakat.

Selasa (25/6/2019), sekitar pukul 14.00 Wita terik masih menyengat. Asap dan debu berterbangan di hamparan luas TPA Alak yang dipenuhi sampah. Empat orang bocah tampak duduk di bawah gubuk reot di antara tumpukan sampah. Wajah mereka kecoklatan dibalut debu.

Suami Korban Lakalantas di Sumba Timur Terima Santuan 20 Juta dari Jasaraharja Putera

Mereka terkejut saat disambangi POS-KUPANG.COM. Rince, bocah perempuan kelas IV SD berdiri sembari mengusap wajahnya yang dibaluti debu.

"Kakak dari mana," sapanya sembari tersenyum malu-malu. Ia pun enggan berjabat tangan dan terus mengosokkan tangannya pada bajunya yang kusam.

"Kami istirahat, baru abis garuk sampah dengan mama dan oma. Nanti sore kami garuk sampah lagi," ungkap Rince.

Begitulah keseharian mereka, sepulang sekolah mereka membantu orangtua mereka mengais sampah-sampah yang bisa dijual.

Rince, tinggal bersama mama dan omanya yang sudah renta di sebuah gubuk reot dan sempit.

Ia mengungkap, kelak dirinya ingin menjadi seorang guru. "Saya mau jadi guru. Supaya bisa berpakaian rapi seperti guru-guru saya di sekolah dan mengajar anak-anak," ungkapnya.

Rince dan tiga temannya, Oma, Frit dan Roman mengajak POS-KUPANG.COM, ke gubuk mereka yang letaknya tidak jauh dari tempat mereka bermain.

Di sana, gubuk-gubuk yang dihuni para pemulung dibangun berjejer. Ada beberapa orang dewasa yang sedang mengumpulkan sampah. Di gubuk Rince, Omanya, tampak sedang tertidur pulas. Beberapa ekor lalat hinggap di pipinya yang keriput.

"Kami tidak punya dapur kamar mandi, kamar tidur. Makan di sini, tidur di sini, masak di sini," ungkap Rince sembari memandangi bagian dalam gubuknya yang berukuran kurang lebih 4x5 meter.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved