Di Sikka-NTT, BPN Sikka Akui Perolehan Suara Dibawah 20 Persen
Badan Pemenangan Nasional (BPN) calon Presiden/Wakil Presiden, Prabowo Subiyanto-Sandiaga Uno, Kabupaten Sikka, Uno, Stef Say mengatakan
Penulis: Eugenius Moa | Editor: Ferry Ndoen
Laporan wartawan pos-kupang.com, Eginius Mo’a
POS-KUPANG.COM, MAUMERE---Badan Pemenangan Nasional (BPN) calon Presiden/Wakil Presiden, Prabowo Subiyanto-Sandiaga Uno, Kabupaten Sikka, Uno, Stef Say mengatakan telah berusaha memperpendek jarak perolehan suara dalam Pemilu 2019. Namun perolehan suara Pemilu 2019 lebih buruk dari Pemilu 2014.
“Lima tahun lalu perolehan suara masih diatas 20 persen, tetapi sekarang dibawah 20 persen. Inilah hasil kerja kami,” tandas Stef Say, kepada POS-KUPANG.COM, Jumat (3/5/2019) di Maumere.
Stef mengatakan, hingga saat ini BPN masih mengklaim Prabowo-Sandiaga pemenang Pilpres.
“Sampai hari iniPrabowo-Sandi masih menang. Tapi kalau perhitungan akhir menyatakan kami kalah, kami harus terima,” tandas Stef Say.
Khusus di Sikka, Stef Say mengaku angkat tangan. Apapun hasilnya ia mengimbau seluruh pendukung menerima perolehan suara. Pemilu bukan hanya mengejar perolehan suara, lebih penting menjaga situasi yang kondusif di Sikka.
Ia mengapresiasi KPUD Sikka yang telah melaksanakan pemilihan dengan baik. Memang ada cerita Pemilu curang, mungkin saja tidak tertangkap sehingga semuanya jalan dengan baik.
• Pelatih Maung Bandung- Robert Rene Albert Resmi Latih Persib Bandung Gantikan Miljan Radovic
Sejak pleno kecamatan sampai kabupaten masih jalan lancar dan tidak muncul hal-hal yang luar biasa. Ada juga muncul perselisihan angka perolehan suara kecil antarcaleg di kabupaten, tetapi keseluruhan pelaksanaan pemilu berlangsung lancar.
• Piala Indonesia- Jelang versus Borneo FC di Leg Kedua 8 Besar, Pemain Persib Bandung Banyak Cedera
Mantan Wakil Ketua DPRD Sikka menegaskan, Pemilu 17 April 2019 bisa berlangsung lancar karena kerja keras aparat Polres Sikka dan TNI menciptakan rasa aman masyarakat yang tinggi. Ini bisa terlihat dari partisipasi pemilih di atas 80 persen.
“Mungkin sistimnya secara nasional dilihat kembali. Sebaiknya pemilihan serentak legislatif dan presiden dipisah. Pemilu serentak kali ini terlalu mahal dan terumit. Banyak penyelenggara dan aparat keamanan yang mati,”kata Stef. *)