Pemilu Serentak di Larantuka, Warga Diimbau Tak Golput Meski Bersamaan dengan Perayaan Semana Santa

Pelaksanaan Pemilu serentak akan berlangsung pada hari Rabu (17/4/2019), bertepatan umat kristiani mempersiapkan perayaan Jumat Agung dan Paskah

Editor: Agustinus Sape
POS-KUPANG.COM/Eginius Mo'a
Gereja Katedral Larantuka di jantung ibukota Kabupaten Flores Timur, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (1/4/2019). Dari Gereja ini prosesi Jumat Agung (19/4/2019) dilaksanakan. 

POS-KUPANG.COM - Pelaksanaan Pemilu Presiden dan Pemilu Legislatif serentak akan berlangsung pada hari Rabu (17/4/2019), bertepatan umat kristiani mempersiapkan perayaan Jumat Agung dan Perayaan Paskah.

Khusus untuk umat kristiani di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), ini merupakan peristiwa pertama dalam 500 tahun pelaksanaan perayaan Semana Santa di daerah tersebut.

Kekhawatiran akan rendahnya partisipasi pemilih di daerah itu pun membayangi. KPU Flores Timur dan pemuka agama kemudian mengupayakan agar tidak terjadi gesekan pada dua hajatan besar itu.

Warga diimbau untuk menjalankan dua kegiatan itu sebagai warga negara dan warga gereja yang baik, tanpa mengabaikan salah satunya.

Diberitakan BBC News Indonesia, warga Larantuka berbondong-bondong ke jantung ibu kota Kabupaten Flores Timur untuk melakoni tradisi tikam turo, atau pemancangan tiang-tiang lilin sepanjang jalur utama prosesi Jumat Agung yang merupakan bagian dari perayaan Paskah Semana Santa oleh umat Katolik pada Senin (15/4/2019) pagi.

Padahal, tradisi tikam turo ini biasanya dilaksanakan setiap Rabu atau Kamis, yang dalam tradisi Semana Santa disebut Rabu Trewa atau Kamis Putih.

Tapi tahun ini, tikam turo dimajukan pada Senin (15/4) karena Rabu (17/4) bertepatan dengan pemilihan umum serentak untuk memilih presiden dan anggota legislatif.

Tradisi tikam turo yang biasanya dilakukan pada hari Rabu terpaksa dimajukan pada hari Senin (15/06) agar tidak mengganggu pelaksanaan pemungutan suara
Tradisi tikam turo yang biasanya dilakukan pada hari Rabu terpaksa dimajukan pada hari Senin (15/6) agar tidak mengganggu pelaksanaan pemungutan suara (BBC News Indonesia)

Umat dan suku-suku Semana bergotong royong memancangkan tiang-tiang dari kayu kukung dan belahan bambu diikat menggunakan tali gebang. Pada titik jalur utama prosesi juga mulai dibangun Armida, atau titik perhentian dalam Jalan Salib.

Salah satu warga Larantuka, Dionisius Fernandez, menjelaskan alasan pemajuan tradisi tikam turo ini.

"Karena bertepatan dengan pemilu, dari pihak gereja mungkin berpikir kalau orang di sini pikir ke TPS atau tikam turo begini, pasti lebih banyak memilih ke tikam turo, TPS kosong, pasti golput banyak itu," ujar pria yang akrab disapa Dion ini.

Salah satu warga Larantuka, Dionisius Fernandus khawatir akan banyak pemilih yang golput di Larantuka.
Salah satu warga Larantuka, Dionisius Fernandus khawatir akan banyak pemilih yang golput di Larantuka. (BBC NEWS INDONESIA )

Kekhawatiran akan rendahnya partisipasi pemilih dalam pemilu kali ini juga diungkapkan oleh Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Pr. Menurutnya, peristiwa politik dan perayaan keagamaan yang terjadi berbarengan ini bisa membuat fokus umat terbelah.

Dia menyebut perayaan pekan suci Paskah atau apa yang orang Larantuka sebut sebagai Semana Santa, bukan perayaan khusus warga Larantuka saja, melainkan perayaan umat kristiani sedunia.

"Maka kalau perayaan ini terjadi bersamaan dengan pemilu, kami melihat bahwa ini mengganggu. Mengganggu pelaksanaan ibadah, mengganggu penghayatan iman, devosi dari umat itu akan terganggu karena dia juga harus berpikir bagaimana menyukseskan pemilu," jelas Uskup Larantuka.

Untuk menghindari hal itu, pihaknya bersama dengan penyelenggara pemilu daerah dan pemerintah daerah sempat meminta kepada Komisi Pemilihan Umum untuk menunda gelaran pesta demokrasi di Flores Timur, seperti yang terjadi pada pemilihan legislatif 2009 lalu.

"Memang benar Larantuka punya tradisi khusus Semana Santa ini yang sangat kental, maka kesulitan lebih besar di sini ketika pemilu diadakan pada waktu yang bersamaan," ujar Mgr. Frans Kopong beralasan.

Tiang-tiang lilin dari kayu kukung dan belahan bambu yang diikat menggunakan tali gebang ini dipasang sepanjang jalur utama prosesi Jumat Agung dalam tradisi perayaan Paskah Semana Santa.
Tiang-tiang lilin dari kayu kukung dan belahan bambu yang diikat menggunakan tali gebang ini dipasang sepanjang jalur utama prosesi Jumat Agung dalam tradisi perayaan Paskah Semana Santa. (BBC NEWS INDONESIA)
Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved