Dr Mesakh Dethan: Gereja Jangan Hanya Urus Diri Sendiri karena Diberi Daya untuk Berbuat Lebih
Menurut Mesakh Dethan mengapa Gereja jangan hanya urus diri sendiri karena Gereja telah dipanggil dan diberi daya oleh Tuhan
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Dosen Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang, Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan, MTh, MA meminta Gereja jangan hanya urus diri sendiri karena diberi daya dan kuasa oleh Tuhan untuk berbuat lebih.
“Gereja-gereja yang tergabung di dalam Klasis Kota Kupang boleh berbangga telah memiliki kantor klasis yang megah dan ini juga suatu bukti dari persatuan jemaat dan juga sebagai suatu bukti iman yang nyata. Namun bukti iman ini harus melahirkan bukti-bukti iman yang lebih banyak lagi, dimana dari kantor klasis yang megah ini lahir keputusan-keputusan dan program-program yang turut mendorong pengembangan jemaat di seluruh pelosok GMIT terutama di kampung-kampung terpencil. Jika ini bisa dikerjakan atau ditingkatkan kualitas dan kuantitas frekuensinya bagi yang sudah menjalankan selama ini, maka kesan bahwa gereja-gereja kota hanya mampu urus diri sendiri dengan membangun gedung-gedung yang megah bisa dikikis habis,” kata Pdt. Dr. Mesakh Dethan pada seminar penjelasan Sub Tema GMIT untuk tahun pelayanan 2019 di Kantor Klasis Kota Kupang, Rabu 19 Desember 2018.

Menurut Mesakh Dethan mengapa Gereja jangan hanya urus diri sendiri karena Gereja telah dipanggil dan diberi daya oleh Tuhan untuk mewartakan kabar baik bagi semua mahkluk.
Injil Matius 10:1 dengan jelas mengatakan bahwa para murid Yesus telah dipanggil dan kepada mereka diberikan kuasa (dasar, wewenang, tanggung jawab) untuk tugas pelayanan itu. Gereja jangan bertumpu pada pelayanan di kalangan sendiri, di dalam lingkungan pelayanan rutin yang selama ini digeluti, tetapi gereja harus melangkah keluar dari batas tembok-tembok pelayan; keluar menjangkau orang-orang yang tak terlayani. Bahkan pelayanan itu harus juga sampai kepada domba-domba yang hilang (Matius 10:6).
“Kalau kita memperhatikan teks Matius 10:1 yang menjadi dasar bagi sub tema pelayanan GMIT 2019 nanti jelas dikatakan di situ bahwa Yesus memberikan mereka (para murid) suatu exousia (kuasa, daya, wewenang, tanggungjawab) yang tidak berasal dari dunia, tetapi dari Tuhan Allah sendiri.
Kuasa dan daya untuk melayani orang agar mereka patuh dan dengar-dengaran pada Allah. Semua daya, wewenang, kuasa dalam jemaat berasal dari Yesus Kristus.Yesus memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat dan atas segala penyakit. Pada konteks dan zaman Yesus para murid adalah orang-orang biasa, namun Yesus memberikan daya sehingga mereka memiliki kuasa-kuasa luar biasa yang membuat mereka melebihi para ahli Taurat. Kalau para murid pada zaman dan konteks kehidupan mereka saja yang terbatas menjadi sangat luar biasa pada zamannya, apalagi kita “para murid modern” yang hidup dalam era kecanggihan teknologi dan informasi semestinya memberikan lebih banyak buah-buah iman bagi Tuhan,” demikian Mesakh Dethan.
Menurut doktor lulusan Jerman ini, ungkapan Injil Matius “Pergi mencari domba-domba yang hilang” sebagai bagian utama juga dari tugas para murid adalah mencari domba-domba yang hilang dapat diartikan dalam konteks masa kini sebagai yang menunjuk kepada orang-orang di kampung-kampung, pedalaman, pelosok, terkebelakang, minim akses (Bandingkan D. Guthrie, dkk, New Bible Commerntary, Intervasity Press, England 1970, hal. 829) dalam konteks GMIT (Gereja Masehi Injili di Timor) masa kini.
Mesakh Dethan mengatakan, ungkapan domba yang hilang juga bisa diartikan juga sebagai para korban perdagangan orang, para TKW/TKI yang diperlakukan secara tidak adil.
Gereja terpanggil untuk bermitra bersinergi dengan berbagai pihak yang kompeten untuk membawa kabar baik kepada mereka. Oleh karena itu Kantor Klasis Kota Kupang sebagai sebuah karya iman ini bisa memiliki multi fungsi termasuk untuk “pusat komando” pengembangan jemaat pedesaan di seluruh pelosok GMIT. Sehingga kantor klasis ini jangan hanya berfungsi pada hari-hari tertentu saja tetapi seluruh hari yang dikaruniakan Tuhan dapat digunakan untuk pembinaan warga gereja.
Sejalan dengan itu teks 1 Korintus 3:9 yang juga merupakan bagian dari dasar tema pelayanan GMIT 2019 menyebutkan “karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah”. Istilah ladang Allah di sini dapat juga dipahami sebagai sebagai tempat dimana karya damai sejahtera Allah diwartakan dan diwujudkan dalam bentuk yang nyata. Ladang Allah di sini bukan hanya jemaat-jemaat di perkotaan dimana gereja-gereja di klasis kota Kupang layani, tetapi juga di kampung-kampung dan di desa-desa terpencil.
“Kakayaan alam yang berlimpah di desa-desa yan belum dikelola dengan baik, mestinya mendorong gereja yang ada di Klasis Kota Kupang untuk bersinergi dan membangun network dengan semua pihak untuk mengelola alam secara ekologis dan berkelanjutan agar orang tidak tergoda meninggalkan kampung dan mau terbujuk dengan iming-iming dan mimpi-mimpi palsu yang menyesatkan bahkan mencelakakan atau terperangkap dalam jaringan perdagangan orang," kata Mesakh Dethan.
Menurutnya, pelestarian alam dalam rangka pemberdayaan ekonomi pedesaan, termasuk upaya penanaman marungga secara massal yang dicanangkan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Lasikodat, dan juga program pro rakyat lainnya perlu dipikirkan oleh gereja-gereja kota yang kuat bukan saja secara ekonomi tetapi juga memiliki sumberdaya manusia yang berlimpah.
"Aspek kemitraan dan sinergitas juga bisa mendapat makna yang kuat jika aspek lingkungan alam yang memberi aspek ekonomis namun berkelanjutan diperhatikan. Kita harus mengingatkan semua pihak termasuk saudara-saudara kita di pedesaan bahwa tanah mesti dikelola dengan bertanggungjawab, oleh karena kita dibentuk dari tanah, makan dari tanah dan akan dikuburkan dalam tanah,” demikian mantan Wartawan Pos Kupang ini. *