Berita Kabupaten Ngada

Romo Wawan Ajak Umat Agar Hidup dalam Semangat Kebenaran

Perayaan Kristus Raja Semesta Alam di Paroki Roh Kudus, Mataloko, Minggu (25/11/2018) dimeriahkan dengan perarakan delapan stasi lingkungan

Penulis: Gordi Donofan | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG/GORDI DONOFAN
Suasana perayaan ekaristi di Paroki Roh Kudus Mataloko Bajawa Kabupaten Ngada, Minggu (25/11/2018). 

Laporan Reporter POA KUPANG.COM,Gordi Donofan

POS-KUPANG.COM | BAJAWA --Perayaan Kristus Raja Semesta Alam di Paroki Roh Kudus, Mataloko, Minggu (25/11/2018) dimeriahkan dengan perarakan delapan stasi lingkungan yang berakhir di lapangan Ekoroka, Malanuza.

Perayaan ini melibatkan hampir seribuan umat yang merapat ke lapangan Ekoroka setelah berkeliling ziarah di delapan stasi/lingkungan.

Siaran Pers yang diterima POS KUPANG.COM, Selasa (27/11/2018) menyebutkan, setiap stasi/lingkungan mengiringi perjalanan spiritual itu dengan tabuhan gong gendang yang memacu ratusan kali penati ja"i. Kelelaham surut oleh semangat prosesi berkilo-kilometer. Melibatkan umat dewasa, anak-anak seperti SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi.

Baca: Kian Berseteru, Artis Ini Merasa Difitnah Luna Maya Lalu Bilang Carilah Kedamaian dalam Dirinya

Baca: Biaya Cerai 800 Miliar, Aris Ini Tetap Kompak Membesarkan Anak. Tak Bisa Move On?

Baca: Anda Pernah Didera Rasa Amarah? Yuk, Atasi dengan 5 Kegiatan Praktis. Dijamin Ampuh

Misa dan prosesi dipimpin Pastor Paroki Rm. Basilius Lewa, Pr sebagai selebran utama dengan imam selebran Rm. Wawan Kuwa, Pr, Romo Martinus Ua.

Hujan rintik-rintik yang mengguyur kawasan itu sejak pukul 13.00 Wita tak membuat umat surut. Mereka tampak bergeming. Berpayung menjadi sarana berkompromi dengan alam.

Dalam perayaan ini Romo Wawan Kuwa menyampaikan pesan melalui khotbahnya.

Berikut, khotbahnya pada perayaan yang terpusat di lapangan Rutosoro, Malanuza itu:

Perayaan Kristus raja ditetapkan pertama kali oleh paus Pius XI Pd tgl 11 des 1925 melalui ensiklik 'quas primas', perayaan ini bertujuan untuk menangkal paham atheisme dan sekularisme yang berkembang pesat pasca Perang dunia pertama.

Paus Pius dalam artikel pertama ensiklik menegaskan bahwa: berbagai macam kejahatan dunia berhubungan dengan kenyataan kebanyakan orang menolak Yesus dan ajaran-Nya baik secara pribadi maupun politik.

Selanjutnya apabila orangg tetap menolak untuk tunduk pada Kristus, maka tak ada harapan damai dan sejahtera akan bertahan dalam bangsa-bangsa.

Pernyataan ini mau menegaskan bahwa Kristus adalah raja yang sungguh merajai kita, raja yg menuntun kita untuk mengalami kesejahteraan baik di dunia ini maupun kelak di surga.

Yesus menjadi raja yang memimpin kerajaan yang kekal dan Dia hendak menuntun kita mengalami keselamatan.

Bacaan pertama dari kita nubuat daniel menggambarkan adanya pelimpahan wewenang dan kuasa dari seorang yang sudah tua kepada seorang yang memiliki rupa seperti anak manusia. Ini adalah gambaran kuasa yang diberikan Allah Bapa kepada Kristus putera-Nya, kuasa untuk membawa semua orang menikmati keselamatan. Inilah yang dinyatakan oleh penulis kitab wahyu dalam bacaan kedua hari ini.

Kristus tampil sebagai raja mulia untuk menebus dosa manusia. Ia tampil dalam kemuliaan kebangkitan-Nya. Namun sebelum mengalami paska, Yesus mesti mengalami Jumat Agung yang kelam. Oleh karena itu, untuk menjadi orang perlu berkorban. Dan pengorbanan ini Yesus tampakan dalam injil hari ini. Dia tampil sebagai raja yang berani menentang hal-hal yang tidak benar.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved