Berita Kota Kupang Terkini
Mahasiswa STAKN Kupang Harus Siap Hadapi Revolusi Industri 4.0
Kita sedang berada dalam arus revolusi industri 4.0. Mau tidak mau kita harus siap menghadapinya
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Laus Markus Goti
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Mahasiswa-mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Kristen (STAKN) Kupang harus siap menghadapi revolusi industri 4.0.
"Kita sedang berada dalam arus revolusi industri 4.0. Mau tidak mau kita harus siap menghadapinya," ungkap Profesor, Dr. Nur Syam, saat memberi kuliah umum kepada mahasiswa STAKN di halaman kampus tersebut, Kamis (22/11/2018).
Kemajuan teknologi dan informasi, jelasnya, kian kuat memengaruhi pola pikir dan gaya hidup manusia.
Baca: Para Istri Kabinet Kerja Jokowi-JK Berkunjung ke Malaka. Ini Tujuannya
Baca: Ini Pelaku Pembobol Emas 28 Gram di Sumba Timur ! Dibekuk Tim Gabungan
Dalam kesempatan tersebut, Nur menawarkan pola pendidikan ala Jack Ma (pebisnis asal Cina) untuk menghadapi arus revolusi industri.
"Saya mau menunjukkan kepada kalian semua bagaimana kita menghadapi arus revolusi yang ini ala Jack Ma," ungkap Nur.
Nur mengatakan, manusia zaman ini, mulai menggantungkan hidup bahkan pola pikirnya pada alat atau benda-benda canggih.
Dampaknya, peran manusia bisa tergantikan oleh aneka peralatan canggih, seperti robot. "Itulah yang disebut dengan artifisial intelejen, kecerdasan luar biasa yang ditambahkan pada benda atau alat," jelasnya.
Ia menerangkan, ada empat artifisial intelejen yang saat ini mulai menggerus peran manusia, antara lain, sistem pakar, game, robot, logika Fuzi dan jaringan syaraf tiruan.
Ia menjelaskan, teknologi informasi selalu memiliki dua matra, yaitu positif dan negative.
Di antara yang positif ialah digunakannya teknologi tersebut untuk kepentingan perdagangan atau e-commerce, dan seterusnya.
Kemudian, lanjutnya, tentu ada yang negativ, misalnya, kehadiran hoax di era cyber war.
Era ini, jelasnya, ditengarai dengan digunakannya media sosial sebagai sarana untuk melakukan perang non-militer.
"Cyber war itu bukan perang fisik tetapi perang untuk mengalahkan lawan dengan kekuatan media, misalnya hate speech, disinformasi, berita bohong, pembunuhan karakter dan sebagainya," jelasnya.
Ia menegaskan, mahasiswa/i STAKN Kupang jangan terpengaruh dengan perkembangan teknologi dan informasi.