Berita NTT
Dokter Harry Harap! Masyarakat Tidak Konsumsi Antibiotik
dr. Harry Paraton SpOG (K), Ketua KPRA KEMENKES RI mengharapkan masyarakat tidak mengonsumsi antibiotik jika mengalami sakit,
Penulis: Gecio Viana | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gecio Viana
POS-KUPANG.COM | KUPANG - dr. Harry Paraton SpOG (K), Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) KEMENKES RI mengharapkan masyarakat tidak mengonsumsi antibiotik jika mengalami sakit, Sabtu (6/10/2018)
Hal itu disampaikannya saat menjadi pemateri ketiga dalam Studium Generale (Kuliah Umum) dan membawa materi dengan topik resistensi antimikroba pada sektor kesehatan yang dilaksanakan di Aula Rektoran Lama Penfui, Kota Kupang.
Baca: Rekonstruksi Pembunuhan Yanto Blegur di Lasiana, Pelaku Peragakan 21 Adegan
Baca: Fakultas Kedokteran Hewan Undana Gelar Studium Generale
Ia menjelaskan, antibiotik tidak boleh dikonsumsi karena resistensi antibiotik semakin tinggi dan akan mengancam keselamatan manusia.
Meropenem sebagai satu antibiotik yang sering digunakan oleh rumah sakit untuk sekarang tidak lagi digunakan oleh sejumlah rumah sakit karena resistensi meropenem semakin meningkat
"Kalau abtibiotik sering digunakan dalam satu unit kerja maka dalam tiga sampai enam bulan maka akan terjadi resistensi masal di unit tersebut. Meropenem ini digunakan berlebihan di Indonesia dan akibatnya ia tidak mempan lagi," ujarnta.
Dikatakannya, bakteri resistensi akibat penggunaan antibiotik bukan saja terjadi di Indonesia saja ajan tetapi berada seluruh dunia dengan tipe yang sama sehingga hal ini menjadi isu global.
Ia Menambahkan, Pihaknya pada tahun 2016 telah melakukab survey pada delapan rumah sakit pwndidikan di Indonesia dan pihaknya menemukan fakta bahwa prevelensi resistensi antimikroba cukup tinggi
Dia menjelaskan, pada tubuh manusia terdapat satu sistem yang dinamakan selektif presure dimana jika seseorang meminum antibiotik maka bakteri normalnya akan mati. Akan tetapi, lanjutnya, sebagian bakteri yang resisten dan tidak mati, bahkan beranak pinak.
"Kalau besok saya minum antibiotik lagi maka bakteri yang bagus tidak bisa tumbuh lagi tetapi bakteri jahat itu beranak pinak. Kecepatan bakteri beranak-pinak cuma 16 menit sudah beranak akibatnya dihari ketiga dan kelima tubuh saya sudah penuh dengan bakteri resisten," ungkapnya.
Dikatakannya antibiotik yang diberikan itu tidak boleh dihabiskan maka akan berlaku selektif presure. antibiotik yang harus dihabiskan yakni antibiotik untuk penyakit TBC dan tipus.
"Sejak tahun 2000 tidak ada antibiotik baru sedangkan bakteri resistensnya semakin meningkat maka kita akan menemukan satu titik dimana antibiotik tidak bisa digunakan lagi dan pada titik ini kita aian masuk pada masa pra antibiotik lagi. seakan-akan kita tidak ada antibiotik lagi. sedikit infeksi pada tubuh langsung di amputasi," tambahnya.
Ia berharap penggunaan Antibiotik dapat dihindarkan bahkan dihentikan akan tetapi pihaknya mengakui bahwa hal tersebut membutuhkan kerja sama semua komponen dan komitmen dari semua pihak.
"Kenapa susah karena merubah kebiasaan manusia," katanya. (*)