Merasa tak Nyaman, Warga Yaman Ini Memutuskan Mengungsi

Serangan yang dilakukan koalisi di bawah pimpinan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab di Hodeidah, Yaman, membuat sebagian penduduknya terpaksa mengungsi.

Editor: Kanis Jehola
KOMPAS.COM
Satu keluarga di Hodeidah, Yaman. Serangan yang dilancarkan koalisi pimpinan Arab Saudi di kota pelabuhan itu sejak pekan lalu memaksa sebagian besar penduduknya mengungsi. 

POS-KUPANG.COM | HODEIDAH - Serangan yang dilakukan koalisi di bawah pimpinan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab di Hodeidah, Yaman, membuat sebagian penduduknya terpaksa mengungsi.

Diwartakan Al Jazeera Senin (18/6/2018), sekitar 4.500 keluarga melarikan diri dalam serangan yang telah memasuki hari kelima itu.

Jurnalis independen, Manal Qaed menjelaskan, warga mendengar suara jet tempur koalisi yang menderu tak henti-hentinya selama siang dan malam.

Baca: Aneh Tapi Nyata, Nelayan di China Tangkap Ikan Berkepala Burung

"Jet tempur itu terbang rendah. Kami terus mendengar ledakan di berbagai penjuru kota. Semua khawatir karena tidak tahu apa yang terjadi," ujar pria 34 tahun itu.

Qaed berujar, beberapa warga desa di Hodeidah mulai mengungsi dengan berjalan kaki. Salah satunya adalah desa al-Manthar. "90 persen dari desa berpenduduk 5.000 jiwa itu telah keluar. Desa lainnya, Taif, sudah sepenuhnya kosong," kata Qaed.

Salah satu warga Hodeidah, Abdo Mohammed Haidar, menyatakan warga di sana mengungsi di Ibb yang berjarak 300 kilometer ke selatan, atau al-Mahwit.

Haidar berkata, operasi Golden Victory yang dilancarkan koalisi Saudi tidak sampai melumpuhkan Hodeidah.

Namun, dia mengaku warga mulai kesulitan. Sebab, bantuan yang diberikan oleh PBB mulai menipis.

Salah satunya adalah UNICEF yang menyediakan layanan kesehatan dasar. "Dengan suara tembakan yang semakin jelas terdengar, bantuan yang tersedia mulai tidak mencukupi warga di sini," katanya.

"Kebanyakan orang di sini miskin dan tidak bekerja. Setiap hari yang terlewati tanpa menghasilkan uang membuat mereka semakin dekat menuju kelaparan," tambahnya.

Sejak Rabu pekan lalu (13/6/2018), koalisi yang menyokong pasukan pemerintah Yaman melancarkan serangan terhadap basis Houthi di Hodeidah.

Hodeidah merupakan kota pelabuhan yang menjadi pintu masuk ke Laut Merah. Sebelum 2015, kota itu memegang lebih dari 70 persen impor Yaman.

Sejak konflik sipil di Yaman pecah pada Maret 2015, kota tersebut merupakan jalur terpenting untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan.

Ketika Hodeidah dikuasai oleh Houthi, koalisi Saudi menuduh kelompok pemberontak tersebut menyelundupkan senjata dari Iran.

Koalisi berusaha mengambil alih kota tersebut, dan menyerahkannya kepada PBB atau pemerintahan Abed Rabbo Mansour Hadi yang diakui dunia internasional.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved