18 Tahun Meja dan Kursi Tak Pernah Diganti

tahun ini merupakan tahun keempat para siswa di sekolah itu belajar sambil duduk di lantai."

Penulis: Adiana Ahmad | Editor: Ferry Ndoen
POS KUPANG/ADIANA AHMAD
SDN Rawe II, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo 

Laporan Wartawan Pos Kupang.Com, Adiana Ahmad

POS KUPANG.COM, MBAY- SDN Rawe II, Desa Focolodorawe hadir bersama program transmigrasi lokal di desa itu tahun 1999/ 2000. Kehadiran sekolah dasar tersebut untuk menampung anak usia sekolah baik dari keluarga transmigran maupun warga sekitar Pemukiman Translok.

Layaknya sebuah sekolah, selain gedung, sekolah yang terletal 15 kilo meter dari Boawae dan sekitar 60 kilo meter dari Kota Mbay, ibukota Kabupaten Nagekeo itu juga dilengkapi meja dan kursi belajar.Delapan belas tahun berlalu. SDN Rawe II pun mengalami perkembangan begitu cepat terutama dari sisi pertumbuhan jumlah siswa.

Dari semula satu kelas, SDN Rawe II saat ini telah memiliki enam ruang kelas dengan jumlah siswa 173 orang. Jumlah murid yang tidak bisa dibilang sedikit. Sayang, sekolah itu seperti luput dari perhatian pengambil kebijakan di Nagekeo. Sekolah itu berkembang dan bergulat sendiri dengan berbagai keterbatasan. Selain akses ke Ibukota Kecamatan dan Ibukota Kabupaten Nagekeo yang cukup sulit akibat kondisi jalan yang rusak parah, dengan belokan dan tanjakan tajam, SDN Rawe II mengalami keterbatasan sarana dan prasarana serta tenaga pengajar.

Sekolah yang saat ini diasuh enam guru PNS, satu guru kontrak Propinsi NTT dan dua orang guru komite itu bertahan dalam gedung tua dan kekurangan sarana dan prasarana belajar mengajar. Mereka hanya memiliki 168 buah kursi dan 84 meja dengan kondisi rusak berat. Bahkan papan tulispun masih ada yang menggunakan rekayasa tembok sekolah dan bangku yang terpaksa beralih fungsi menjadi meja.

"Di kelas III dan IV, para siswa terpaksa gunakan bangku sebagai meja. Sementara anak-anak duduk di lantai. Tembok gedung dan lantai sekolah juga sudah retak dan rusak," kata Wakil Ketua Komite SDN Rawe II, Philipus Djawa.

Philipus mengatakan, tahun ini merupakab tahun keempat para siswa di sekolah itu belajar sambil duduk di lantai." Sejak tahun 2000 tidak ada lagi pengadaan meubler. Kalau gedung sekolah, sudah rehab dua kali dan tahun ini kali ketiga," beber Philipus.

Itu baru bicara soal sarana prasarana. Lalu bagaimana dengan kesejahteraan guru Komite? Philipus.mengatakan, dua orang guru komite dan satu tenaga tata usaha di sekolah tersebut selama ini bertahan dengan honor Rp 200.000,00 sampai Rp 500.000,00. "Sekolah butuh mereka tapi tidak memiliki uang untuk bayar honor. Sementara kemampuan ekonomi masyarakat terbatas. Terima kasih karena mereka mau mengabdi," demikian Philipus.

Philipus pun berharap, kondisi buruk yang dialami anak-anak negeri di SDN Rawe II segera berlalu dan anak-anak di sekolah itu bisa merasakan belajar dalam suasana nyaman dengan sarana dan prasarana memadai. (*)

Sumber: Pos Kupang
Tags
Mbay
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved