Balita Diracuni Ayah Kandung
Kapolres Kupang: Sampel Susu Diuji Laboratorium
Erens Lulu Bire diduga mencampur susu dengan obat serangga kemudian dimasukan dalam botol dot lalu diberikan kepada anaknya.
Penulis: Edy Hayong | Editor: Alfons Nedabang
Laporan Wartawan POS-KUPANG.COM, Edi Hayon
POS-KUPANG.COM | BABAU - Penyidik Polres Kabupaten Kupang masih menyelidiki kematian Kristian Kale di Kelurahan Meba, Kecamatan Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua, Selasa (2/1/2018).
Balita 11 tahun tersebut meninggal karena diduga diracuni sang ayah kandung, Erens Lulu Bire (18).
Erens Lulu Bire diduga mencampur susu dengan obat serangga kemudian dimasukan dalam botol dot lalu diberikan kepada anaknya.
Baca: Fakta & Reaksi Netizen Atas Kasus Bapak di Sabu yang Menghabisi Nyawa Anaknya dengan Racun Serangga
Beberapa saat setelah minum susu bercampur obat serangga, Kristian Kale kritis sehingga dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Menia.
Namun nyawa balita tak berdosa tersebut tak tertolong. Kristian Kale meninggal dunia.
Kapolres Kupang, AKBP Adjie Indra Dwiatma, S.IK mengatakan keterangan yang diperoleh polisi di lapangan menyebutkan bahwa dugaan sementara penyebab kematian balita Kristian Kale karena susu yang dicampur obat serangga oleh ayah kandung korban.
Oleh karena itu, sampel susu yang diduga dicampur obat serangga diuji laboratorium.
Baca: Tega Benar! Ayah Racuni Bayinya, Susu Dicampur Racun Serangga, Lalu Dimasukkan ke Dot dan Diminumkan
Uji laboratorium sangat penting untuk memastikan apakah penyebab kematian balita Kristian Kale karena susu atau ada penyebab lainnya.
"Jadi kita tetap selidiki sampel susu itu karena ada korbannya. Bisa saja ada penyebab lainnya, sehingga untuk memastikan maka perlu ada pemeriksaan di laboratorium dahulu," kata Adjie Dwiatma saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (5/1/2018).
Sebelumnya, Kasat Reskrim Polres Kupang, Iptu Simson L. Amalo, S.H menjelaskan, tindak pidana pembunuhan Kristian Kale terjadi di RT 09 RW 02, Kelurahan Meba, Kecamatan Sabu Barat.
Saksi dalam peristiwa ini adalah Aplonia Kale Ladja dan Lazarus Lobo.
Secara kronologi Amalo menjelaskan bahwa awalnya nenek korban mendengar korban menangis di dalam kamar.