Asal Usul Perayaan Malam Tahun Baru, Penghormatan pada Dewa Berwajah Dua yang Sarat Makna
Bukan tanpa tujuan, 1 Januari didedikasikan Julius Caesar untuk Dewa Janus, Dewa segala Gerbang dan Permulaan.
Penulis: Salma Fenty Irlanda | Editor: Salma Fenty Irlanda
POS-KUPANG.COM -- Malam pergantian tahun baru selalu dirayakan dengan penuh suka cita dan kegembiraan.
Kembang api, warna-warni, live music, barbeque, berkumpul bersama kerabat seolah menjadi tradisi di setiap tanggal 31 Januari.
Baca: Tahun Baru 2018, Punya Resolusi Setiap Tahun Namun Sulit Dicapai? Cara Ini Bisa Membantumu
Hingga ketika waktu sudah menunjukkan pukul 00.00 di masing-masing negara, masyarakat di seluruh dunia akan melakukan hirtung mundur untuk menyambut pergantian tahun baru bersama-sama.
Sebenarnya, tahun baru tak melulu harus dirayakan dengan sebuah pagelaran pesta besar atau semacamnya.
Namun, seolah sudah tradisi banyak masyarakat di belahan dunia yang melakukannya.
Lantas, dari mana awal mula perayaan tahun baru dan siapa pencetusnya?
Melansir dari berbagai sumber, Minggu (31/01/2017), perayaan tahun baru kali pertama dilakukan di akhir tahun 45 sebelum masehi (SM).
Baca: ISIS Serang Gereja Dekat Kairo, 9 Orang Tewas, Pemerintah Tingkatkan Pengawalan Jelang Tahun Baru
Kala itu, tanggal 1 Januari ditetapkan sebagai awal tahun dalam kalender baru buatan Kaisar Romawi Julius Caesar tahun 46 SM.
Bukan tanpa tujuan, 1 Januari didedikasikan Julius Caesar untuk Dewa Janus, Dewa segala Gerbang dan Permulaan.
Hal ini tercantum dalam The World Book Encyclopedia volume IV yang terbit pada 1984 dalam halaman 237.
Dewa Janus sendiri dipercaya memiliki dua wajah.
Wajah yang satu menghadap ke depan, sementara wajah lainnya menghadap ke belakang.

Ini seolah menggambarkan masa lalu dan masa depan.