Kisah Kapolda NTT Agung Sabar Santoso Menjadi Polisi: Harus Berdoa, Berlatih dan Belajar
Ia mengaku hanya berdoa, berlatih dan belajar agar bisa diterima menjadi anggota polisi.
Penulis: Eflin Rote | Editor: Agustinus Sape
Laporan Reporter Pos-Kupang.com, Eflin Rote
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Kepala Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur, Inspektur Jenderal Polisi Agung Sabar Santoso mengisahkan perjuangannya untuk menjadi polisi tidaklah mudah.
Ia mengaku hanya berdoa, berlatih dan belajar agar bisa diterima menjadi anggota polisi.
Kala itu, anak kedua dari tujuh bersaudara ini menghabiskan masa kecilnya hingga SMA di Jakarta.
Ketika lulus SMA, sekitar tahun 1980, Agung berkisah ia mengikuti tes masuk Akabri bersama sang kakak.
Sang ayah berprofesi sebagai guru dan ibu seorang ibu rumah tangga.
Ketika pengumuman, Agung melanjutkan, ia meminta sang ibu untuk membukakan amplop kelulusan.
"Waktu buka amplopnya, kakak saya dinyatakan tidak lulus. Saya sudah pasrah dan mikir waktu itu, kakak saya saja tidak lulus, bagaimana saya. Tapi waktu ibu saya buka amplopnya, dia bilang kalau saya berangkat ke Magelang," ujar Agung, Kamis (9/11/2017) di Kupang.
Agung harus bersaing bersama perwakilan dari seluruh Indonesia sebanyak 1.300 orang dan yang lulus sekitar 527 orang.
Ketika dipanggil, Agung mengatakan ia sempat pasrah dan tidak berharap kalau ia akan lulus.
"Dari 527 orang itu saya dipanggil waktu urutan sudah 502. Teman sekamar saya sudah dipanggil dari nomor 200-an, sedangkan saya belum dipanggil. Saya sudah sempat berpikir pasti tidak lulus. Tapi ternyata nama saya juga ada," tambahnya.
Agung menjadi lulusan paling muda saat itu. Ketika itu Agung berusia 18 tahun.
Kala itu, menurutnya, keinginan untuk menjadi polisi harus didukung dengan fisik dan kesehatan dan tentu saja berdoa dan meminta restu orang tua.
"Kala itu saya mencuci kaki ibu saya dan airnya saya minum," ujarnya.
Ia berharap generasi muda yang ingin menjadi anggota polisi harus menyiapkan diri mulai dari fisik dan kesehatan.
"Fisiknya harus bagus, tapi kalau sudah bagus suka mabuk pasti akan ketahuan waktu cek kesehatan. Salah satu faktor penilaian juga adalah penampilan, tidak boleh terkena penyakit kulit, misalnya bekas panuan. Harus konsultasi dengan dokter kulit," tuturnya. (*)