Gara-Gara Persedian Pangan Kurang, Warga Natarmage, Sikka Makan Ubi Hutan

Ternyata, ada kelompok masyarakat di Kabupaten Sikka sudah kekurangan pangan. Ini yang mereka lakukan

Penulis: Eugenius Moa | Editor: Marsel Ali
Pos Kupang/Robert Ropo
Ubi hutan yang dijemur 

Laporan wartawan Pos Kupang, Eginius Mo'a

POS KUPANG.COM, MAUMERE - Sekelompok warga Natarmage di Kecamatan Waiblama, Kabupaten Sikka, Pulau Flores terindikasi tidak memiliki persediaan pangan di rumah-rumah mereka.

Selama beberapa pekan terakhir, mereka masuk hutan mencari ubi hutan untuk diolah dan dikonsumsi.

Masyarakat Sikka menyebutnya `pida'--- jenis ubi hutan ini. Tanaman melata tumbuh di hutan bentuknya mirip ubi yang dibudiyakan petani Sikka di kebun-kebunnya. Namun jenis ubi ini jarang dimakan karena mengandung racun yang bisa mematikan.

Pengolahannya harus dilakukan secara cermat. Umbinya dibersihkan kemudian diiris dan direndam di air mengalir atau aliran sungai selama beberapa hari untuk menghilangkan kandungan racunnya.

Setelah itu, irisan ubinya dikeringkan atau dijempur kemudian ditumbuk menghasilkan tepung. Selanjutnya tepung itu dikukus lalu dimakan dengan sayur-sayuran .

Bupati Sikka, Drs.Yoseph Ansar Rera mengakui sebagian warga Natarmage dan Tua Bao di Kecamatan Wiblama mencari ubi hutan.

Ia mengatakan persediaan pangan di rumah-rumah warga telah habis memaksa mereka masuk hutan menggali ubi.

"Musim panen lalu, banyak tanaman produksi tidak berhasil. Kita pantau di lapangan ditemukan beberapa keluarga di Tua Bao dan Natar Mage sudah makan ubi hutan. Mereka mengatakan kebiasaan. Tapi kalau makan satu kali sehari itu kebiasaan, tapi kalau makan tiga kali sehari berarti persediaan makan tidak ada lagi," kata Ansar kepada wartawan di Maumere, Rabu siang (4/10/2017).

Meski sudah makan ubi hutan, Ansar mengatakan kategorinya masih rawan pangan belum masuk kategori kelaparan.

Pemerintah daerah sudah melakukan intervensi memberikan beras rawan pangan kepada warga yang cari ubi hutan.

"Sambil tunggu di perubahan APBD untuk pengadaan beras rawan pangan, supaya kita punya cadangan pangan. Kategorinya, rawan pangan, artinya persediaan pangan tidak ada lagi. Beberapa keluarga tidak makan tiga kali, tapi teknis dengan Dinas Ketahanan Pangan," kata Ansar. (*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved