Dandim TTU: Bukan Pengeroyokan Tapi Perkelahian Tentara dan Polisi
Komandan Distrik Militer (Dandim) 1618 Timor Tengah Utara (TTU), Letnan Kolonel Arm Eusebio Hornai Rebelo
POS KUPANG.COM, KEFAMENANU -- Komandan Distrik Militer (Dandim) 1618 Timor Tengah Utara (TTU), Letnan Kolonel Arm Eusebio Hornai Rebelo membantah anggotanya di Kompi C Batalyon Infanteri (Yonif) 744/SYB Kefamenanu mengeroyok Briptu Agur Tafuli, anggota Samapta Polres TTU, Selasa (12/8/2014) kemarin.
Menurut Eusebio, peristiwa itu hanyalah perkelahian kedua aparat yang dipicu masalah pribadi saja. "Itu hanya salah paham pibadi oknum TNI dan polisi serta hanya perkelahian saja. Tidak seperti yang diberitakan oleh media bahwa ada pengeroyokan," terang Eusebio.
Masalah itu pun, kata Eusebio, sudah diselesaikan Selasa malam oleh Komandan Yonif 744/SYB, Komandan Kompi C Yonif 744 bersama kapolres TTU di Markas Polres TTU. Untuk mengantisipasi agar kejadian tersebut tidak terulang, saat ini, kata Eusebio, TNI dan polisi menggelar latihan bersama di Kantor Bupati TTU, sekaligus persiapan untuk memeriahkan HUT RI pada 17 Agustus mendatang.
Kepala Seksi Intel Yonif 744/SYB, Kapten (Inf) Nehemia Urim Perdana juga membantah kalau saat perkelahian terjadi, dua anggotanya membawa senjata tajam jenis sangkur dan "double stick".
"Tidak ada anggota yang membawa senjata tajam. Yang ada hanya perkelahian antara satu anggota kita dengan anggota polisi itu, dan pada saat itu banyak warga yang juga hadir sehingga kemudian dibilang mengeroyok. Jadi intinya semua permasalahan itu sudah diselesaikan dangan baik sehingga tidak ada lagi persoalan," kata Nehemia.
Sebelumnya diberitakan Briptu Agur Tafuli (28) babak belur diduga dianiaya oleh belasan oknum anggota TNI dari Kompi C Yonif 744/SYB Kefamenanu. Akibat penganiayaan itu, Agur terpaksa dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum (RSU) Kefamenanu untuk menjalani perawatan medis.
Korban mengalami luka robek dan bengkak di alis mata kiri dan benjolan besar di bagian belakang kepala.
Agur mengaku penganiayaan itu dipicu oleh masalah senggolan motor saat ia dan pelaku mengisi bensin di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Eltari Kilometer 3 jurusan Kupang. Briptu Agur juga mengaku, saat penyerangan berlangsung, beberapa pelaku di antaranya membawa senjata tajam jenis sangkur dan "double stick".