Brigjen Jan Pieter Ate: Membangun NTT dari Luar
Putra NTT asal Sumba Barat Daya (SBD) yang kini menempati jabatan Direktur Kerjasama Internasional Kementerian Pertahanan RI ini

Putra NTT asal Sumba Barat Daya (SBD) yang kini menempati jabatan Direktur Kerjasama Internasional Kementerian Pertahanan RI ini akan membagi cerita mengenai keberhasilan dan harapannya kepada Undana dan masyarakat NTT. Berikut petikan wawancaranya dengan wartawati Pos Kupang, OMDSMY Novemy Leo.
Bagaimana perasaan Anda menerima penghargaan itu?
Tentu hal ini sangat mengharukan karena saya ikut berada dalam catatan sejarah Undana selama 50 tahun berdiri. Semoga ke depan, Undana lebih berkiprah dalam memberikan sumbangan nyata dan terus meningkatkan kualitas kepada daerah, negara, baik pada tingkat regional maupun nasional hingga kawasan dunia.
Lima puluh tahun adalah usia yang cukup untuk Undana konsolidasikan diri. Setelah 50 tahun Undana melakukan orientasi internal, kini harus mulai bisa mencetak kader nasional. Tokoh nasional masa depan harus berasal dari Undana.
Anda sarjana lulusan apa di Undana? Siapa yang Anda kagumi?
Saya alumnus dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Matematika tahun 1983. Saya sangat mengagumi guru/ dosen saya, yaitu Alm. Felix Masu, MJ Pella, Sihotang dan lainnya yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu. Saya sangat menghargai guru, tanpa mereka, saya tidak akan bisa seperti ini. Belajarlah dari orang Jepang, yang sangat menghargai guru.
Anda sarjana matematika, kenapa sekarang Anda menjadi tentara?
Selama kuliah saya menjadi anggota Resimen Mahasiswa (Menwa). Hubungan yang terjalin dengan tentara mengubah mindset Saya. Setahun setelah diwisuda, tiba-tiba ada panggilan dari Kodam V Jakarta untuk test tentara. Saya tidak bawa ijazah karena selama kuliah ijazah saya digadai di bank untuk pembayaran uang SPP. Saya baru tebus ijazah saya setelah bekerja dan punya gaji.
Bisa ceritakan perjalanan karier Anda?
Karier saya dimulai tahun 1984-1985 dengan menempuh sekolah perwira militer wajib di Bandung dan 13 Februari 1985 dengan pangkat letnan satu dan menjadi guru militer di pusat pendidikan peralatan Cimahi-Jawa Barat selama 10 tahun. Di sana saya bisa menerapkan ilmu keguruan saya dan sampai sekarang saya merasakan manfaatnya kuliah di FKIP.
Selanjutnya mengikuti kursus Bahasa Inggris TOEFL untuk mengambil master di Australia, dan kemudian ikut sekolah lanjutan perwira. Lalu tahun 1995 ikut suslapa dan lulus tahun 1996 dengan pangkat mayor.
Saya mengambil master of business bidang integritis logistik manajemen di The Royal Melbourne Institute of Technology dan lulus dengan gelar M.Bus. Lalu pulang ke Jakarta bergabung dengan tim Satgas TNI menangani relokasi masyarakat pasca referendum Timtim tahun 1999. Setelah itu, ikut test Sesko, lulus dan mengikuti pendidikan di Sekolah Staf dan Komandan TNI Angkatan Darat Bandung dan menjadi lulusan terbaik yang menerima Piala Wirajati tahun 2001, dengan kertas karya perorangan yang membahas soal Kerjasama Pertahanan Indonesia dan negara-negara ASEAN.
Saya kemudian bekerja pada bidang analisis lingkungan Strategis di Kementerian Pertahanan RI hingga tahun 2008. Saya mengikuti pendidikan Lemhanas di Australia hingga tahun 2009, kembali ke kementerian menjadi Kabag Dukungan Menteri Pertahanan pada Setjen Kementerian Pertahanan dan Speak Righter Menteri Pertanahan RI. Sejak bulan Januari 2012 sampai saat ini, saya dipromosikan menjadi Direktur Kerjasama Internasional Kementerian Pertahanan. Saya menjadi Brigjen sejak tanggal 9 Maret 2012. Hal ini semua berkat kemurahan Tuhan dan dukungan keluarga.
Apa tugas Anda pada jabatan itu?
Tugas saya membidangi seluruh kerja sama pertahanan Indonesia dengan semua negara di dunia. Mulai dari lingkup hubungan bilateral, one to one country, regional, ASEAN, supra regional ASEAN plus sampai pada tingkat yang lebih luas. Misalnya kerja sama pertahanan dengan Amerika, yang mencakup bidang pendidikan, latihan bersama, action of visit, bilateral dialog, hingga menjajaki kemungkinan membeli persenjataan, pesawat tempur dan sebagainya.
Anda orang NTT yang berhasil di luar NTT. Bagaimana penilaian Anda soal daerah dan orang NTT?
Sama seperti daerahnya, orang NTT itu keras. Saya mau gambarkan begini. Daerah NTT didominasi tanah yang keras, berbatu karang. Karena itu hanya tanaman dan orang berpendirian kuat yang bisa survive, tumbuh berkembang di NTT. Itulah kebanggaan saya sebagai orang NTT. Jika kita sudah bisa survive di NTT yang keras maka sebenarnya akan mudah bagi kita hidup dan berkembang di daerah lain di luar NTT. Pesan saya, jangan hanya jadi jago kandang, tapi harus bisa jago juga di luar kandang. Fakta sudah membuktikan bahwa banyak orang NTT yang berhasil di luar daerah.
Apa kunci keberhasilan Anda?
Ada 4 kunci yang membawa saya menjadi seperti sekarang ini. Pertama, tekun. Ketekunan menjalankan pekerjaan dan tekun berdoa. Kedua, kerja keras tanpa pamrih. Ketiga, setia. Setia pada iman, keluarga, pekerjaan, persahabatan, kepercayaan dan janji. Keempat, rendah hati, jangan sombong. Apapun jabatan kita tidak akan ada artinya jika kita sombong dan sok tahu.
Karena itu generasi muda harus punya empat prinsip itu agar berhasil dan sukses.
Bicara soal generasi muda. Sebagian besar anak-anak NTT lebih suka menjadi polisi daripada menjadi tentara. Bagaimana Anda melihat fenomena itu?
Ya, namanya pilihan hidup masing-masing orang. Hal itu harus dihargai. Namun saya mau katakan, jangan ragu-ragu menjadi tentara. Karena semua pekerjaan ada manfaatnya. Tentara itu pengabdian. Kalau mau mengejar materi tidak akan kamu dapatkan di tentara. Tapi ingat satu hal bahwa pengabdian yang sungguh-sunggu tulus tidak akan pernah sia-sia. Pada gilirannya nanti, materilah yang akan mengejar kamu dan kamu tak kuasa berlari menghindari kejaran materi itu. Akhirnya semua kebutuhan kamu akan tercukupi. Itulah pengabdian tulus tanpa pamrih.
Pesan Anda kepada generasi muda dan pejabat di NTT?
Saya berharap anak-anak NTT bisa mengikuti apa yang telah dirintis seniornya yang sudah sukses di dalam maupun di luar NTT. Jadikan hal itu motivasi untuk meraih keberhasilan sesuai bidang masing-masing. Kepada para pejabat pemerintahan, pesan saya, kembalilah kepada natural setiap fungsi. Kembali memposisikan diri tidak sebagai orang yang berkuasa, tapi sebagai pelayan masyarakat. Sehingga kepentingan masyarakat dan daerah bisa lebih diprioritaskan dibandingkan kepentingan pribadi atau golongan.
Bagaimana Anda melihat NTT terkait strategi keamanan Indonesia?
Dalam dimensi strategi pertahanan, wilayah Indonesia adalah wilayah yang berbatasan langsung dengan negara lain. Karena itu, daerah NTT sebagai bagian dari Indonesia akan menerima implikasi langsung baik karena interaksi positif dan ranifikasi yang unispektif. Terlebih NTT berbatasan dengan Timor Leste dan Australia. Jika NTT lebih maju dari wilayah lain, maka hal ini menjadi kekuatan Indonesia. NTT adalah front line pertama dari Negara Indonesia. Karena itu NTT harus diakselerasi kemajuannya sehingga tidak kalah dengan Darwin dan Timor Leste sebagai negara yang berbatasan langsung dengan NTT. Dengan kondisi NTT yang maju berkembang, maka akan menjadi citra Negara Indonesia.
Bagaimana penilaian Anda soal kemajuan NTT saat ini?
Sejak meninggalkan Kupang tahun 1983 dan sekarang tahun 2012 datang lagi ke Kupang atau sudah 29 tahun, sekarang saya lihat sudah cukup banyak kemajuan. Ke depan saya harapkan kemajuan itu bisa lebih dipercepat, bukan berdasarkan deret hitung tapi harus dengan deret ukur. Artinya, bagaimana mengakselerasi kemajuan dengan formulasi bion deret aritmetik, tambah lagi speed-nya. (novemy leo)
Jangan Sia-siakan Keluarga
LELAKI kelahiran Palla, Sumba Barat Daya (SBD), 23 Mei 1959 lalu itu menikahi Diana Evita Kembuan tahun 1987 lalu. Kini Brigjen (TNI) Drs. Jan Pieter Ate, M.Bus, MA, telah dikaruniai tiga anak. Anak pertama, Andisti Kandipada Ate, seorang sarjana kedokteran sedang koas di RS Pusat Angkatan Udara Halim Perdana Kusuma.