NTT Terkini 

Negara-negara Pasifik Sepakati Komitmen Kolaborasi IPACS 2025

Pertemuan ini merupakan cerminan dari realita kita yang bekerja sama, memadu kita untuk memprioritaskan berbagai program.

Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/MARIA SELFIANI BAKI WUKAK
SIDANG - Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon memimpin sidang pertemuan tingkat menteri atau Ministerial Dialogue IPACS 2025, Rabu (12/11/2025). 

Menurutnya, warisan budaya dari Pasifik adalah sebuah aset yang sangat luar biasa. Warisan budaya melandasi identitas, memperkuat hubungan masyarakat, mendorong peluang ekonomi, dan memandu pelestarian lingkungan hidup yang berkelanjutan dan inklusif bagi negara-negara pasifik sembari berbagi cerita bersama kepada dunia.

Menteri Negara Bidang Pariwisata, Seni, dan Kebudayaan Negara Merdeka Papua Nugini, Belden Norman Namah, sampaikan bahwa sebagai negara dengan keragaman budaya yang sangat kaya, Papua Nugini terus membangun hubungan diplomatik dengan negara-negara pasifik melalui kebudayaan. 

Menurutnya, budaya tidak hanya memperkuat hubungan diplomatik antar negara, namun juga dapat berlanjut ke bidang kerja sama di bidang sosio-ekonomi. 

Masyarakat Papua Nugini, lanjutnya, juga percaya bahwa pengetahuan budaya oleh generasi tua dan kreativitas generasi muda bisa berkesinambungan untuk mencapai inovasi guna mengatasi isu-isu global, seperti perubahan iklim dan lain-lain. 

“Kolaborasi dan kerja sama harus inklusif dan berkelanjutan untuk ketahanan di masa depan. Bersama kita bisa mengatasi permasalahan bersama dan kerja sama berkelanjutan untuk kesejahteraan secara regional maupun global,” tutup Belden Norman Namah. 

Melanjutkan dialog, Menteri Kebudayaan Pemuda, Olahraga, Budaya dan Kewarganegaraan Kaledonia Baru (Republik Prancis), Mickael Forrest, turut menyampaikan rasa terima kasih atas terselenggaranya program IPACS 2025. 

Ia menyebutkan bahwa forum internasional ini merupakan kesempatan berharga untuk penduduk Pasifik, di mana negara-negara sahabat bisa mengambil banyak manfaat dari pertemuan IPACS 2025.

Lebih lanjut, delegasi dari New Caledonia (Prancis) tersebut menyebutkan bahwa Indonesia berperan penting dalam penguatan kawasan Pasifik. Menindaklanjuti hal tersebut, Mickael Forrest meneguhkan kesiapannya dalam mengaktivasi peran masing-masing organisasi agar tidak menduplikasi dari kerja yang sudah ada.

“Saya berharap sinergi kolaborasi IPACS 2025 bisa mendukung kerja sama regional dan multilateral. IPACS merupakan platform kerja sama yang penuh dengan manfaat, yang juga dapat mengembangkan inisiatif dengan dukungan mitra-mitra di kawasan Asia Pasifik. Kami siap mendukung keputusan yang mendukung pemajuan-pemajuan tersebut,” ungkap Mickael Forrest.

Sementara itu Menteri Budaya dan Pariwisata Kepulauan Solomon, Choylin Yim Douglas, menguraikan tema besar IPACS yang membuka kolaborasi serta menjadikan kebudayaan sebagai alat dalam menghadapi berbagai tantangan global, antara lain pembangunan berkelanjutan, pelestarian lingkungan, dan ketangguhan masyarakat. 

Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, kebudayaan menjadi landasan kuat pertumbuhan industri kreatif. Dalam hal pelestarian lingkungan, IPACS menegaskan bahwa budaya dan alam adalah dua entitas yang tak terpisahkan. Adapun mengenai ketangguhan, makna ini telah tertanam di dalam tradisi turun temurun, ditujukan lewat nenek moyang yang menunjukkan ketangguhan jauh sebelum istilah ini dikenal, beradaptasi selaras dengan lingkungan. 

Melanjutkan agenda Ministerial Dialogue dalam rangka IPACS 2025, Asisten Sekretaris Kementerian Kebudayaan dan Hubungan Internasional Republik Kepulauan Marshall, Antari Elbon mengatakan bahwa IPACS 2025 ini adalah agenda untuk menghubungkan budaya, tradisi, bahasa, cerita, dan tradisi dari nenek moyang kita, yang meski terpisah secara jarak, namun disatukan oleh lautan sebagai jembatan yang menghubungkan budaya dan tradisi kita.

Antari Elbon juga menyoroti perubahan iklim yang tidak hanya mengancam kehidupan, namun juga mengancam kebudayaan termasuk cagar budaya yang berada di Kepulauan Marshall. 

“Kenaikan air laut tidak hanya mengancam tradisi kami tapi juga situs-situs bersejarah kami. Perubahan iklim juga turut mengancam kebudayaan kami. Maka itu sinergi dan kerja sama dibutuhkan untuk membantu kami agar tetap bertahan,” ujarnya.

Menutup paparannya, Antari Elbon berharap agar IPACS 2025 dapat menjadi wadah untuk terus melanjutkan upaya untuk saling berbagi, mendengar, dan merayakan keragaman yang terus menyatukan negara-negara Pasifik.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved