Wawancara Eksklusif

Bupati Sumba Tengah Paulus SK Limu: Pemimpin di Daerah Termiskin Butuh Panggilan Khusus

Saya mau berbahagia, maka berbagai upaya, usaha dan bagaimana cara melayani untuk Sumba Tengah, kabupaten miskin dan berbahagia. 

|
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM
BUPATI SUMBA TENGAH - Bupati Sumba Tengah Paulus Sekayu Karugu Limu saat diwawancarai wartawan Pos Kupang, Ryan Nong dalam Podcast Pos Kupang, Sabtu (8/11/2025). 

Rp 400 miliar itu 70 persen adalah belanja pegawai, hanya tinggal 30 persen untuk belanja pembangunannya dan itu pun juga dikategorikan sudah ada dana kaitan untuk dana pendidikan 20 persen, dana kesehatan 10 persen, dana desa kurang lebih 22 persen. 

Nah, itu mandatory maka kurang lebih yang saya bisa optimalkan itu hanya tinggal 50 persenya, tinggal kurang lebih sekitar Rp 50 miliar.

Apakah dengan anggaran yang terbatas bisa tetap menjadi 2 persen? 

Tetap 2 persen! Luar biasa. Semakin kecil semakin tertantang. Itulah lahir seorang pemimpin jiwa petarung. Betulkah pemimpin menjadi pelayan? 

Kalau normal anggarannya besar,siapapun juga bisa menjadi pemimpin. Tetapi dengan anggaran terbatas itu dibutuhkan pengorbanan. Dibutuhkan orang yan hidup dalam kasih. Kasih itu yang mengikat. 

Kasih itu mempersatukan. Kasih itu yang menyempurnakan. Itu yang mendorong kuat. Tanpa itu tidak bisa kita menjadi pemimpin. Maka bagaimana bisa menurunkan angka kemiskian 2 persen itu kita punya pola, kita punya strategi.

Di periode kedua kepemimpinan Anda ada program Pekarangan Pro Oli Mila, maksudnya seperti apa?

Kami di Sumba Tengah sudah keren namanya PK POM. Pekarangan Pro Oli Mila. Itu sebetulnya untuk solidaritas kepada sesama orang miskin dalam bahasa Sumba Tengah. 

Solidaritas kepada orang miskin. Bela rasa kepada orang miskin. Kalau pekarangannya memang kembali pada fokus pada kondisi di lingkungan rumahnya. Kenapa pekarangan? 

Karena kami sudah bangun rumah mandiri di periode pertama jadi tinggal dilanjutkan.

Kami sudah bangun kurang lebih 4.000 rumah. Tetapi penurunan angka kemiskinan tidak signifikan hanya 1 persen tiap tahun. 

Maka kami berpikir, kami analisa, kami refleksikan bahwa kalau hanya membangun rumah mandiri, angka kemiskinan Sumba Tengah tidak akan turun jauh. Kalau orangnya hanya punya rumah tapi tidak makan minum juga tidak akan turun dari kemiskinan. Maka lahirlah Pekarangan Pro Oli Mila. 

Karena prinsipnya hitungan kami kemiskinan itu ada 14 indikator dan kaitan dengan desil 1, desil 2, desil 3, bahwa dari 14 indikator itu yang paling menonjol ada dua hal yaitu pendapatannya di bawah Rp 300 ribu itu desil 1, desil 2 di bawah Rp 500 ribu, desil 3 itu di bawah Rp 900 ribu dan yang kedua, mereka tidak punya lapangan pekerjaan.

Dua hal itu yang membuat kami berpikir, kami diskusikan kurang lebih hampir 8 bulan sampai 10 bulan, lahirlah Pekarangan Oli Mila. Hemat kami 14 indikator itu salah satunya adalah rumah harus berlantai semen. 

Tujuh indikator kemiskinan itu ada di rumah. Maka kami yakin betul dari 14 indikator ada di rumah, kami ciptakan yang namanya pekarangan Pro Oli Mila. 

Salah satu yang menekankan kami bahwa orang miskin itu tidak punya pekerjaan. Maka pekarangan ini pertama kami berikan ikan satu keluarga kurang lebih 4.000 ekor ikan lele. Lalu yang kedua kami berikan bebek. 

Satu jantan, 10 betina yang siap bertelur. Yang ketiga, kami kasih kambing, satu jantan, dua betina. Lalu yang keempat kami kasih lahan, mengoptimalkan lahan kurang lebih sekitar 2 are. 

Ini empat jenis pekerjaan. Karena prinsip dasarnya orang miskin tidak punya pekerjaan. Tidak punya lahan, tidak punya kebun. Jadi diharapkan dengan memberi stimulus itu akan ada pekerjaan untuk mereka.

Apa alasan di balik empat item yang diberikan ini?

Baik. Konsep mengenai Pekarangan Pro Oli Mila itu pertama, aspek rumah yaitu tujuh indikator tadi dan aspek rumah itu juga lebih banyak kepada pemberdayaan. Nilai rumah Rp 70 juta untuk ukuran 42, cukupkah itu? 

Kalau empat orang cukup. Artinya dari sisi pembiayaan apakah cukup? Kalau dari Rp 70 juta sesungguhnya tipe 42 itu rumusan teknis di mana pun di Indonesia bahkan di surga juga harus nilainya Rp150 juta.  

Rp150 juta itu tidak bisa. Itu sudah hitungan teknisnya, sudah pres itu, tipe 42 harusnya Rp100 juta. Kami siapkan 70 juta. 

Pertanyaannya Rp80 juta dari mana?  Karena kami memang membangun rumah  kaitan dengan pemberdayaan maka kami berdayakan aspek budayanya yaitu gotong royongnya. Rp 80 juta dari gotong royong, Rp 70 juta dari pemerintah.

Konsep seperti apa gotong royong itu?

Gotong royong ini sesungguhnya tergantung dari pemimpinnya. Mengarahkan swadaya masyarakat, partisipasi masyarakat. Kalau kita pemimpin tidak menggarahkan gotong royong juga tidak mungkin. 

Apalagi biayanya lebih besar daripada yang kita siapkan. Lalu yang berikut kaitan dengan rumah. Pemberdayaan rumah ini batu karang mereka punya sendiri, batu cetak mereka punya, kayu, bambu juga mereka punya. 

Tukangnya juga dari mereka. Jadi dari konteks lokal setempat sehingga juga ada pemberdayaan-pemberdayaan ekonominya di situ. 

Jadi pertumbuhan ekonomi juga sehingga selain tadi rumah yang nilainya 70 juta sesungguhnya itu pemberdayaan gotong royong masyarakat. Memang sangat tergantung seorang pemimpin untuk menggerakkan gotong royong itu.

Bagaimana Anda bisa menggerakkan masyarakat?

Memang untuk gotong royong yang saya coba terapkan kurang lebih sekitar 5 tahun dan sekarang saya sementara laksanakan, misalnya bangun pondasi, kalau istilah di Sumba Tengah, itu juga budaya. 

Harus duduk bersama, cerita bersama, jadi ada kumpul- kumpul seperti itu. Saya bilang kalau sudah siap, bupatinya turun ke sana. Saya mau letakkan batu pertama. 

Padahal fondasinya belum siap karena bilang bupati turun terpaksa apapun kondisi yang ada di situ masyarakatnya, kepala desa, tokoh masyarakat ramai-ramai. Jangan bikin malu kampung. Terpaksa gotong royong. Cari batu karang, pasir juga, lalu tukangnya pakai mereka yang punya keterampilan. 

Kalau kita lihat biaya untuk tukang mungkin pondasinya harus keluarkan kurang lebih sekitar Rp5 - Rp10 juta. Tapi karena gotong royongnya itu nol. Ya.. paling  siap makan minum.  Begitu juga untuk hal-hal yang bisa dilakukan dengan gotong royong

Memang kalau Sumba Tengah agak unik. Budayanya sangat bagus, solidaritasnya sangat bagus, belarasanya, tinggal pemimpin menggerakkan sehingga Rp 150 juta bisa terpenuhi dengan gotong-royong  di Sumba Tengah dan kami sudah sukses periode pertama sudah bangun 4.000 unit dan luar biasa. 

Sehingga Rp 50 juta itu bukan masalah, tergantung niat kita, bela rasanya, nilai budaya, kita gerakkan. Mungkin yang lain mau tiru silakan datang belajar di Sumba Tengah dengan nilai bangunan Rp150 juta tapi dengan Rp70 juta bisa diselesaikan. 

Keberhasilan program sangat bergantung pada komitmen dan kerja keras para penerima manfaat. Bagaimana sinergi dengan mereka selama ini Pak Bupati?

Sinergi dengan penerima manfaat di Sumba Tengah selama 5 tahun dan sekarang saya sangat dekat ke mereka.Termasuk 4.000 penerima rumah pertama itu, sebelum pekerjaan  rumah, saya sudah temui mereka. 

Saya tahu mereka punya makan minum, tahu pakaiannya. Saya dekat dengan mereka tidak hanya berdasarkan laporan. Rumah mereka rumah saya juga.  Makanan mereka makanan saya juga. 

Maka penerima manfaat itu anggap saya punya orang tua, saya punya keluarga, tidak ada jarak sama sekali maka saya bangun betul-betul bukan untuk dipuji, dihormati, tidak. Lahir dari ketulusan, dari niat. Saya rasa bahagia, bangga kalau mereka bahagia. 

Saya rasa sangat sengsara kalau mereka tidak bahagia dan membangun rumah itu sarana untuk mencintai, bukan tujuan rumahnya, tetapi bukti cinta kepada saya, kepada mereka.

Efisiensi anggaran yang diberlakukan pemerintah pusat apakah mempengaruhi program ini?

Tadi program Oli Mila kita sudah jelaskan mengenai aspek rumah. Aspek kedua yaitu aspek gizi. 

Penyelesaian masalah gizi dan stunting salah satu juga yang menjadi prioritas bagi kami. Sehingga aspek kedua adalah aspek gizi, kepemenuhan gizi. Aspek ketiga kaitan dengan pertumbuhan ekonomi, pendapatan. 

Kami boleh katakan hitungan kami empat jenis kegiatan ini yaitu ikan lele yang kurang lebih sekitar 4.000 ekor, lalu bebek kurang lebih sekitar 11 ekor, kambing 3 ekor dan hortinya kurang lebih sekitar 2 are.  

Bagi kami hitungan bisnisnya masing-masing minimal per bulan itu 1,2 juta. Ketiga, aspek kaitan dengan pendapatan ekonomi. Keempat dari aspek pendidikan. Pendidikan bagi mereka yang betul orang miskin ini kami siapkan beasiswa mulai dari semester 2 sampai selesai dan kami sementara programkan, sekarang ini.

Beasiswa itu per tahun berapa anak?

Tahun 2025 ini ada 300 orang anak tapi tahun depan itu berkisar 500 sampai 1000 orang dan kami prioritaskan mereka yang orang miskin. 

Aspek pendidikan di pekarangan POM ini tidak hanya beasiswa, sepatunya, baju seragamnya, topi sama bukunya, tasnya kami siapkan disupport pemerintah daerah bagi mereka yang betul-betul sangat miskin di desil satu. 

Kedua, pendidikan juga bagi ibu-ibu karena kita piara bebek, piara ikan, kami ikutkan paket C bagaimana membuat saus, bagaimana membuat kaitan dengan ikan pengasapan bagaimana membuat telur asin dari bebek. 

Ini tidak hanya kepada anaknya tetapi kepada juga orangnya kami didik sehingga keluar ijazahnya dari paket C. 

Salah satu faktor kemiskinan juga dari tidak pernah mendapatkan pendidikan atau putus sekolah, kami didik lewat itu. 

Kalau misalnya barang itu tidak bertambah atau malahan berkurang karena ada satu dua hal bagaimana?

Ini menarik. Pengalaman kami waktu Bapak Jokowi datang ada bawa itik ke Sumba Tengah kurang lebih 20.000 ekor. 

Mungkin itik yang naik pesawat hanya di Sumba Tengah karena perhatian Bapak Jokowi sangat tinggi untuk Sumba Tengah. Tapi apa yang terjadi?  20.000 ekor itu 1 bulan selesai. Tidak ada yang dikembangbiakkan. 

Dan ini sekarang program kami pekarangan Pro Oli Mila yang langsung saya awasi. Kalau dapat 11 ekor bebek , malam dia potong dua ekor, saya akan ambil kembali 4 ekor. 

Kalau di pusat kaitan dengan Undang-Undang perampasan hak, kami ada peraturan mengenai perampasan hak. Jadi sudah diatur. (uzu)

Simak terus artikel POS-KUPANG.COM di Google News 

 

Sumber: Pos Kupang
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved