NTT Terkini
Provinsi NTT Tengah Menghadapi Krisis Literasi yang Mengkhawatirkan
Mulai Agustus 2025, telah terbuka peluang kerjasama dengan para pengusaha yang tergabung pada Forum Filantropi Indonesia di Jakarta.
Penulis: Irfan Hoi | Editor: Edi Hayong
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi
POS-KUPANG.COM, KUPANG- Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tengah menghadapi krisis literasi yang mengkhawatirkan.
Untuk itu, kolaborasi lintas sektor perlu diperkuat agar bisa mengatasi krisis literasi di provinsi kepulauan ini.
Gubernur NTT Melki Laka Lena menegaskan bahwa rendahnya kemampuan membaca dan menulis, bahkan hingga jenjang pendidikan tinggi, merupakan tantangan mendasar yang tidak dapat diselesaikan secara parsial.
Ia menekankan pentingnya perbaikan yang sistematis sejak pendidikan dasar, karena semakin baik keterampilan literasi di jenjang pendidikan dasar, semakin kuat pula fondasi belajar di tingkat selanjutnya.
Data menunjukkan bahwa lebih dari 25 persen siswa SMA di NTT berada dalam kategori literasi rendah. Hanya 24,7 % sekolah tergolong baik dalam aspek literasi.
Tanpa intervensi jangka panjang yang terstruktur, anak-anak berisiko tertinggal dalam pembelajaran, kesulitan memasuki dunia kerja, dan terhambat dalam partisipasi sosial.
Baca juga: Mekeng Tekankan Literasi Digital dan Nilai Pancasila di SMAN 2 Bajawa
Namun, peluang untuk keluar dari krisis tetap terbuka. Dalam studi Hanushek dan Woessmann tahun 2012, menunjukkan peningkatan 10 % pelajar dengan kemampuan membaca dasar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 0,3 % .
Sementara itu, peningkatan 10 % pelajar dengan kemampuan membaca tingkat lanjut dapat meningkatkan pertumbuhan hingga 1,3 % .
Studi Crawfurd (2025) juga mencatat bahwa peningkatan satu standar deviasi dalam kemampuan literasi dan numerasi anak usia 7–12 tahun di Indonesia berkorelasi dengan peningkatan pendapatan dewasa sebesar 11 % .
Dalam Rapat Komite Pengarah Provinsi INOVASI NTT yang digelar di Kantor Gubernur, Kepala Bapperida Provinsi NTT Alfonsus Theodorus, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor melalui pendekatan ekosistem pendidikan.
“Program INOVASI merupakan model kemitraan yang sistematis dan berdampak nyata dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dasar. Kami berterima kasih kepada Pemerintah Australia atas dukungannya melalui Program INOVASI,” ujarnya, Rabu (15/10/2025).
Baca juga: Bulan Inklusi Keuangan dan WIW 2025, OJK dan Pemkab Belu Tingkatkan Literasi Keuangan
Dukungan serupa disampaikan oleh Tim Stapleton, Minister Counsellor Tata Kelola dan Pengembangan Manusia Kedutaan Besar Australia di Jakarta.
Ia menyebut, pendidikan merupakan salah satu pilar utama kerja sama bilateral Indonesia–Australia yang telah terjalin selama lebih dari 75 tahun.
“Kami percaya bahwa pendidikan berkualitas adalah fondasi kemajuan suatu bangsa. Dukungan ini sejalan dengan komitmen bersama antara Perdana Menteri Anthony Albanese dan Presiden Prabowo untuk meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi anak-anak Indonesia melalui kemitraan Program INOVASI,” ujarnya.
Direktur Program INOVASI, Sri Widuri, menambahkan bahwa kolaborasi ini melibatkan pemerintah daerah, LSM, organisasi masyarakat sipil dan berbasis agama, organisasi penyandang disabilitas, sektor swasta, serta mitra pembangunan seperti UNICEF, Plan International, dan Forum Filantropi Indonesia.
Pendekatan berbasis ekosistem ini bertujuan memperkuat kapasitas guru, mendukung pembelajaran berbasis bahasa ibu di kelas awal, serta mendorong inovasi lokal seperti reading camp untuk meningkatkan kemampuan literasi anak sejak dini.
Baca juga: Ajang PLN Journalist Awards 2025 Dibuka, Apresiasi untuk Pewarta Penggerak Literasi Energi Nasional
“Kolaborasi yang kuat antara pemerintah pusat, daerah, sekolah, dan masyarakat adalah kunci untuk menutup kesenjangan hasil belajar dan memastikan setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan belajar,” kata Sri Widuri.
Ia mencontohkan keberhasilan Kabupaten Nagekeo sebagai pelopor dalam penerapan pembelajaran berbasis bahasa ibu di kelas awal.
Sejak 2020, melalui kemitraan dengan Program INOVASI dan Yayasan Sulinama, pendekatan transisi dari bahasa Nage ke bahasa Indonesia diterapkan di 10 PAUD dan 10 SD.
Survei awal menunjukkan bahwa hampir 50 % siswa menggunakan bahasa ibu di sekolah, namun hanya 6 % guru yang menggunakannya sebagai bahasa pengantar.
Program ini menjembatani kesenjangan tersebut melalui pelatihan guru dan pengembangan bahan ajar berbasis bahasa lokal.
Hasilnya, hampir 100 % siswa di sekolah percontohan mencapai kecakapan literasi dasar, termasuk dalam mengenal huruf, membaca lancar, dan memahami bacaan.
Baca juga: BEI Dorong Literasi Pasar Modal di NTT Lewat Edukasi Inklusif
Di NTT, INOVASI telah mendukung 10 Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan pemerintah daerah untuk memperkuat keterampilan dasar mengajar para dosen dan mahasiswa calon guru melalui pendekatan berbasis ekosistem, termasuk melalui reading camp dan penggunaan bahasa ibu di PAUD/TK dan kelas awal SD untuk mendukung transisi ke bahasa Indonesia.
INOVASI di NTT bekerja sama dengan ekosistem pendidikan di tingkat provinsi dan kabupaten, termasuk pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, organisasi masyarakat sipil dan berbasis agama, Organisasi Penyandang Disabilitas, serta aktor sektor swasta terkait melalui pendekatan terpadu untuk meningkatkan kinerja siswa.
Pada tiap kabupaten mitra dan pada tingkat provinsi, INOVASI di NTT juga bermitra dengan organisasi non-pemerintah, lembaga pendidikan guru, sektor swasta, serta program dan mitra pembangunan lainnya seperti SKALA, UNICEF, Nusa Tenggara Association, LITARA, Yayasan Bambu Lestari, serta PLAN International.
INOVASI bekerjasama juga dengan organisasi pemerintah seperti POKJA Rencana Aksi Adaptasi Perubahan Iklim Provinsi NTT, Bappelirida/Bappelitbangda/Bappeda, dan Gerakan NTT Membaca dan Menulis (GENTA Belis), Dinas Pendidikan & Kebudayaan Provinsi NTT.
Mulai Agustus 2025, telah terbuka peluang kerjasama dengan para pengusaha yang tergabung pada Forum Filantropi Indonesia di Jakarta.
Baca juga: Dosen Unimor Beri Penguatan Literasi Bahasa Inggris dengan Aplikasi Mysivi di PPA Gereja Sion Sasi
Dengan semangat gotong royong dan sinergi lintas sektor, Pemerintah Provinsi NTT optimistis krisis literasi dapat diatasi melalui kolaborasi berkelanjutan dan berbasis kebutuhan lokal.
Transformasi pendidikan di NTT membutuhkan komitmen bersama, inovasi lokal, dan dukungan nyata dari semua pihak.
Tujuannya agar setiap anak, dimanapun mereka berada, memiliki hak yang sama untuk belajar, tumbuh, dan bermimpi. (fan)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/Foto-bersama-dalam-pembukaan-Rapat-Komite.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.