Human Interest Story
ANKER: Pedagang di Pasar Bobou Bajawa Keluhkan Pasar Sepi, Pedagang Terlilit Koperasi Harian
Pemerintah tegas dan konsisten dalam menjalankan aturan, termasuk menertibkan lapak-lapak liar yang ditempati pedagang
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Charles Abar
POS-KUPANG.COM, BAJAWA - “Pemerintah tegas dan konsisten dalam menjalankan aturan, termasuk menertibkan lapak-lapak liar yang ditempati pedagang sepanjang emperan jalan dalam kota. Arahkan semua pedagang berjualan di pasar ini.”
PEDAGANG yang tetap bertahan berjualan di pasar Bobou Bajawa, Kabupaten Ngada, kini merasakan dampak nyata akibat rendahnya daya beli masyarakat. Hal ini terlihat dari menurun tajamnya jumlah kunjungan sejak satu tahun belakangan.
Sejumlah pedagang yang berjualan di Pasar, saat ditemui Pos Kupang, Rabu (24/9) mengaku, pasar yang digadang sebagai sentra perekomian di Kabupaten Ngada itu, sebentar lagi hanya tinggal nama. Jumlah pembeli setiap hari bisa dihitung dengan jari.
Vero Moi, pedagang setempat mengatakan, kini pendapatan yang ia peroleh sehari sangat anjlok dari biasanya.
“Kalau dulu pendapatan per hari mencapai Rp. 400 ribu. Sekarang syukur-syukur kalau mencapai Rp.100 ribu,” kata Vero, penjual sayur, bawang dan berbagai kebutuhan rumah tangga di pasar itu.
Ia mengatakan, hal itu dipicu kondisi pasar yang kian hari kian sepi. Anjloknya pemasukan yang mereka peroleh berdampak pada kredit macet. Demi mengatasi itu, Ia terpaksa menggunakan koperasi harian meskipun dengan bunga yang besar.
“Terpaksa untuk menutupi kebutuhan, kami mengambil koperasi harian mingguan terlalu banyak, untuk kebutuhan anak sekolah, rumah tangga,” ungkap Maria Uge.
Ia mengatakan, kondisi Pasar Bobou belum banyak berubah. Kondisi masih sepi, karena masih banyak penjual yang jual di emperan toko, pinggir jalan di pusat kota Bajawa.
Menurut Vero, Pasar Bobou sepi karena masih banyak yang jualan di emperan toko hingga sepanjang jalan dalam kota. Oleh karena itu, pihaknya berharap pemerintah tegas dan konsisten dalam menjalankan aturan. Termasuk menertibkan lapak-lapak liar yang ditempati pedagang sepanjang emperan jalan dalam kota. “kalau bisa arahkan semua di pasar ini, biar pasar ramai” ungkapnya.
Senada dengan Vero, pedagang lainnya Apolonaris Minggu (56) mengaku terpaksa bertahan dengan kondisi pasar sepi karena tidak ada pilah lain. Ia mengatakan, banyak jualan yang rusak karena sepi pembeli. Hal itu sangat merugikan bahkan belum balik modal.
Minggu mengatakan, jualan laku hanya saat ada pesta nikah dan saat perayaan hari besar seperti Natal, Paskah.
“Kalau ada pesta baru ramai, atau saat mau natal,” katanya.
Dengan kondisi demikian, Ia hanya pasrah dengan keadaan. Ia berniat pindah tetapi tidak ada tempat untuk berjualan. “Mau pindah ke kota tempat tidak ada,” tambahnya.
Ia mengatakan, akibat melorotnya pendapatannya, dirinya saat ini mengalami penunggakan utang bank dan terpaksa mengambil Koperasi harian. “Untuk menutupi itu kita terpaksa ambil koperasi harian atau mingguan,” kata Dia.
| FEATURE: Alumni Politeknik Pertanian Negeri Kupang Galau dengan Harga Ayam |
|
|---|
| FEATURE: Festival Golo Curu 2025 di Manggarai, Lintas Agama Bersatu dalam Ritus Tuk Kopi |
|
|---|
| FEATURE: Pasar Murah Golkar NTT, 1.000 Paket Sembako Ludes Diserbu Rakyat |
|
|---|
| FEATURE: Gendang Lentang Gelar Upacara Roko Molas Poco |
|
|---|
| FEATURE: Roko Molas Poco Gendang Lentang, Arak Siri Bongkok untuk Rumah Adat Baru |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.