Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Jumat 14 November 2025, "Kesempatan untuk Membenahi Diri"
Begitu pula kita di zaman modern ini. Kita bekerja keras, membangun karier, mengejar kenyamanan, dan menikmati hiburan digital.
Renungan Harian Katolik Suara Pagi
Bersama Pastor John Lewar SVD
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz
STM Nenuk Atambua Timor – NTT
Jumat, 14 November 2025
Hari biasa Pekan XXXII
Keb. 13:1-9; Mzm. 19:2-3,4-5; Luk. 17:26-37
Warna Liturgi: Hijau
Kesempatan untuk Membenahi Diri
Dalam Injil hari ini, Yesus mengingatkan para murid tentang datangnya hari Tuhan yang tak terduga. ―Sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari Anak Manusia.‖ (Luk. 17:26).
Manusia pada zaman Nuh dan Lot hidup sibuk, .bukanlah zaman tanpa kemajuan. Orang-orang sibuk membangun, berdagang, berkeluarga — hal-hal yang tampak baik dan normal. Tetapi mereka melupakan Allah di balik semua kesibukan itu. Mereka hidup hanya untuk hal-hal sementara,
tanpa arah kekal.
Begitu pula kita di zaman modern ini. Kita bekerja keras, membangun karier, mengejar kenyamanan, dan menikmati hiburan digital.
Namun sering kali, Tuhan menjadi sekadar ―sisa waktu‖, bukan pusat kehidupan. Peristiwa air bah pada zaman Nuh, serta hujan api dan belerang pada zaman Lot yang membinasakan banyak manusia dijadikan gambaran
tentang hari kedatangan Tuhan untuk kedua kalinya.
Saat itu tidak ada lagi kesempatan untuk berbuat apa pun karena waktunya sudah tiba. Gambaran kedatangan Tuhan yang dikatakan Yesus hari ini menegaskan kepada kita tentang perlunya mengubah hidup saat ini juga.
Perubahan hidup jangan hanya menjadi pengandaian di masa depan. Perubahan ini memerlukan tindakan yang nyata. Dengan mengubah hidup menjadi lebih baik, orang diajak untuk sungguh-sungguh menjalani hidup dengan bersumber pada sabda Tuhan.
Pertanyaannya, apa yang perlu dibenahi? Jika kita merasa bahwa hidup kita sudah baik-baik saja, apakah perlu diubah dan dibenahi?
Jika kita sudah tua dan akrab dengan olah rohani, apakah masih perlu membenahi hidup? Kiranya baik untuk disadari bahwa perjuangan menjadi pribadi yang beriman adalah perjuangan seumur hidup.
Menjadi beriman tidak mengenal saat pensiun. Menjadi beriman harus terus diusahakan sampai akhirnya kematian menjemput.
Hal itu saya sadari setiap kali berkesempatan berziarah ke makam rekanrekan imam yang sudah meninggal. Kesetiaan mereka sebagai imam terbukti sampai akhir. Mereka meninggal dengan membawa tanda imamatnya.
Artinya, perjuangan mereka sebagai imam berlangsung sampai akhir hayat. Kesetiaan mereka sebagai imam adalah bentuk kesaksian hidup mereka masing-masing.
Mari kita renungkan, apakah selama ini kita konsisten menghadirkan diri sebagai pribadi yang beriman? Misalkan segala aktivitas rohani sudah kita lakukan dengan setia, apakah demikian pula dengan aktivitas jasmani seperti berbagi, peduli, mengasihi, dan mengampuni orang lain?
Mempersiapkan kedatangan Tuhan hanya mungkin dilakukan dengan satu cara, yakni terus-menerus berbenah. Hidup kita itu dinamis, bergerak karena mengalami pasang surut, tetapi semangat untuk senantiasa memperbarui diri tidak pernah boleh surut.
| Renungan Harian Katolik Jumat 14 November 2025, "Pada Hari Anak Manusia Datang" |
|
|---|
| Renungan Harian Katolik Kamis 13 November 2025, "Kerajaan Allah di Balik Bening Keheningan" |
|
|---|
| Renungan Harian Katolik Kamis 13 November 2025, "Kerajaan Allah Sudah ada di Antaramu" |
|
|---|
| Renungan Harian Katolik Kamis 13 November 2025, "Kerajaan Allah Sudah Ada di Tengah-tengah Kita" |
|
|---|
| Renungan Harian Katolik Rabu 11 November 2025, "Yesus Pemimpin Sempurna" |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/Mengakui-dan-Percaya-Kepada-Yesus.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.