Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Rabu 12 November 2025, “Kembali Sambil Memuliakan Allah”

Ia menekankan kekuasaan mereka berasal dari Tuhan dan bahwa mereka akan dihakimi dengan keras jika mereka tidak memerintah

Editor: Eflin Rote
FOTO PRIBADI
RENUNGAN - Bruder Pio Hayon SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik 

Renungan Harian Katolik
Oleh: Bruder Pio Hayon SVD
Hari Rabu Pekan Biasa XXXII
Rabu, 12 November 2025
PW Sto. Yosafat, Uskup dan martir
Bacaan I:  Keb. 6 :1-11
Injil: Luk.  17:11-19

“Kembali sambil memuliakan Allah”

Saudari/a terkasih dalam Kristus

Salam sejahtera untuk kita semua. Pada hari ini, kita memperingati Santo Yosafat, seorang uskup dan martir dari Ritus Bizantium, yang dikenal karena usahanya untuk mempersatukan Gereja Katolik dengan Gereja Ortodoks.

Tema "Kembali sambil memuliakan Allah" mengajak kita untuk merenungkan tentang syukur, iman, dan bagaimana kita merespons anugerah yang telah kita terima, serta bagaimana kita dapat menjadi agen persatuan dan rekonsiliasi di dunia ini, seperti yang diteladankan oleh Santo Yosafat.

Saudari/a terkasih dalam Kristus

Dalam Kitab Kebijaksanaan (6:1-11), penulis sekali lagi mengingatkan para penguasa dunia untuk mencintai keadilan dan mencari Tuhan dengan hati yang tulus.

Ia menekankan kekuasaan mereka berasal dari Tuhan dan bahwa mereka akan dihakimi dengan keras jika mereka tidak memerintah dengan adil dan bijaksana. 

Ia juga mengingatkan mereka bahwa hikmat lebih berharga daripada kekayaan dan kekuasaan, dan bahwa hanya dengan hikmat mereka dapat memerintah dengan benar dan berkenan kepada Allah. Kisah ini menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati harus didasarkan pada keadilan, kebijaksanaan, dan takut akan Tuhan.

Dalam Injil Lukas 17:11-19, ketika Yesus dalam perjalanan ke Yerusalem, Ia melewati perbatasan Samaria dan Galilea. Di situ datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Lalu Ia memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam."

Dan sementara mereka di tengah jalan, mereka tahir. Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya.

Orang itu adalah seorang Samaria. Lalu Yesus bertanya: "Bukankah kesepuluh orang tadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?"

Lalu Ia berkata kepada orang Samaria itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau." Kisah ini menunjukkan bahwa iman yang sejati menghasilkan ucapan syukur dan bahwa orang-orang yang rendah hati dan terbuka untuk menerima kasih karunia Allah akan mengalami penyembuhan dan keselamatan.

Teladan Santo Yosafat: Santo Yosafat adalah contoh nyata dari seseorang yang menghidupi ajaran Yesus ini. Ia mengabdikan dirinya untuk mempersatukan Gereja Katolik dengan Gereja Ortodoks, yang telah terpisah selama berabad-abad. Ia menghadapi banyak tantangan dan penolakan, bahkan sampai mati sebagai martir karena imannya.

Namun, ia tetap setia pada panggilannya dan terus-menerus berdoa dan bekerja untuk persatuan umat Kristen. Hidupnya adalah kesaksian tentang bagaimana kita dapat menjadi agen rekonsiliasi dan damai di dunia ini. Refleksi kita adalah tentang Kepemimpinan: Apakah kita memimpin dengan adil, bijaksana, dan takut akan Tuhan, seperti yang diharapkan dari para penguasa dalam Kitab Kebijaksanaan?

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved