Opini
Opini: Ketika Bangsa Mencari Pahlawan
Menghargai pahlawan berarti bukan hanya mengenang nama, tetapi menjaga nilai yang mereka perjuangkan.
Di Indonesia, pengabdian itu sering hadir dalam bentuk paling sederhana: mengairi sawah sebelum matahari terbit, memperbaiki jalan desa secara gotong-royong, menjaga mata air, menanam pohon, menghidupkan kembali lumbung pangan, atau sekadar memastikan sesama tidak kelaparan.
Dari kerja yang senyap itulah bangsa ini bertahan dan masa depan tumbuh.
Kepahlawanan hari ini mungkin tidak viral, tetapi ia abadi, karena dilakukan dengan ketulusan dan kesetiaan pada tanah air.
Pahlawan; Cermin Moral Bangsa
Hari Pahlawan bukan nostalgia belaka. Ini adalah cermin moral bangsa. Apakah kita masih menjaga nilai yang mereka titipkan, atau hanya mengutip namanya?
Bung Karno mengingatkan, “Jadikanlah hidupmu setitik api, yang mampu mengusir gelap, walaupun hanya sekelilingmu.”
Kita mungkin bukan api besar namun kita selalu bisa menjadi cahaya kecil; di kota, di desa, di sawah, di ruang kelas, di kantor, dan di
ruang digital.
Kepahlawanan bukan tujuan; ia adalah cara hidup, pilihan untuk hadir, memberi, dan menjaga nilai. Sisanya, biarlah sejarah yang menilai. (*)
Simak terus berita atau artikel opini POS-KUPANG.COM di Google News
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/Zefirinus-Kada-Lewoema1.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.