Opini
Opini: Ketika Bangsa Mencari Pahlawan
Menghargai pahlawan berarti bukan hanya mengenang nama, tetapi menjaga nilai yang mereka perjuangkan.
Dari pertempuran bersenjata hingga pertempuran ide, dari perlawanan diplomatik hingga perjuangan sosial, kita belajar bahwa kepahlawanan
adalah jawaban moral terhadap tantangan zaman.
Mengapa Mereka Disebut Pahlawan?
Pahlawan bukan gelar yang jatuh dari langit. Ia adalah pilihan etis, bukan kebetulan.
Mereka sanggup menghadapi risiko demi orang lain; sebagaimana dicatat Franco dkk., (2011) bahwa tindakan heroik selalu berhadapan dengan physical peril or social sacrifice, ancaman fisik atau pengorbanan bagi orang-orang lain.
Mereka juga mengorbankan kepentingan pribadi, sebagaimana dijelaskan Condren (2019) bahwa pahlawan kerap menanggung kerugian status, ekonomi, bahkan risiko penangkapan atau kematian.
Mereka tetap teguh pada nilai meski tidak populer. Frisk (2019) menegaskan bahwa pahlawan adalah sosok yang stands out morally against dominant norms, berdiri tegak secara moral melawan aturan atau kebiasaan yang umum diterima oleh masyarakat.
Seluruh keberanian itu bermuara pada dampak nyata bagi masyarakat. Temuan Sun, Igou & Kinsella (2023) menunjukkan bahwa motivasi kepahlawanan selalu mengarah pada civic engagement, aksi nyata bagi peradaban, bukan sekadar niat baik.
Nelson Mandela pernah mengatakan, “Pahlawan sejati adalah mereka yang memilih perdamaian daripada perang.”
Sementara itu, Napoleon Bonaparte mengingatkan, “Keberanian bukan berarti tidak takut, melainkan kemampuan menaklukkan rasa takut itu.”
Pada prinsipnya, pahlawan adalah hasil dari keputusan moral yang konsisten, bukan sekadar momentum sejarah.
Pahlawan di Era Kini: Dari Desa hingga Ruang Digital
Tantangan bangsa hari ini bukan penjajahan fisik, tetapi polarisasi, disinformasi, ketidakadilan, kerusakan lingkungan, hilangnya integritas publik, ketimpangan desa-kota, dan terpinggirkannya kearifan lokal.
Karena itu, pahlawan tidak hanya hadir di podium kenegaraan. Mereka tumbuh di desa, sawah, hutan, sungai, dan pekarangan kecil, tempat kehidupan rakyat berdenyut.
Kepahlawanan masa kini dapat ditemui pada petani yang menjaga benih lokal dan kedaulatan pangan; pemuda yang pulang kampung membangun ekonomi desa;
penyuluh pertanian yang setia mendampingi petani kecil;
Tokoh adat yang menjaga hutan dan sumber air; perempuan desa yang menyimpan pengetahuan benih dan pangan; komunitas yang membangun koperasi; akademisi yang merawat pengetahuan tradisional sambil membumikan inovasi modern; serta guru desa yang menyalakan literasi.
Bahkan pejabat desa yang jujur mengelola dana publik adalah pahlawan pada zamannya.
Melayani orang lain, seperti diingatkan Mahatma Gandhi; adalah cara terbaik menemukan diri sendiri.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/Zefirinus-Kada-Lewoema1.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.