Harga Emas di Pegadaian Pagi Hari Ini Senin 13 Oktober 2025, Menguat Tipis, Cek Rinciannya

Dimana, untuk harga jual emas Antam hari ini di angka Rp2.299.000 per gram, tercatat sama kutip dari laman Logam Mulia, harga emas Antam hari sebelumnya, ada stabilitas setelah fluktuasi kecil di akhir pekan.

Sementara, rekor tertinggi harga emas Antam tercatat Kamis (9/10/2025) yakni Rp2.303.000 per gram, sebelum turun Rp9.000, Jumat (10/10/2025). Kemudian naik kembali Rp5.000 pada Sabtu (11/10/2025).

Harga buyback atau pembelian kembali Antam juga mendekati rekor, di angka Rp2.147.000 per gram.

Stabilnya harga jual dan buyback pada 12 Oktober 2025, menunjukkan pasar emas sedang berada dalam fase konsolidasi.

Konsolidasi ini terjadi setelah beberapa hari volatilitas ringan, dipicu sentimen global dan aksi ambil untung investor.

Sementara, data dari Logammulia.com, harga emas Antam berbagai pecahan menunjukkan konsistensi.

Baca juga: Harga Emas di Pegadaian Hari Ini, Sabtu 11 Oktober 2025: Antam, UBS dan Galeri24 Kompak Melemah

Harga emas 0,5 gram dibanderol Rp1.199.500, sementara pecahan 1 gram tetap Rp2.299.000.

Ukuran 5 gram, harga Rp11.299.000, dan 10 gram dijual Rp22.520.000. Pecahan 25 gram dihargai Rp56.137.500, sedangkan 50 gram Rp112.155.000.

Emas 100 gram dijual Rp224.190.000, 250 gram Rp560.087.500 dan 500 gram Rp1.119.875.000.

Untuk pecahan terbesar, 1.000 gram, harga mencapai Rp 2.239.600.000. Melihat tren harga selama 3 hari terakhir, pergerakan emas menunjukkan pola naik-turun relatif moderat.

Penurunan Rp 9.000 Jumat lalu, diikuti kenaikan Rp5.000 hari Sabtu. Stagnasi pada Minggu, menandakan pasar sedang menunggu arah baru.

Adapun prediksi harga emas, Senin (13/10/2025), sangat bergantung pada sentimen global dan pergerakan nilai tukar rupiah.

Jika tidak ada gejolak signifikan dari pasar internasional, harga emas diperkirakan akan bergerak tipis naik.

Faktor utama mendukung kenaikan adalah permintaan emas, sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Ketegangan geopolitik dan potensi perlambatan ekonomi di beberapa negara besar menjadi pemicu investor mengalihkan aset ke logam mulia.