Berita Internasional

Kisah Menarik dari Jepang yang Mulai Kewalahan karena Populasi Turun Drastis 

Editor: Dion DB Putra
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

POPULASI TURUN DRASTIS - Gunung Fuji yang menjadi ikon Jepang. Negara itu mengalami penurunan populasi secara drastis dalam satu dekade terakhir.

POS-KUPANG.COM, TOKYO - Jepang meruapakan negara dengan penduduk tertua kedua di dunia. Negara itu pun mulai kewalahan mendapatkan tenaga kerja lantaran populasi turun drastis.

Menurut Data Kementerian Kesehatan Jepang, tercatat 350.074 kelahiran antara bulan Januari-Juni 2024. Jumlah itu menurun hampir enam persen dibandingkan Januari-Juni 2023. 

Angka kelahiran tersebut merupakan yang terendah sejak 1969 ketika Tokyo mulai melaporkan statistik dua tahunan.

Keluarga muda Jepang umumnya menunda memiliki anak, atau tidak memiliki keturunan sama sekali. 

Beberapa anak muda malah lebih memilih hidup sendiri.  Selain angka kelahiran sangat rendah, Jepang juga dikenal sebagai negara dengan jumlah penduduk tertua kedua di dunia. 

Menteri Kesehatan Jepang 2023-2024, Keizo Takemi, menyebutkan situasi ini sangat kritis. 

Ia memperingatkan, jumlah orang muda akan menurun tajam pada 2030-an, sehingga enam tahun ke depan adalah kesempatan terakhir bagi Jepang. 

Di media sosial muncul unggahan Jepang membuka lebih banyak peluang bagi tenaga kerja asing, meliputi Indonesia, untuk mengatasi dampak penurunan populasi. 

Indonesia dengan populasi muda yang besar di dunia, dianggap salah satu mitra potensial dalam upaya ini. Benarkah demikian? 

Tanggapan KBRI Tokyo 

Koordinator Fungsi Penerangan dan Sosial Budaya Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo, Muhammad Al Aula, membenarkan negara Jepang membutuhkan tenaga kerja asing. 

"Menurunnya junlah penduduk Jepang serta terbukanya peluang kerja bagi pekerja asing di negara ini sudah menjadi pengetahuan umum di Jepang," katanya, ketika dihubungi Kompas.com pada Rabu (26/2/2025). 

"Tenaga Kerja Indonesia (TKI) termasuk yang dibutuhkan oleh pasar kerja di Jepang," ujarnya. 

Al Aula menjelaskan, Indonesia dipilih menjadi salah satu negara pengirim tenaga kerja asing karena beberapa faktor, antara lain kualitas kerja yang baik dan perilaku pekerjanya secara umum dipandang memahami kultur dan nilai-nilai sosial yang berlaku di Jepang. 

Adapun untuk jumlah lapangan kerja yang tersedia untuk TKI di Jepang, Al Aula menyebut angkanya cukup beragam. 

"Tapi secara umum dapat dikatakan kebutuhan tenaga kerja asing di Jepang masih sangat tinggi untuk beberapa tahun ke depan," tuturnya.

Untuk sektor-sektor strategis lapangan kerja di Jepang bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI) dalam skema Specified Skilled Worker (SSW), Al Aula menyebutkan beberapa di antaranya, yaitu: Keperawatan Industri manufaktur produk Konstruksi Pembuatan kapal dan mesin kapal Perbaikan.

Perawatan mobil Industri penerbangan Perhotelan Pertanian Perikanan dan budidaya perairan Transportasi mobil Transportasi kereta api Perhutanan dan perkayuan 

"KBRI secara terus menerus menyampaikan ke para calon pekerja Indonesia yang berniat ke Jepang untuk secara cermat mempelajari jenis pekerjaan yang akan diemban dan juga isi dari kontrak kerja, (serta) menguasai bahasa Jepang untuk kepentingan kerja dan juga kehidupan sehari-hari menjadi kunci yang penting untuk bisa memulai karier di sini," demikian

Jutaan Rumah Kosong

Menurun drastisnya penduduk Jepang membuat jutaan rumah menjadi kosong alias tanpa penghuni.

Dikutip dari Kompas.com, menurut data yang dirilis bulan April 2024,  jumlah rumah kosong di Jepang melonjak menjadi nyaris 4 juta unit selama 20 tahun terakhir.

Sekitar 3,85 juta rumah kosong secara nasional pada 2023, kira-kira 80 persen lebih banyak dibandingkan tahun 2003. 

Menurut tinjauan Kementerian Dalam Negeri Jepang yang dilakukan setiap lima tahun, jumlah rumah kosong melonjak 360.000 dibandingkan tahun 2018. 

Dengan jumlah penduduk tertua kedua di dunia dan angka kelahiran sangat rendah, fenomena rumah kosong jamak ditemui di wilayah pedesaan Jepang. 

Banyak di antaranya milik orang-orang yang tinggal di kota-kota besar dan merupakan warisan keluarga, tetapi tidak mampu atau tidak mau merenovasinya. 

Pihak berwenang kemudian mendesak para pemilik menghancurkan, menjual, atau menggunakan kembali properti mereka itu, serta menerapka  undang-undang yang menetapkan bangunan harus tunduk pada peringatan resmi. 

Angka kelahiran di Jepang turun ke titik terendah baru pada 2023, menurut data pemerintah pada Februari. Jepang kini mengalami jumlah kematian dua kali lebih banyak dibandingkan angka kelahiran.

Sumber: Kompas.com

 

Berita Terkini