Liputan Khusus

Lipsus - Cuaca Ekstrem Warga Terjebak Longsor Bitobe NTT

Editor: Ryan Nong
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KORBAN LONGSOR BITOBE - Salah satu rumah warga kampung Sonan Desa Bitobe yang rusak akibat adanya pergerakan tanah di wilayah tersebut, Sabtu 8 Februari 2025.

POS-KUPANG.COM, OELAMASI - Usai bencana banjir yang mengepung Kabupaten Kupang, kini longsor menjadi momok bagi masyarakat setempat. Sebanyak 31 KK dari 65 KK warga Kampung Sonan, Dusun 1,Desa Bitobe, Kecamatan Amfoang Tengah, terjebak longsor dan belum bisa dievakuasi.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kupang, Semmy Tinenti, mengungkapkan bencana longsor itu terjadi di Desa Bitobe, Kecamatan Amfoang Tengah sejak Sabtu (8/2) dan berlanjut hingga kini.

Longsor terjadi akibat pergerakan tanah saat terjadi hujan deras banjir. Bencana yang terjadi di Kampung Sonan itu membuat sejumlah rumah mengalami pada tembok dan pondasi rumah mulai bergeser.

Saat itu sejumlah warga sudah mengevakuasi diri agar menghindari kejadian yang tidak diinginkan bila  ada pergerakan tanah lagi. Selanjutnya, BPBD melakukan evakuasi terhadap sejumlah warga untuk bisa ke tempat yang lebih aman.

Selain rumah warga, infrastruktur jalan menuju kantor desa serta lokasi pengungsian di Gereja GMIT Pos Pelayanan Bioba Baru juga terdampak sehingga kendaraan baik roda dua dan roda empat tidak bisa melintas. Akhirnya evakuasi hanya bisa dilakukan dengan berjalan kaki menuju kantor desa dengan jarak paking jauh 3 Km.

Semmy menyebutkan, data terbaru hingga Senin sore, dari total 65 KK di Kampung Sonan, Dusun 1, Desa Bitobe, Kecamatan Amfoang Tengah, terdapat 14 KK yang terancam longsor dan 20 KK terdampak longsor. “Sebanyak 31 KK di Kampung Sonan masih terisolir dan belum bisa dievakuasi. Kami terus berupaya melakukan evakuasi,” kata Semmy, Senin (10/2).

Sementara itu yang sudah berhasil dievakuasi sebanyak 34 KK atau 123 jiwa. Mereka dievakuasi di Posko Pengungsian Pos pelayanan Raja Damai Bioba Jemaat Bokhim Sonan.

Dari 123 jiwa warga yang dievakuasi itu terdapat satu bayi, lima balita, enam anak PAUD dan tujuh anak usia SD serta satu orang ibu hamil dan 14 orang lansia.

Menurut Semmy, sejak Minggu (9/2), sejumlah bantuan dari Dinas Sosial Kupang dan BPBD Kupang sudah dibawa ke lokasi pengungsian.  Dirincikannya, bantuan dari Dinsos Kupang yakni 20 buah spon, 20 lembar selimut, 20 unit tenda gulung, 200 paket makanan siap saji, 20 paket Family Kit, peralatan mandi dan popok.

Sedangkan BPBD Kupang telah memberikan bantuan 200 kg beras, 20 dos mie instan, 40 kaleng ikan kaleng, 20 dos air mineral, dan 20 liter minyak goreng.

Lebih lanjut Semmy menambahkan, bencana tanah longsor juga terjadi di Dusun I, Desa Fatumonas, Kecamatan Amfoang Tengah, yang mengakibatkan ambruknya gedung sekolah SDN Fatululat, pada Jumat (7/2) pagi.

Longsor yang terjadi pukul 09.00 Wita ini, dipicu oleh hujan lebat dan angin kencang yang mengguyur wilayah tersebut selama dua hari berturut-turut.Ambruknya gedung Sekolah itu tidak menimbulkan korban jiwa namun gedung SDN Fatululat alami kerusakan yang cukup parah.

Sebelumnya, Camat Amfoang Tengah, Yudin Bureni, mengungkapkan longsor paling parah ada di Dusun 1 Sonan, Desa Bitobe.

"Data sementara Senin pagi menyebutkan, ada 31 unit rumah tertimpa longsor, dan 35 Kepala Keluarga masih terjebak di lokasi longsor," ungkap Camat Yudin, Senin pagi.

Warga terdampak longsor sudah dievakuasi menuju Gereja GMIT Pos Pelayanan Bioba Baru. Proses evakuasi masih berlangsung. Meski beberapa KK gagal dievakuasi karena terjebak longsor, namun upaya evakuasi terus dilakukan

"Sejak kemarin hingga saat ini, Tim tanggap darurat yang terdiri dari BPBD, Dinas PMD, Dinas Sosial, Dispenda, Polsek Amfoang Selatan, serta beberapa organisasi gereja telah diterjunkan untuk membantu evakuasi di lokasi-lokasi longsor," jelasnya.

Bureni mengatakan, jumlah KK terdampak longsor dipastikan bertambah dan data sementara masih diolah.

SDK Bokong terancam ambruk

Sementara itu Gedung SDN Bokong 2 di Kecamatan Takari dan SMPN 5 Takari Satu Atap Kabupaten Kupang terancam ambruk karena terjadi longsor yang mendekati gedung sekolah itu. Longsor itu terjadi akibat terjangan sungai Noemina yang kini hanya berjarak 1 meter dari tepi pondasi gedung sekolah. Hal ini membuat Kepala Sekolah SDN Bokong 2, Imanuel Nomleni khawatir akan keamanan siswa.

Imanuel sudah melaporkan hal ini kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Kupang namun belum mendapatkan jawaban pasti terkait penanganan lanjutan.

Hal yang sama menimpa SMAN 2 Takari di Desa Tanini, Kecamatan Takari. Dari postingan di media sosial gedung laboratorium sekolah tersebut ambruk rata dengan tanah namun tidak menimbulkan korban jiwa.

"Untuk longsor ini kami lebih dahulu ke Bitobe karena berdampak langsung kepada warga sehingga butuh penanganan darurat segera berupa bantuan logistik tanggap darurat, sedangkan untuk fasilitas umum kita bisa lihat setelah itu," tukas Semmy.

Tetap waspada

Kepala Stasiun Meteorologi Kupang, Sti Nenotek, menjelaskan, BMKG NTT memperkirakan  bibit siklon tropis 96S terpantau di sebelah selatan NTT, tepatnya di perairan barat Australia bagian barat yang diperkirakan bergerak ke arah Barat Daya menjauhi wilayah NTT. Namun masyarakat harus tetap waspada.

"Bibit siklon tropis 96S ini menyebabkan daerah perlambatan kecepatan angin dan belokan angin di wilayah NTT yang dapat menyebabkan potensi hujan sedang hingga lebat di sebagian wilayah NTT," kata Sti. 

Bibit siklon tropis 96S akan meningkat menjadi siklon tropis. Faktor lain yang mempengaruhi adalah aktifnya Monsun Asia dan fenomena La Nina lemah yang masih ada di sekitar wilayah NTT. 

Hal itu menyebabkan hujan sedang hingga lebat yang dapat di sertai petir dan angin kencang di wilayah NTT. BMKG menyebut cuaca itu terjadi 10-12 Februari 2025. BMKG minta warga mewaspadai  dampak hujan sedang hingga lebat serta angin kencang di wilayah NTT yang dapat menyebabkan bencana Hidrometeorologi.

"Seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, pohon tumbang, jalan licin dan kerusakan pada bangunan atau fasilitas umum," sambung Sti Nenotek. 

Pohon tumbang timpa rumah

Satu unit rumah warga di Kampung Gerak, Desa Tanjung Boleng, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), rusak berat akibat tertimpa pohon tumbang, Senin (10/2) .

Tidak ada korban jiwa dalam insiden itu. Namun untuk saat ini rumah yang dihuni dua kepala keluarga, atas nama Agustina Floria dan  Veronika Halija, belum bisa ditempati karena dinding dan atap jebol.

Hujan deras disertai angin kencang melanda wilayah Mabar beberapa hari terakhir. "Mereka kini terpaksa mengungsi ke rumah keluarga," ujar Sbastianus Suharno, keluarga dari pemilik rumah, saat dihubungi Pos Kupang. 

Suharno menjelaskan, saat kejadian Agustina dan Veronika tidak berada di rumah, hanya ada Damianus Ajimat (22), putra dari Agustina.  

"Saat kejadian ada orang di dalam rumah begitu pohon tumbang menimpa dari atas atap Damianus kaget dan langsung lari keluar," ungkapnya.

Sekretaris Desa Tanjung Boleng, Matius Edu Wiriadi, mengatakan pihaknya telah membuat laporan tertulis terkait bencana itu ke Pemerintah Mabar.  "Sudah kami buat laporannya dan diteruskan ke Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Barat," kata Matius. 

Sementara itu, dari Kabupaten TTU, dilaporkan, lahan pertanian milik puluhan warga Desa Keun, Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi NTT rusak direndam banjir. Hal ini menyebabkan masyarakat setempat terancam gagal panen.

Sekretaris Desa Keun, Metriana Amkeun mengatakan, intensitas hujan tinggi beberapa waktu terakhir menyebabkan lahan pertanian milik 20 lebih warga Desa Keun terendam banjir.

Tanaman pertanian milik warga yang terdampak banjir yakni padi, jagung, kacang hijau, kacang tanah, kacang merah dan komoditas pertanian lainnya. "Jadi dengan sendirinya jagung langsung kuning saja. Kalau mau dibilang gagal panen," ucapnya, Minggu (9/2).

Lokasi banjir itu berada di RT 006 Desa Keun. Menurutnya, mereka telah melakukan kerja bakti di kantor camat beberapa waktu lalu. Pemerintah desa dan RT akan memantau langsung ke lokasi banjir guna mendata kerugian yang dialami warga.

“Kami belum melakukan identifikasi di lapangan karena beberapa hari ini terus menerus hujan deras dan angin kencang. Di sini mau dibilang kita tidak bisa keluar dari rumah. Sejak Hari Kamis hujan angin terus," ucapnya

Amkeun mengatakan, selain terendam banjir, lahan pertanian masyarakat juga terkikis banjir. Akibatnya, tanaman milik warga terbawa air beserta lahan.  Ketiadaan bronjong di bantaran kali juga menjadi salah satu sebab. Metriana mengaku pihaknya belum melaporkan dampak cuaca ekstrem yang dialami warganya itu ke Pemkab TTU melalui BPBD.

Kepala BPBD TTU, Octho Nule meminta seluruh masyarakat Kabupaten TTU untuk waspada terhadap cuaca ekstrem di wilayah NTT, khususnya di TTU.Dalam beberapa hari ini dilaporkan beberapa fasilitas umum dan rumah milik warga rusak tertimpa pohon serta banjir dan longsor yang merendam areal persawahan milik warga.

Satu unit rumah warga di Desa Humusu Sainiup dilanda bencana kebakaran. Dalam waktu dekat pihaknya akan turun ke lokasi kejadian.

“Masyarakat di wilayah pantai utara jangan melaut selama batas waktu yang ditentukan agar bisa mencegah hal-hal yang tidak diinginkan," ungkapnya.

Masyarakat dan pemerintahan desa diharapkan bisa melaporkan bencana banjir, tanah longsor dan lainnya, yang terjadi di wilayahnya agar bisa ditangani.  

Turunkan alat berat

Komisi V DPRD NTT meminta BPBD NTT segera menangani puluhan Kepala Keluarga (KK) di Desa Bitobi Kecamatan Amfoang Tengah, Kabupaten Kupang yang terisolasi akibat bencana longsor. 

Wakil Ketua Komisi V DPRD NTT, Winston Rondo mengaku baru mendapat informasi mengenai hal itu. Politikus Demokrat itu telah menyampaikan informasi tersebut ke BPBD dan Dinas Sosial NTT.  

"Kami mendorong agar pemangku kepentingan terkait lewat BPBD Provinsi bisa berkoordinasi dengan Pemda Kabupaten, supaya disegerakan usaha kongkrit membuka isolasi wilayah," ujarnya, Senin (10/2). 

Winston berharap cuaca bisa membaik sehingga alat berat bisa bergerak dan sampai ke lokasi untuk membuka akses disana. “Ini merupakan tugas yang harus dilakukan BPBD Provinsi maupun Kabupaten Kupang,” katanya. 

Menurut Winston, pekan lalu dirinya melakukan kunjungan ke berbagai posko pengungsian dan terlihat koordinasi antar pemerintah berjalan lancar.

 "Koordinasi antar pemerintah kabupaten dan Provinsi sangat cepat. Dapat informasi langsung turun lapangan," kata dia. 

Sejauh ini, kata Winston, hampir seluruh pengungsi berada di rumah warga. Namun, logistik masih disuplai oleh dapur umum BPBD. "Kami mendorong isolasi dibuka dulu. Kalau sudah distribusi bantuan baik makanan bisa dilakukan," kata dia. 

Walaupun bencana alam berada di kabupaten, namun kerja sama BPBD Kabupaten Kupang dan Provinsi harus terjalin agar saling mendukung terutama dalam sisi logistik.

Hal senada disampaikan anggota DPRD Kabupaten Kupang, Okto La'a, agar pemerintah harus memberikan perhatian serius bagi warga terdampak longsor. 

"Saya minta Pemerintah harus segera koordinasi dengan Basarnas supaya segera evakuasi mereka yang masih terisolir di lokasi longsor," pinta Okto La'a. 

Dia juga berharap agar di posko pengungsian, Pemerintah memastikan kesiapan dapur bagi pengungsi baik pangan dan kebutuhan keseharian mereka, seperti pakaian, selimut, peralatan mandi, pembalut dan lainnya. 

Okto memberikan apresiasi kepada pemerintah yang sudah mengambil langkah tanggap darurat kepada korban bencana longsor. Data pengungsi mesti segera dilengkapi dan akurat serta kebutuhan mereka sehingga bisa ditangani dengan tepat dan cepat.

Pemerintah Kabupaten Kupang juga segera berkoordinasi dengan pemerintah pusat agar segera menangani akses warga di wilayah Amfoang terutama Amfoang Barat Daya, Amfoang Barat Laut, dan Amfoang Selatan, usai jembatan utama putus. (bbr/ary/fan)

 

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

 

 

Berita Terkini