Liputan Khusus

Lipsus - Akses Internet di Ende Sulit, Pelajar Simulasi ANBK di Hutan

Editor: Ryan Nong
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Belasan pelajar kelas lima Sekolah Dasar Katolik (SDK) Detuwulu, Desa Detuwulu, Kecamatan Maurole, Kabupaten Ende, terpaksa menjalani simulasi asesmen di tengah hutan, Selasa, 24 September 2024.

POS-KUPANG.COM, ENDE - Puluhan pelajar di Kabupaten Ende terpaksa harus menjalani simulasi Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) di Hutan dan rumah-rumah warga karena tidak ada jaringan internet di sekolah dan terbatasnya akses jaringan internet di wilayah tersebut.

Sebanyak 15 siswa kelas V SDK Detuwulu, Kecamatan Maurole, Kabupaten Ende harus melakukan simulasi ANBK di tengah hutan pada Selasa (24/9). Mereka belajar dengan duduk di tanah, menghadapi gigitan nyamuk dan kondisi alam yang kurang nyaman demi mengikuti ujian berbasis teknologi.

Sedangkan enam pelajar SDN Molekelisamba di Desa Mole, Kecamatan Ndori, Kabupaten Ende juga terpaksa melaksanakan asesmen ANBK di salah satu rumah warga yang memiliki  jaringan internet yang jaraknya kurang lebih 2 kilometer dari sekolah.

Menurut Kepala SDN Molekelisamba, Gena, Rabu (25/9), lokasi tower Base Transceiver Station (BTS)  berada tak jauh dari sekolah, namun tidak bisa digunakan untuk mengakses aplikasi simulasi ANBK.

"Kalau untuk akses jaringan semacam ujian ANBK itu tidak mampu, yang bisa itu paling untuk buka Facebook dengan WA saja. Kami terpaksa harus keluar dari sekolah untuk mencari jaringan. Kebetulan kemarin itu di kampung sebelah jaringan full langsung di rumah warga untuk kami simulasi," ungkap Gena.

Namun menurut Kepsek Gena, pihaknya belum melakukan komunikasi dengan sekolah terdekat yang jaraknya kurang lebih 4 kilometer dari  SDN Molekelisamba.

"Untuk simulasi dua hari itu sudah selesai, hari ini ( Rabu, Red) ada simulasi juga tetapi masih di rumah warga. Saya sudah arahkan mereka (red: para guru) ke sekolah yang terdekat tapi mereka berpikir karena di tempat yang kemarin itu jaringan full jadi mereka bilang biar untuk simulasi bertahan dulu. Nanti pada saat ujian dengan gladi baru ke sekolah terdekat yang pernah kami pakai tahun sebelumnya," tambah Gena.

Dengan kondisi itu, Gena berharap jaringan internet di SDN Molekelisamba di Desa Mole, Kecamatan Ndori bisa normal mengingat ada tower BTS yang sudah dibangun yang berada tidak jauh dari gedung sekolah sehingga pada saat asesmen ANBK, pelajar dari sekolah tersebut tetap melaksanakan asesmen di ruang kelas.  

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ende, Mathildis Mensi Tiwe yang dikonfirmasi, Rabu (25/9) menjelaskan, pihaknya sudah memberikan solusi untuk sekolah-sekolah kesulitan mengakes jaringan internet agar mengadakan simulasi di sekolah terdekat yang memiliki jaringan internet yang baik.

"Kita pasti akan mempersiapkan secara baik tapi kalau kepala sekolahnya mau mandiri, perangkatnya belum siap ya begitu karena ada di grup Kepala SD mereka itu ada yang menawarkan numpang. Kalau memang belum ada, kita akan kerja sama dengan Diskominfo dan kepala desanya, tentang asesmen itu bukan baru tahun pertama kok," tandas Mensi Tiwe.

Mensi Tiwe kemudian menjelaskan, mekanisme asesmen ANBK, salah satunya yakni sekolah yang kesulitan mengakses jaringan internet menumpang di sekolah yang memiliki jaringan internet. Dinas PK Kabupaten Ende sudah mendaftar sekolah-sekolah menumpang ke sekolah lain pada saat asesmen ANBK.

"Yang mandiri berarti sekolahnya sudah menyiapkan perangkat segala sesuatunya, kami kan kaget kok tiba-tiba sudah di media ni bagaimana. Segala sesuatu itukan kami punya manajemen kerjanya," tambah Mensi Tiwe.

Mathildis Mensi Tiwe juga mengaku menyesali keputusan para kepala sekolah yang melaksanakan asesmen di tengah hutan dan di rumah warga. Dia berharap, sebelum mengambil keputusan itu seharusnya para kepala sekolah itu berkomunikasi terlebih dahulu dengan pihak Dinas P dan K Kabupaten Ende agar bisa dicarikan solusi.

"Jadi yang kita sesalkan itu kenapa sebelum mengambil keputusan asesmen di hutan, diskusi dulu dengan kami solusinya, bukan medsos yang tulis kan. Kita ada manajemen kerjanya, itu kan terkesan kami dinas tidak urus, pemerintah tidak urus kan tidak baik, kita tulis yang inilah sajalah. Kita ini kan juga diberikan kemandirian, misalnya hanya beli router yang hanya berapa itu kan bisa ambil dari dana BOS, sekarang internet kan bukan hal yang baru hanya disesalkan begitu," tegas Mensi Tiwe.

59 Tower BTS Belum Berfungsi Maksimal

Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Ende, Maria Yasinta Wonga Sare saat dikonfirmasi, Rabu (25/9)  mengakui, 59 tower BTS yang saat ini sudah terpasang dan  tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Ende belum berfungsi maksimal.

"Seperti di Detuwulu, ada BTS tapi tidak berfungsi. Nah itu sudah kami koordinasi semua, termasuk di Desa Mole. 59 Desa ini terpantau bahwa dia berfungsi atau tidak biasanya dari pusat dari pihak pihak BAKTI Kominfo yang pantau," ungkap Yasinta.

Untuk itu, Dinas Kominfo Kabupaten Ende terus membangun komunikasi bersama Kementerian Kominfo agar mengoptimalkan tower-tower BTS yang belum berfungsi secara baik agar bisa dimanfaatkan masyarakat terlebih untuk pemanfaatan di sektor pendidikan.

"Jadi 59 BTS belum maksimal, seperti di Detuwulu, ada BTS tapi tidak bisa nah itu sudah kami sampaikan semua ke pusat, termasuk juga dengan di Desa Mole dekat Kelisamba, ," ungkap Yasinta.

Dikatakan Yasinta, Dinas Kominfo Kabupaten Ende terus berupaya membangun komunikasi dengan pemerintah pusat untuk mengatasi masalah tersebut. Selain itu, pihaknya juga sedang berupaya mengusulkan atau berupaya merebut sebuah program BAKTI Kemenkominfo yakni pengadaan internet bagi sarana publik seperti kantor desa, sarana pendidikan dan sarana kesehatan.

Disebutkan, upaya itu telah membuahkan hasil pada tahun 2024 yakni dengan adanya pengadaan 68 VSAT dari 81 VSAT yang diusulkan.

"Setelah verifikasi, mereka melihat kembali yang kami usulkan itu untuk fasilitas publik yang paling banyak itu sekolah-sekolah karena mengantisipasi hal-hal seperti ujian dan lain sebagainya. Pelajar sekarang kan mulai menggunakan laptop harus mengakses internet dan secara online kalau ujian. Jadi di tahun ini setelah hasil verifikasi mendapat 68 lokasi pemasangan VSAT untuk akses internet. Itu alatnya sudah ada di beberapa sekolah, ada kantor desa juga, ada puskesmas," jelas Yasinta.

VSAT adalah stasiun penerima sinyal dari satelit yang memiliki antena penerima berbentuk piringan dengan diameter kurang dari tiga meter. Fungsi utama VSAT adalah untuk menerima dan mengirim data ke satelit. Satelit berfungsi sebagai penerus sinyal untuk dikirimkan ke titik lainnya di atas bumi.

Dia juga mengatakan, pihaknya sudah melakukan rapat koordinasi bersama Dinas P dan K dan para kepala sekolah penerima VSAT.

"Kalau misalkan sekolah itu sudah punya, bisa dialihkan ke tempat lain dengan persetujuan pihak BAKTI Kominfo, kalau belum itu menjadi prioritas. Mungkin dalam pengajuan sebelumnya dua SD yang saat ini pelajarnya terpaksa harus melaksanakan simulasi ANBK di hutan  dan di rumah warga itu tidak masuk dalam daftar penerima bantuan VSAT. Oleh karena itu kami juga belum mengajukan sekolah ini, tapi nanti tetap kami usulkan dan targetnya semua sekolah," ujar Yasinta.

VSAT, jelas Yasinta, hanya bisa dimanfaatkan untuk mengakses informasi melalui internet namun tidak bisa dipakai untuk melakukan komunikasi telepon. Sedangkan BTS, berfungsi untuk mengakses informasi di internet dan komunikasi telepon dan lainnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, wilayah di Kabupaten Ende yang tidak memiliki akses internet atau blank spot berjumlah kurang lebih 37 desa. Namun ada beberapa desa yang meski tidak memiliki tower selular atau tower BTS tetapi masih bisa mengakses internet dari wilayah lain..

"Yang benar-benar blank spot itu kurang lebih 37 desa itu yang beberapa waktu ke depan ini kami panggil para kepala desa dan kami diskusi kalau memungkinkan pakai dana desa sebelum 2025. Kita mau memberikan semacam pemahaman kepada para kepala desa bahwa kalau mau bangun BTS ini kan sulit, menyangkut topografi dan lainnya sehingga kita tawarkan mungkin bisa menggunakan starlink, ini kan bisa dibeli oleh desa dan menjadi aset desanya," jelas dia. 

Perkuat Komunikasi dengan Menteri

Anggota DPRD Kabupaten Ende, Vinsen Sangu, menekankan pentingnya ketersediaan jaringan internet sebagai sarana pendukung utama pendidikan di era digital ini.

Menurutnya, meski pemerintah telah mengambil beberapa langkah, hasilnya belum maksimal, terutama di wilayah pelosok.

“Ini masalah serius. Jika kita ingin pendidikan di daerah mencapai hasil yang maksimal, pemerintah harus memberikan perhatian lebih pada infrastruktur pendukung, terutama jaringan internet. Sulit bagi siswa-siswa kita untuk bersaing atau mengikuti perkembangan jika akses internet saja tidak memadai," ungkap Vinsen, Rabu (25/9).

Politisi PDIP ini juga mendorong agar Pemerintah Kabupaten Ende memperkuat komunikasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) serta pihak-pihak terkait, baik di tingkat daerah maupun pusat, untuk mencari solusi konkrit atas masalah ini.

"Ini bukan hanya soal pendidikan, tapi soal masa depan generasi muda kita. Jika kita terus membiarkan masalah ini berlarut-larut, anak-anak kita akan tertinggal. Pemerintah daerah harus bergerak cepat membangun sinergi dengan pusat agar masalah ini segera teratasi," tegas Vinsen.

Puluhan pelajar yang harus berjuang untuk sekadar terhubung ke internet demi mengikuti ANBK menggambarkan bagaimana keterbatasan infrastruktur dapat mengancam masa depan mereka.

Vinsen menambahkan, tanpa dukungan teknologi yang memadai, target kurikulum merdeka belajar yang dicanangkan pemerintah pusat akan sulit dicapai, terutama di daerah-daerah yang infrastruktur digitalnya masih tertinggal.

Pendidikan adalah investasi masa depan. Harapan kita tentu agar semua anak di Indonesia, tak terkecuali di pelosok-pelosok seperti Ende, memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses pendidikan berkualitas. Ini tanggung jawab kita semua," pungkasnya. (cr8)

 

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

Berita Terkini