Berita NTT

Capaian Vaksin Polio Putaran I di NTT 78,3 Persen, TTS dan Malaka Capai Target Diatas 95 Persen

Penulis: Michaella Uzurasi
Editor: Eflin Rote
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pelaksanaan vaksin polio di Kabupaten TTS

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mencapai angka 78,3 persen untuk pelaksanaan vaksin polio putaran pertama yang dilaksanakan sejak tanggal 23 Juli sampai 12 Agustus 2024. 

Ketua Satgas Vaksinasi Provinsi NTT, Bernadeta Meriani Usboko menyampaikan, pada vaksinasi putaran 1, ada masa sweeping dimana pihaknya mencari semua anak yang belum mendapat pelayanan di 22 kabupaten/ kota. 

Total jumlah anak di seluruh wilayah NTT sebanyak 910.087 dan jumlah yang diimunisasi sebanyak 706.627 anak dengan persentase 78.3 persen. Sementara yang belum diimunisasi sebanyak 201.460 anak dengan persentase 21.7 persen.

"Posisi sekarang sampai berakhirnya putaran pertama yang dimulai tanggal 23 Juli 2024, Malaka pada posisi nomor 1 yakni 96,6 persen dan TTS pada posisi no 2 yakni 96,3 persen. Terendah ada Sikka itu 63.20 persen," jelasnya. 

Untuk mencapai hal ini, pihaknya rutin melakukan rapat koordinasi baik di lingkungan Dinas Kesehatan sebagai coordinator utama, organisasi perangkat daerah (OPD), organisasi pendukung lainnya seperti UNICEF, IDAI, IDI, PPNI, dan mitra pembangunan lain.

Koordinasi ini melibatkan lembaga keagamaan, lembaga penyiaran, dan penyebaran informasi melalui sekolah-sekolah untuk menjangkau anak-anak.

Penting bagi anak-anak untuk mendapatkan imunisasi polio karena jika tidak, mereka berisiko tinggi mengalami kelumpuhan yang tidak bisa diobati, selain dengan vaksin polio. Upaya ini melibatkan berbagai pihak seperti PKK, dharma wanita, kader posyandu di seluruh NTT, dan pemanfaatan perangkat desa.

Menurut Erni, kendala yang dihadapi adalah kurangnya pemahaman orang tua tentang pentingnya vaksin polio.

"Ketika waktu vaksinasi dilakukan, banyak anak yang diajak ke kebun atau tidak masuk sekolah. Namun, kami terus melakukan penyuluhan secara door to door, terutama pada masa sweeping, dengan melibatkan berbagai sektor untuk terus bergerak," ungkapnya.

Selain itu, saat vaksinasi berlangsung, banyak anak sedang berlibur sehingga petugas sempat kewalahan. Ke depan, pihaknya akan melakukan rapat koordinasi lagi untuk memperkuat upaya dan berharap pelayanan dapat menjangkau anak-anak yang belum terjangkau. 

"Saat ini, mulai tanggal 12 Agustus dilakukan pemberian dosis 2 kepada semua anak anak dengan jangkauan usia dari 0 bulan sampai usia kurang dari 8 tahun," tambahnya.  Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda NTT ini optimis di putaran kedua setelah dikompilasi paling tidak NTT sudah bisa mencapai target 85 persen.

"Kami sangat berterima kasih karena UNICEF atas dukungan kerjasamanya. Kami betul-betul serempak satu langkah semuanya bersama," tandasnya. 

Kepala Kantor Unicef NTT-NTB, Yudhistira Yewangoe mengatakan, ini merupakan kampanye nasional untuk 27 provinsi di luar Jawa , Aceh dan Papua. 

Baca juga: Capaian Vaksin Polio di Ende Sudah 87 Persen, Total Sasaran 35.602 Anak

"Hasil capaian Provinsi NTT setelah dua minggu kampanye belum mencapai target nasional 95 persen karena tantangan dalam menjangkau sasaran. Data menunjukkan bahwa hanya dua kabupaten, yaitu Malaka (96,6 persen) dan TTS (96,3 persen), yang berhasil memenuhi target," tutur Yudhistira pada Senin, 12 Agustus 2024.

"Bagi TTS ini adalah prestasi karena kalau dilihat dari kondisi geografis, wilayah TTS dari semua kabupaten itu  yang paling besar untuk NTT.  Kemudian dari jumlah sasaran, nomor dua terbesar setelah Kota Kupang," jelas Yudhistira.

Dari hasil monitoring ke beberapa desa di TTS, kata dia, ternyata partisipasi masyarakat mulai dari aparat desa, Babinsa dan Babhinkamtibmas sangat aktif.

Sementara itu, tenaga kesehatan di Puskesmas telah  mempunyai  nama anak-anak yang akan diimunisasi, dan orangtua bersama anak sudah hadir di posyandu sebelum kegiatan dimulai. Kader melakukan verifikasi nama anak-anak yang sudah hadir di posyandu, yang kemudian kader akan  mencari anak yang belum hadir di posyandu bersama dengan aparat desa.

"Itu beberapa contoh praktek baik oleh TTS yang mungkin daerah lain bisa ikuti untuk bisa capai target," kata dia. 

Kendala paling utama bagi daerah yang belum maksimal, kata Yudhistira, adalah  komitmen untuk bekerja bersama semua sektor karena tanggung jawab bukan hanya pada Dinas Kesehatan tetapi semua sektor harus bergerak bersama. 

"Ada beberapa hal yang dulu sering jadi kendala seperti vaksin yang belum sampai di Puskesmas nah itu ternyata pemerintah sudah mitigasi dengan mendistribusikan vaksin lebih awal jadi sebelum kampanye dimulai. Jadi itu upaya pemerintah untuk mitigasi sudah ada," bebernya. 

Terkait data yang tidak sinkron antara data target yang diberikan dengan yang ada di lapangan, kata dia, sebenarnya sudah ada upaya mitigasi. Daerah sendiri yang diminta untuk memvalidasi data sehingga Bupati harus menandatangani validasi data target dan data yang dipegang menjadi tanggung jawab masing-masing instansi.

"Saya kira yang tinggal adalah komitmen untuk betul-betul semua sektor bergerak bersama-sama dengan memanfaatkan semua unsur yang ada di tingkat desa, lapangan sehingga betul-betul bisa membangun komitmen bersama untuk mencari anak-anak target itu," terangnya. 

"Harapannya mungkin bisa ada perhatian dari sektor lain, contoh kalau di TTS ternyata Babinsa dan Bhabinkamtibmas itu peran mereka aktif sekali mungkin bisa dari Danrem sama dari Polda mendorong di kabupaten-kabupaten lain sehingga Babinsa dan Bhabinkamtibmas bergerak sama seperti yang di TTS," tandasnya. 

Terkait capaian vaksinasi di TTS, Asisten Administrasi Umum Setda TTS, Agnes L. S Fobia, Sos, M.Si mengungkapkan, capaian PIN Polio Putaran I Kabupaten TTS per 11 Agustus 2024  data Pusdatin, untuk kelompok usia 0 bulan sampai 7 tahun jumlah sasaran 70.651 jumlah yang diimunisasi 68.030 presentase 96.3 persen. 

Sementara dari data riil, kelompok usia 0 bulan sampai 7 tahun jumlah sasaran 62.737 jumlah yang diimunisasi 68.030 persentase 108.4 persen. 

Dia menjelaskan, langkah-langkah yang dilakukan sehingga bisa mencapai target adalah melakukan pertemuan persiapan dan penyusunan micro planing pelaksanaan PIN Polio bersama semua pengelola program Imunisasi di Kabupaten TTS secara zoom dan tata muka.

Advokasi juga dilakukan kepada pemerintah daerah, DPRD, forkopimda, OPD, organisasi keagamaan, organisasi profesi, dan pers untuk mendapatkan dukungan serta penandatanganan komitmen dalam pelaksanaan PIN Polio.

Selain itu, pihaknya juga meningkatkan kapasitas petugas kesehatan seperti Kesling, Imunisasi, dan Farmasi serta memberikan edukasi atau penyuluhan kesehatan tentang PIN Polio kepada petugas kesehatan dan masyarakat. Edukasi dilakukan melalui pertemuan sosialisasi, penyuluhan keliling dengan pusling, talk show di radio, serta penyebaran informasi melalui poster dan video tentang PIN Polio di media sosial seperti Instagram, WhatsApp Group, TikTok, dan Facebook.

Langkah lain yang dilakukan adalah membentuk tim satuan kerja pelaksanaan PIN Polio Kabupaten TTS melalui SK Bupati, serta melakukan pendataan sasaran oleh kader Posyandu dan guru/sekolah. Pendataan ini juga mencakup anak-anak yang belum terdaftar di posyandu atau belum bersekolah (PAUD/SD), sehingga semua anak mendapatkan vaksin polio tetes dalam PIN Polio.

Penggerakan sasaran dilakukan oleh camat/kades/lurah, ketua RT/RW, guru/sekolah dan kader posyandu
operasional pelaksanaan PIN Polio dijalankan melalui posyandu, puskesmas, dan pos imunisasi lainnya, termasuk TK/PAUD/SD, dengan dukungan teknis dan monitoring harian.

Dinas Kesehatan, bersama dengan unsur FORKOPIMDA, FORKOPIMCA, seluruh perangkat daerah dari kabupaten hingga kecamatan, aparat desa, TNI, dan POLRI, memberikan feedback harian untuk memastikan kelancaran program.

Agnes menyebutkan beberapa kendala yang dihadapi di lapangan, antara lain biaya operasional seperti transportasi dan penjangkauan wilayah sulit.

Masyarakat seringkali beranggapan, Indonesia sudah bebas polio sehingga mereka tidak memprioritaskan imunisasi polio. Kekhawatiran mengenai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dan status halal/haram vaksin juga menimbulkan penolakan. 

Selain itu, topografi yang sulit dijangkau, terutama selama pelaksanaan PIN Polio Putaran I yang terjadi saat hujan dan banjir, serta penolakan vaksin karena kepercayaan tertentu, turut menyulitkan pelaksanaan program.

"Kami ingin menginformasikan bahwa pelaksanaan PIN Polio putaran II di Kabupaten TTS akan berlangsung dari 12 Agustus 2024 hingga 19 Agustus 2024, dengan target mencapai minimal 95 persen dari sasaran. Dukungan dari semua stakeholder sangat diperlukan untuk keberhasilan PIN Polio putaran II," tuturnya. (uzu)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Berita Terkini