Parodi Situasi

Parodi: Pelayanan Publik

Editor: Dion DB Putra
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Maria Matildis Banda

Oleh Maria Matildis Banda

POS-KUPANG.COM - Salah satu ciri kota yang demokratif itu adalah adanya fasilitas pelayanan publik.

Misalnya, antara lain taman kota di beberapa tempat, arena bermain untuk orang tua maupun anak, trotoar yang difungsikan untuk pejalan kaki, kebersihan lingkungan dalam dan sekitar lingkar luar kota, keamanan dan kenyamaan warga dalam beraktivitas.

***

“Kalau mall pelayanan publik? Bagaimana?”

“Itu salah satu tanda pemerintah yang demokratif. Warga mendapat pelayanan yang mudah, murah, dan bahagia. Sambil olahraga jalan santai dengan anak dan cucu, bisa urus banyak hal!”

“Ya bisa urus izin usaha, identitas penduduk secara digital, pajak, STNK, SIM dan lain sebagainya,” sambung Benza.

“Intinya pada mendekatkan pelayanan ke tengah masyarakat, memutus mata rantai birokrasi, dan membuat semua warga jadi sehat dan bahagia.”

“Dekat, cepat, tepat, melekat,” sambung Nona Mia.

“Saya sangat berterima kasih,” kata Jaki.

“Berterima kasih untuk apa?” potong Rara.

***

“Dapat pelayanan pada area car free day. Baca ini! Buka telinga baik-baik ya saya baca tanggapan warga,” jawab Jaki.

“Hari ini saya mendapatkan pelayanan SPPT PBB untuk pembayaran tahun 2024. Saya mengucapkan terima kasih kepada mal pelayanan publik Kota
Kupang yang telah hadir di car free day. Kehadiran ini sangat bermanfaat bagi warga yang membutuhkan.”

“Biasa-biasa saja…”

“Hei, luar biasa untuk orang yang sibuk, kesulitan mencari waktu yang tepat, apalagi mesti antar anak sekolah, ke pasar, urus rumah tangga, buru-buru ke kantor, dan banyak lagi.

Jadi, ketika pelayanan datang ke tengah kenyamanan car free day, sungguh sangat berguna bukan?” kata Nona Mia.

“Saya juga termasuk super sibuk. Bahkan sudah tunggak dua tahun dari 2023. Jadi, langsung saja saya bayar dua tahun. Syukur ada pelayanan publik yang masuk ke tengah masyarakat…mendekatkan diri ke tengah masyarakat yang membutuhkan.”

“Hangat-hangat tai ayam,” cibir Rara lagi.

***

“Kenapa kamu selalu negatif ya Rara?” potong Benza. “Positiflah sedikit, teman! Kita mesti mendukung kerja pemerintah dalam pelayanan yang ramah.”

“Mestinya jemput bola,” Rara tetap dengan pikirannya. “Mau keren itu pemda mesti jemput bola dengan datang dari rumah ke rumah.”

“Bisa juga Rara. Akan tetapi pelayanan publik model car free day juga salah satu bentuk jemput bola. Pemerintah datang ke tempat umum seperti area car free day ini. Bisa juga pada satu waktu nanti ya di depan pasar Oebobo, waktu lain lagi di tengah pasar Oepura, bisa juga di halaman rumah ibadah.”

“Pantas saja jika engkau tidak pernah menjadi pegawai teladan tuh. Engkau tuh ASN dengan gaji buta dan pikiran buta dan perasaan buta. Mestinya engkau bangga,” Jaki kesal bukan main dengan sikap dan pikiran Rara. “Parah lu!”

“Terserah saya e,” sambung Rara.

***

Begitulah Rara, ASN yang selalu negatif. Maklum sajalah. Rara termasuk ASN yang tambal sulam alias senin kemis alias malas masuk kantor, tetapi kalau soal gaji pasti nomor satu datang menuntut. Kasian sekali Rara ini.

“Ayoh, kita ke arena car free day,” ajak Nona Mia dan Benza.

“Olah raga, olah hati, healing sambil menyaksikan bagaimana pelayanan publik memberi warna pada kota kita ini.” (*)

Berita Terkini