Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - DPRD Kota Kupang menyebut peran masyarakat sangat penting untuk mencegah terjadinya demam berdarah dengue atau DBD.
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Kupang, Alfred Djami Wila mengatakan, pencegahan DBD membutuhkan keterlibatan dari semua pihak, termasuk masyarakat. Sebab, DBD timbul dari pengaruh lingkungan yang tidak sehat.
Sisi lain, Dinas Kesehatan, lewat unitnya di puskesmas harus masif melakukan sosialisasi pencegahan DBD. Basis 3M Plus menjadi penting mencegah penyakit berbasis lingkungan itu.
"Misalnya seperti bubuk larvasida, puskesmas bisa membaginya di kelurahan-kelurahan untuk didistribusikan kepada masyarakat atau menghimbau kepada masyarakat untuk kedatangan langsung ke Puskesmas untuk mengambilnya," kata dia, Senin 5 Februari 2024.
Baca juga: Hujan Mengguyur Kota Kupang dan Sekitarnya Sejak Minggu Pagi 4 Februari 2024
Politisi Golkar itu mengomentari juga penerapan teknologi nyamuk wolbachia di Kota Kupang. Menurut dia, dinas kesehatan juga perlu menyampaikan secara detail ke masyarakat.
Ia menyebut, tidak semua masyarakat mengetahui dan memahami perihal teknologi pencegahan DBD itu. Akibatnya, pandangan masyarakat juga ada yang berbeda dengan maksud dan tujuan dari penerapan teknologi ini.
Di samping itu, DPRD sangat mendukung apa yang dilakukan dinas kesehatan. Ia mengatakan, upaya itu semata untuk memberi manfaat baik bagi masyarakat, termasuk juga dengan teknologi nyamuk wolbachia.
"Semua program pemerintah yang baik untuk masyarakat tentunya DPRD sangat mendukung tetapi perlu ada langkah-langkah yang diambil, seperti sosialisasi, karena masyarakat sendiri pun perlu tahu apa itu nyamuk wolbachia," ujarnya.
Dinas Kesehatan (Dinkes) mengklaim DBD di Kota Kupang turun.
Hingga akhir Januari 2024, Dinkes mencatat hanya ada 15 kasus DBD. Dibanding tahun sebelumnya dengan total 46 kasus. Sehingga, penurunan itu menjadi signifikan.
Biasanya Kecamatan Oebobo menjadi paling banyak muncul kasus DBD. Namun, oleh Dinkes Kota Kupang menyebut pengamatan yang dilakukan di wilayah itu justru DBD tidak turu.
Kepala Dinkes Kota Kupang, drg. Retnowati, Senin 5 Februari 2024 mengatakan, penurunan kasus DBD ini juga dipengaruhi oleh penerapan teknologi nyamuk Wolbachia, terkhusus di kecamatan Oebobo.
Ia menyebut, 66 persen kasus DBD di Kota Kupang turun. Bahkan pasien hingga pada tahap rawat inap pun menurun. Hanya sebagian kecil saja yang ditangani.
Retnowati berujar, tahun 2024 ini, teknologi nyamuk wolbachia akan diterapkan lagi di dua kecamatan yakni Maulafa dan Kelapa Lima.
"Sementara berproses. Dua Kelurahan ini kita ambil karena memang memiliki jumlah kasus DBD yang cukup tinggi," kata dia.
Ia berpendapat, penerapan nyamuk wolbachia ini akan terus dievaluasi, agar mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan yang diharapkan.
"Upaya-upaya seperti fogging dan penaburan larvasida, akan terus dilakukan, namun tentunya sesuai dengan kebutuhan, " kata dia menambahkan.
Dia mengatakan, biasanya setiap tahun Dinkes melakukan upaya fogging hingga 75 kali. Namun, langkah itu kini mulai berangsur menurun. Sejauh ini baru tiga wilayah yang dilakukan fogging untuk pencegahan DBD.
Dinkes, kata dia, mengimbau masyarakat agar tetap melakukan upaya pemberantasan sarang nyamuk dari sisi lingkungan, kegiatan 3M Plus.
3M Plus yang dimaksud adalah menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air dan mengubur barang bekas harus tetap dilakukan serta menaburkan bubuk larvasida di tempat penampungan air.
Selain itu, setiap di rumah sebaiknya memiliki juru pemantau jentik. Tujuannya agar mencermati pengembangbiakan telur nyamuk karena ada genangan atau tampungan air. (fan)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS