POS-KUPANG.COM - Provinsi NTT mempunyai sejarah panjang terkait Gempa Bumi dan Tsunami.
Berdasarkan Data BMKG, Sejumlah Gempa Bumi besar dan Tsunami dengan ribuan korban jiwa pernah mewarnai Sejarah Gempa Bumi di NTT & Tsunami di NTT.
Sebut Saja Gempa Bumi Flores tahun 1820, 1992. Kemudian tahun 2021 meski tak ada korban jiwa.
Gempa Bumi Flores yang terjadi 12 Desember 1992 merupakan Gempa Bumi di NTT dengan guncangan terdahsyat sepanjang sejarah.
Baca juga: BMKG Mencatat Gempa Bumi Hari Ini Guncang NTT, Cek Kekuatan dan Pusat Gempa
Bagaimana tidak, Gempa Bumi dengan kekuatan Magnitudo 7,8 itu menewaskan ribuan orang dan merusak pemukiman warga dan fasilitas umum.
Gempa Bumi Flores kemudian disusul Gempa Bumi Magnitudo 7,4 mengguncang wilayah Ruteng, Labuan Bajo, Larantuka, Maumere, Adonara, hingga Lembata, Nusa Tenggara Timur, Selasa (14/12/2021) pukul 10:20:22 WIB.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, 29 tahun lalu, tepatnya pada 12 Desember 1992 gempa dahsyat dengan magnitudo 7,8 di Laut Flores telah membangkitkan tsunami.
Akibat peristiwa tersebut, setidaknya 2.500 orang meninggal, 500 orang hilang, lebih dari 500 orang luka-luka dan lebih dari 5.000 orang mengungsi. Gempa dan tsunami kala itu juga merusak lebih dari 18.000 rumah.
Baca juga: BMKG: NTT Punya 8 Sumber Gempa Tektonik dan Tsunami Berpotensi Sangat Tinggi dan Sulit Diprediksi
Menurutnya, sebelum peristiwa 12 Desember 1992, pada 29 Desember 1820 gempa kuat yang diperkirakan memiliki magnitudo M7,5 dan berpusat di laut Flores juga memicu tsunami di Flores hingga Sulawesi Selatan. Di Bulukumba korban meninggal akibat tsunami mencapai sekitar 500 orang.
"Sejak tahun 1800an di busur Kepulauan Sunda Kecil (Bali, NTB, NTT) setidaknya sudah terjadi lebih dari 22 kali tsunami. Jika kita rata-rata maka setiap 11 tahun terjadi satu kali tsunami di wilayah ini," katanya.
Menurutnya, gempa Laut Flores M7,4 yang terasa kuat di Ruteng, Maumere, hingga Lembata dan berpotensi tsunami merupakan alarm untuk kita semua, bahwa sumber gempa sesar aktif yang mampu memicu gempa kuat ternyata masih banyak dan belum teridentifikasi serta terpetakan.
Ia mengatakan Gempa Laut Flores M7,4 tahun 2021menjadi alarm maksudnya mengingatkan kita semua bahwa ternyata masih ada gempa singnifikan (kuat) dipicu oleh gempa yang sumbernya belum dikenali," kata Daryono
Meski begitu menurut Daryono, lokasi sumber gempa Laut Flores M7,4 sebenarnya jarang terjadi gempa jika berdasarkan pada data seismisitas regional daerah tersebut.
Baca juga: Peringatan Dini BMKG: Waspada, Provinsi NTT Dikepung Gempa Potensial
Ia juga mengatakan, jika berdasarkan pada peta sumber gempa di Jatim, Bali, NTB dan NTT (Pusgen, 2017), maka tampak bahwa pusat gempa M7,4 di Laut Flores pada tahun 2014 lalu tidak terletak di jalur sesar aktif. Sehingga sumber gempa-gempa di Laut Flores belum terpetakan.
Jika melihat gempa Flores tahun 2021 dan berdasarkan grafik Tsunami Indonesia hasil kompilasinya, maka semakin mengokohkan pendapat Daryono bahwa akhir dan awal tahun memang lebih banyak terjadi peristiwa gempa signifikan dan berpotensi tsunami.
"Mohon masyarakat tidak menyimpulkan akhir dan awal bulan adalah musim tsunami, ini hanya cerminan data yang bisa saja satu saat polanya bisa berubah," tegas Daryono.
Potensi Gempa Bumi di NTT
Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB ) Republik Indonesia menyebut bahwa Provinsi Nusa Tenggara Timur potensial terhadap bahaya gempa bumi. Hal tersebut didasarkan pada kajian inaRISK.
Dalam laman resmi BNPB, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, Ph.D. menyebut bahwa kajian inaRISK menempatkan wilayah NTT sebagai wilayah provinsi yang memiliki potensi bahaya gempa bumi dengan kategori sedang hingga tinggi.
Sebanyak 22 kabupaten di provinsi ini berpotensi bahaya tersebut, di antaranya wilayah-wilayah yang melaporkan adanya guncangan saat terjadi Gempa Kupang, Kamis (2/11/2023) pagi.
BNPB, kata Abdul Muhari, terus mengimbau pemerintah daerah dan warga untuk tetap waspada terhadap potensi gempa susulan.
Warga diminta untuk memastikan kondisi struktur bangunan yang terdampak gempa. Di samping itu, warga juga diminta untuk tidak terpancing oleh berita palsu atau hoaks yang biasa terjadi pada situasi krisis atau setelah fenomena gempa terjadi.
Gempa Kupang 6,6 M
Pada Kamis (2/11/2023), Gempa kuat mengguncang wilayah Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) tepatnya pukul 05.04 waktu setempat atau Wita.
Warga dilaporkan panik saat peristiwa alam itu terjadi dengan kekuatan fenomena geologi yang mencapai magnitudo (M) 6,6.
Pusat Pengendalian Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut adanya kepanikan warga di beberapa wilayah.
Gempa dirasakan kuat dengan periode waktu berbeda, seperti di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan (TTS) dan Rote Ndao.
Laporan yang diterima dari Kabupaten Kupang, BPBD setempat menyebutkan guncangan kuat berlangsung selama 2 hingga 5 detik. Sedangkan di Kabupaten TTS, warganya merasakan getaran sedang sekitar 1 hingga 3 detik.
Hal serupa juga dialami warga Kabupaten Rote Ndao. Durasi lebih panjang dirasakan warga, BPBD setempat menginformasikan guncangan sedang berlangsung 5 hingga 6 detik. Warga panik dan berhamburan keluar rumah.
Parameter gempa yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa M6,6 berkedalaman 10 km. Pusat gempa berada 24 km Tenggara Kota Kupang atau 41 km barat daya Kabupaten Kupang, Provinsi NTT. BMKG merilis kejadian tersebut tidak berpotensi tsunami.
Dilihat dari kekuatan gempa yang diukur dengan skala Modified Mercalli Intesity (MMI), Kupang terpantau VI MMI, Kabupaten TTS IV-V MMI, Rote, Waingapu dan Alor III MMI, sedangkan Lembata dan Larantuka II MMI.
BMKG mendeskripsikan VI MMI adanya getaran dirasakan oleh semua penduduk. Kebanyakan semua terkejut dan lari keluar, plester dinding jatuh dan cerobong asap pada pabrik rusak, kerusakan ringan.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa dan Tsunami BMKG, Daryono menyebut Gempa Kupang NTT merupakan gempa jenis Kerak Dangkal (shallow crutal earthquake).
Daryono mengatakan, Gempa Kupang tersebut dipicu Aktivitas Sesar Aktif.
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa Kupang M 6,3 ini merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crutal earthquake) dipicu aktivitas sesar aktif,” ujar dia.
“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa memiliki mekanisme pergerakan turun (normal fault),” tambah dia lagi.
Gempa Nagekeo 4,9 M
Sehari sebelumnya, yakni pada Rabu (1/11/2023) malam, gempa bumi berkekuatan magnitudo 4,9 juga mengguncang wilayah Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kepala Stasiun Geofisika Kupang Margiono, mengatakan, gempa terjadi pada pukul 22.07 Wita.
"Data sementara, gempa dengan magnitudo 4,9 di wilayah Mbay, Kabupaten Nagekeo," kata Margiono, kepada Kompas.com, Rabu malam.
Gempa berlokasi di 8,37 derajat Lintang Selatan dan 121,59 derajat Bujur Timur. "Pusat gempa bumi ini 46 kilometer timur laut, Mbay, Nagekeo, dengan kedalaman 21 kilometer," kata dia.
Gempa TTS 3,1 M
Adapun sehari setelah Gempa Kupang 6,6 M, gempa bumi juga mengguncang wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). BMKG menyebut Gempa TTS terjadi pada Jumat (3/11/2023) pukul 07.52 Wita.
Gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 3,1 tersebut berpusat di titik lokasi 9.74LS, 124.56BT atau berjarak 16 Kilometer Timur Laut Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT ) dengan kedalaman 10 kilometer. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.com di GOOGLE NEWS