POS-KUPANG.COM – Bupati Yahukimo, Didimus Yahuli, angkat bicara terkait tindakan penganiayaan terhadap lima tenaga kesehatan yang terjadi di Distrik Amuma, Kabupaten Yahukimo, belum lama ini.
“Para pelaku yang menganiaya lima orang nakes itu, adalah anggota KKB Papua. Tetapi mereka bukan warga asli Amuma,” ujar Didimus Yahuli. Bupati Didimus mengatakan itu, merespon fakta tentang tindak penganiayaan lima nakes yang terjadi di Puskesmas Amuma 31 Oktober 2023 silam.
Dikatakannya, ia sangat kecewa dengan kejadian penganiayaan terhadap para nakes tersebut. Pasalnya, kedatangan lima nakes itu untuk sebuah tujuan mulia, memberikan pelayanan kesehatan kepada warga setempat.
Menurut Bupati Didimus Yahuli, dirinya sudah turun ke Amuma. Ia juga sudah bertanya langsung kepada masyarakat apakah mengenal para pelaku penganiayaan tersebut.
Namun jawaban yang diterima sangat mengagetkan. Warga mengaku tidak mengenal para pelaku. Bahkan satu pelaku pun tidak dikenal oleh warga setempat.
Dengan demikian, katanya, para pelaku penganiayaan itu adalah anggota KKB Papua yang datang daerah tempat lain. Makanya ia sangat kesal dengan tindakan KKB Papua tersebut.
"Saya mengutuk perbuatan keji itu. Saya juga pastikan bahwa pelaku penganiayaan itu bukan masyarakat Amuma," tegas Bupati Didimus Yahuli.
Mengenai tujuan kedatangan lima nakes tersebut ke Distrik Amuma, dia menyebutkan, bahwa mulanya karena adanya informasi hoax tentang kelaparan yang disebut-sebut telah merenggut 11 nyawa di Amuma.
Akan tetapi, lanjut Bupati Didimus Yahuli, isu kelaparan itu hoax semata. Karena sampai saat ini, tak ada kelaparan di Distrik Amuma. Masyarakat baik-baik saja.
“Saya sudah turun ke Amuma. Saya sudah lihat langsung keadaan masyarakat. Di Amuma itu tidak ada kelaparan,” ujarnya.
Pernyataan Bupati Yahukimo itu mengemuka, setelah Kementerian Kesehatan RI menugaskan lima tenaga kesehatan ke Distrik Amuma memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat setempat.
Pasalnya, di daerah itu tersiar adanya kelaparan, sehingga lima nakes itu diterjunkan ke Amuma untuk melayani kesehatan masyarakat.
Sayangnya, setibanya di Amuma, lima nakes itu bukannya diterima secara baik, tetapi sebaliknya diperlakukan secara kejam. Perlakuan itu oleh anggota Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua.
Atas fakta tersebut, salah satu nakes, Angganita Mandowen yang jadi korban kebrutalan KKB Papua itu angkat bicara. Ia mengatakan bahwa tak ada kelaparan di Distrik Amuma.
"Memang tidak ada kelaparan cuma masyarakat gagal panen, Masyarakat sibuk dengan kelapa hutan, sehingga mereka tidak berkebun. Jadi kematian warga di Amuma ini bukan karena kelaparan," ujar Angganita di Dekai, Yahukimo, Rabu 1 November 2023.
Ia juga menyebutkan bahwa di Amuma juga tak ada kematian massal gegara kekurahan bahan makanan. Berdasarkan pemeriksaan kesehatan diketahui kini masyarakat mengalami Infeksi Saluran Pernapasan (Ispa).
"Mereka kelaparan karena terlalu sibuk cari kelapa hutan, dan kalaupun sakit, itu karena Ispa," kata Angganita.
Untuk diketahui, sekitar 20 anggota KKB Papua menganiaya lima nakes yang baru tiba di Amuma untuk tujuan pelayanan kesehatan bagi masyarakat setempat.
Untuk diketahui, Kepala Distrik Amuma Zakeus Lagowan mengungkapkan bahwa ada 11 warganya yang meninggal dunia akibat bencana kelaparan.
"Itu betul (11 warga meninggal), murni karena kelaparan, mereka meninggal mulai Oktober," kata dia saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis 19 Oktober 2023.
Begini Kisah Penganiaan Nakes
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) menganiaya lima tenaga kesehatan (Nakes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di Distrik Distrik Amuma pada Selasa 31 Oktober 2023.
Kelima korban ditugaskan untuk memeriksa kesehatan masyarakat yang dikabarkan mengalami bencana kelaparan di daerah tersebut.
Mereka memeriksa kesehatan masyarakat sejak Senin 30 Oktober 2023.
Adapun identitas lima korban adalah, Ferdinandus Suweni, Adrianus Erdwarder Harapan, Sandi Ransa, Danur Widuran dan Angganita Mandowen.
Para korban selamat setelah Bupati Yahukimo dan dua kepala dinasnya tiba di Distrik Dekai untuk memastikan kebenaran dari isu bencana kelaparan, pada Rabu 1 November 2023.
Seorang korban, Danur Widuran, mengatakan ia dan empat rekannya diberi tugas oleh Kementerian Kesehatan untuk melakukan pelayanan kesehatan di Distrik Amuma karena ada informasi mengenai bencana kelaparan.
"Kami nakes dari Kemenkes turun diminta untuk pelayanan kesehatan yang memungkinkan dilakukan di Amuma," kata dia.
Pada hari pertama, semua berjalan normal dan masyarakat Amuma menyambut baik pelayanan kesehatan yang mereka berikan.
Karena faktor cuaca yang tidak memungkinkan pesawat masuk ke Amuma, maka semua nakes harus bermalam.
"Pada saat pelayanan kami baik-baik saja, karena kami berangkatnya sekitar jam 8-9, sehingga untuk antar-jemput itu tidak memungkinkan. Setelah kami koordinasi dengan kepala puskesmas dan kepala Dinas Kesehatan, mereka katakan tidak apa-apa menginap di sana," tuturnya.
Keesokan harinya, pada saat menunggu kedatangan pesawat, aksi penyerangan kemudian terjadi.
"Kami melakukan pelayanan pagi sampai sore dan kami menginap. Pagi kami menunggu pesawat tapi tidak datang, di situlah kami diserang," kata Danur yang merupakan dokter umum.
Baca juga: Dokter Danur Widura Dkk Dianiaya KKB Papua, Lebam di Wajah, Lebam juga di Bagian Rusuk
Dituduh Jadi Intel
Korban lainnya, Angganita Mandowen, menyebut aksi penyerangan terjadi saat keempat rekannya pergi memeriksa informasi penerbangan ke lokasi yang memiliki rasio SSB karena di Amuma tidak terdapat jaringan telekomunikasi.
"Mereka berempat ke tempat SSB menanyakan pesawat datang jam berapa, kalau saya duduk di puskesmas. Cuma memang situasi kemarin tidak seperti biasa," kata dia.
Kemudian sekira 30 puluh orang yang tidak dikenal datang dan berteriak ke arah rekan-rekannya yang sedang berjalan ke rumah seorang perawat.
Khawatir adanya ancaman, maka anggota meminta seluruh rekannya masuk ke sebuah kamar.
"Pas turun kami sedang berada di rumah perawat, adik yang dengar dari ujung bandara sudah berteriak, saya bilang masuk semua satu kamar tidak boleh ada yang keluar," ungkapnya.
Tetapi salah satu korban, Adrianus Erdwarder Harapan, justru mencoba melarikan diri dengan melompat dari jendela yang ada di kamar tersebut.
Nahas baginya, ternyata orang-orang tersebut sudah berada di luar dan menyerangnya menggunakan senjata tajam.
"Tapi karena adik terlalu panik, dia lompat keluar jendela, dia dipotong tangannya," ungkap Angganita.
Setelah Adrianus tertangkap, para pelaku kemudian mengumpulkan seluruh korban di lapangan terbang Amuma.
Setelah itu, diketahui bahwa para penyerang mengira para nakes merupakan anggota intelijen yang sengaja masuk ke Amuma.
"Saya masih pakai atribut masyarakat kemudian dia (pelaku) kaget, terus saya bilang kami tim kesehatan, (pelaku bertanya) kalian menyamar, kami tidak menyamar, kami memang orang kesehatan, lalu mereka kumpul kami semua (korban) terus saya bilang ini semua petugas kesehatan," tuturnya.
Tidak puas dengan jawaban Angganita, para pelaku kemudian mulai menganiaya para nakes.
Tetapi setelah mereka memeriksa kartu identitas para korban, baru pelaku percaya bahwa korban adalah nakes.
"Mereka semua ditendang, dipukul, saya pele (halau) mereka lalu kami semua diminta KTP untuk meyakinkan bahwa kami betul tenaga kesehatan. Puji Tuhan dengan KTP dan apa yang kami kumpulkan, kami semua tidak dibunuh," kata dia.
"Dokter sama adik perawat sepertinya rusuknya patah kalau saya karena banyak baku melawan dengan mereka, jadi muka saya ditendang," sambung Angganita.
Mengenai para pelaku, Angganita menyebut mereka sempat mengaku sebagai bagian dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Kodap XVI Yahukimo.
"Saat aniaya kami mereka sempat bilang, kami dari Batalyon Silimo Kodap XVI," kata dia.
Bupati Yahukimo Kecewa
Terkait isu kelaparan yang melanda Distrik Amuma, Angganita menjelaskan, setelah mendengar cerita dan memeriksa kesehatan warga setempat, ia berani menyatakan informasi tersebut tidak benar.
"Memang tidak ada kelaparan cuma masyarakat gagal panen, dalam arti ketika mereka sibuk dengan kelapa hutan, jadi mereka tidak berkebun. Jadi kematian bukan karena kelaparan," tuturnya.
Hal yang sama sempat disampaikan para pelaku penganiayaan yang mempertanyakan maksud pemerintah mengirim bantuan bahan makanan ke Amuma.
"Bantuan ada di sana (Amuma) tapi yang antar bantuan ini tidak ada penjelasan kepada mereka, yang kemarin serang itu sempat ngomong, kami di sini tidak ada kelaparan, bantuan ini buat apa," ungkapnya.
Bupati Yahukimo Didimus Yahuli mengaku sangat kecewa dengan kejadian penganiayaan yang menimpa para nakes karena tujuan mereka ke Amuma sangat mulia.
Menurut dia yang sudah turun langsung ke Amuma, masyarakat setempat tidak mengenal para pelaku penganiayaan.
Baca juga: TNI Polri Duduki 2 Markas KKB Papua di Yahukimo, Bayu Suseno: Pelaku Keburu Melarikan Diri
Baca juga: Ditugaskan Periksa Kesehatan Warga Korban Kelaparan di Yahukimo, 5 Nakes Ini Diserang KKB Papua
"Saya mengutuk perbuatan keji ini, tadi saya sudah turun langsung ke Amuma dan pastikan langsung pelakunya bukan masyarakat Amuma," tegasnya.
Ia pun memastikan bahwa bencana kelaparan di Amuma tidak pernah ada.
"Saya sudah injakkan kaki di Amuma dan sudah melihat keadaan di sini, pada umumnya keadaan di Amuma baik," tegasnya. (*)
Ikuti Pos-Kupang.Com di GOOGLE NEWS