KKB Papua

Dulu Egianus Kogoya Tak Bisa Baca Tulis, Sering Dibentak Guru dan Tak Mau Hormat Bendera

Penulis: Frans Krowin
Editor: Frans Krowin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TAK BISA BACA – Egianus Kogoya ketika masih di bangku sekolah dasar, ternyata tak bisa baca tulis ia hingga duduk di bangku kelas 6 SD. Ia juga tak mau memberi hormat pada bendera merah putih saat dilaksanakan upacara bendera setiap hari Senin.

POS-KUPANG.COM – Egianus Kogoya, Komandan Daerah Perang atau Kodap III Ndugama  yang saat ini dikenal sebagai pemimpin KKB Papua yang paling kejam di Tanah Papua, ternyata memiliki kepribadian masa lalu yang unik.

Sejak kelas 1 hingga kelas 6 sekolah dasar (SD), ia tak bisa membaca dan menulis.  Ia juga sering dibentak guru karena ulahnya yang usil.

Ketika dilaksanakan upacara bendera setiap hari Senin dan hari-hari nasional lainnya, Egianus Kogoya selalu tidak mau menghormati bendera merah putih.

Ketika Egianus Kogoya beranjak remaja, ia dihadapkan pada peristiwa kelam, yakni ayahnya meninggal dunia. Padahal saat itu usianya masih relatif muda.

Meski umurnya tergolong muda belia, tetapi ia mengemban kepercayaan yang besar, yakni menjadi pewaris perjuangan sang ayah untuk membebaskan Papua dari Indonesia, memerdekakan Papua dari garis perjuangan sang ayah selama hidupnya.

Atas kepercayaan di kala umurnya yang masih labil itulah, Egianus Kogoya pun tampil sebagai pemimpin dengan karakter pemberani. Ia tak mengenal rasa takut walaupun yang dihadapi adalah prajurit TNI Polri yang terlatih dan berkemampuan tinggi.

Hal itu telah dibuktikan selama ini. Dalam setiap aksinya, ia selalu memimpin pergerakan dengan risiko tinggi, termasuk mengepung Bandara Paro di Kabupaten Nduga, membakar pesawat Susi Air hingga akhirnya menyandera pilot berkewarganegaraan Selandia Baru, Philips Mark Merthens.

Penyanderaan pilot tersebut dilakukan sejak 7 Februari 2023 dan hingga kini belum dilepas. Bahkan dalam penyanderaan tersebut, sang pilot itu tetap dijaga, dikawal bahkan selalu dibawa ke mana pun Egianus bepergian.

Meski selama ini Egianus Kogoya selalu dalam incaran aparat keamanan, tetapi sampai detik ini tak ada kabar sama sekali kalau pemimpin KKB Papua di Kabupaten Nduga itu ditangkap, disergap atau dikepung.

Ini menandakan, bahwa Egianus Kogoya bukan sembarang orang. Keberadaannya sulit dideteksi dan bila sekali tampil di layar kaca, yang bersangkutan akan selalu melontarkan pernyataan yang kontraproduktif.

Sebagaimana halnya pada akhir Juni 2023 lalu. Kala itu ia muncul dari persembunyiannya kemudian melontarkan pernyataan akan membunuh pilot Susi Air, Philips Mark Merthens.

Ia bahkan mengancam pemerintah Indonesia jika tidak segera meladeni ultimatum yang diberikannya tentang syarat pembebasan pilot Susi Air.

Dalam pernyataannya kala itu, Egianus Kogoya mengatakan pilot itu baru akan dibebaskan apabila pertama, Indonesia memberikan kemerdekaan kepada Papua. Kedua, memberikan senjata api dan amunisi kepada KKB Papua.

Namun tuntutan itu tak digubris. Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D Fakhiri mengatakan, mengatakan, bahwa tuntutan untuk diberikan senjata api dan amunisi, hal itu tak akan mungkin dipenuhi, kecuali disiapkan sejumlah uang untuk diberikan kepada Egianus Kogoya.

Saat itu berkembang informasi bahwa Egianus Kogoya meminta uang Rp 5 miliar sebagai syarat pembebasan pilot tersebut. Namun di tengah derasnya informasi tersebut, Egianus Kogoya tiba-tiba muncul lalu menepis informasi tersebut.

Ia mengatakan, bahwa dirinya tak akan pernah meminta uang Rp 5 miliar sebagaimana informasi yang berkembang. Yang dituntut hanya satu, yakni Papua Merdeka.

Sejak itu sampai sekarang, Egianus Kogoya tak munculkan lagi batang hidungnya. Meski demikian, dari pelbagai informasi yang berkembang, menyebutkan bahwa ia selalu bersama pilot Susi Air dan menjaganya dengan baik.

Lantas, kapankah pilot berkebangsaan Australia tersebut akan dibebaskan? Hingga saat ini siapa pun belum bisa memberikan jawaban yang tepat.

Yang ada hanyalah pernyataan Kapolda Papua, Irjen Pol Mathius D Fakhiri bahwa pihaknya terus melakukan negosiasi sebagai cara terbaik untuk membebaskan pilot tersebut dari kerangkeng KKB Papua.

Hal itu pun dibenarkan oleh Panglima TNI, Laksamana TNI Yudo Margono. Dikatakannya, bahwa tak ada cara lain yang dilakukannya kecuali mengedepankan negosiasi secara langkah paling utama dalam upaya itu.

Pihaknya tak akan mungkin menghadapi KKB Papua dengan kekerasan senjata. Karena hal tersebut hanya akan menimbulkan dampak yang besar, baik bagi masyarakat maupun daerah setempat.

Oleh karena itu, kata Yudo Margono, saat ini pihaknya memberikan ruang seluas-luasnya kepada tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat juga keluarga Egianus Kogoya untuk melakukan negosiasi.

Di kalangan pemerintah juga pihaknya mempercayakan Penjabat Bupati Nduga sebagai satu-satunya negosiator untuk membebaskan pilot tersebut.

Ia juga tak akan memberikan batas waktu atas negosiasi tersebut. Sebab hal utama yang selalu diprioritaskan, adalah keselamatan semua pihak, baik pilot Susi Air, KKB Papua sebagai sesama warga Indonesia, juga warga sipil yang ada di Tanah Papua.

“Ya kita berharap agar negosiasi ini berjalan baik. Untuk itu semua pihak diharap bersabar, karena yang paling utama dalam usaha pembebasan pilot Susi Air, adalah keselamatan bersama,” ujar Yudo Margono.

Sementara untuk mengeliminir aksi brutal KKB Papua, Kapolda Papua, Mathius D Fakhiri mengatakan, strategi baru yang dilakukan saat ini, adalah di mana ada aksi KKB Papua, di situ akan didirikan Pos Keamanan.

Baca juga: Tempat Persembunyian KKB Papua Teridentifikasi Lagi, Lokasinya Berada di Tempat yang Angker

Baca juga: Susah Payah Kejar KKB Papua, Prajurit TNI Polri Malah Temukan Markas Numbuk Telenggen

Selain itu, dilakukan penegakkan supremasi hukum dengan cara mengejar, menangkap dan memproseshukumkan siapa pun yang terlibat dalam insiden kekejaman di  daerah itu.

Hanya dengan cara itu, lanjut Kapolda Papua, pihaknya secara perlahan-lahan bisa memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat. Jika keamanan dan ketertiban terkendali, maka masyarakat bisa bekerja sebagaimana biasa,” ujarnya. (*)

Ikuti Pos-Kupang.Com di GOOGLE NEWS

Berita Terkini