POS-KUPANG.COM – Egianus Kogoya, Komandan Daerah Perang atau Kodap III Ndugama yang saat ini dikenal sebagai pemimpin KKB Papua yang paling kejam di Tanah Papua, ternyata memiliki kepribadian masa lalu yang unik.
Sejak kelas 1 hingga kelas 6 sekolah dasar (SD), ia tak bisa membaca dan menulis. Ia juga sering dibentak guru karena ulahnya yang usil.
Ketika dilaksanakan upacara bendera setiap hari Senin dan hari-hari nasional lainnya, Egianus Kogoya selalu tidak mau menghormati bendera merah putih.
Ketika Egianus Kogoya beranjak remaja, ia dihadapkan pada peristiwa kelam, yakni ayahnya meninggal dunia. Padahal saat itu usianya masih relatif muda.
Meski umurnya tergolong muda belia, tetapi ia mengemban kepercayaan yang besar, yakni menjadi pewaris perjuangan sang ayah untuk membebaskan Papua dari Indonesia, memerdekakan Papua dari garis perjuangan sang ayah selama hidupnya.
Atas kepercayaan di kala umurnya yang masih labil itulah, Egianus Kogoya pun tampil sebagai pemimpin dengan karakter pemberani. Ia tak mengenal rasa takut walaupun yang dihadapi adalah prajurit TNI Polri yang terlatih dan berkemampuan tinggi.
Hal itu telah dibuktikan selama ini. Dalam setiap aksinya, ia selalu memimpin pergerakan dengan risiko tinggi, termasuk mengepung Bandara Paro di Kabupaten Nduga, membakar pesawat Susi Air hingga akhirnya menyandera pilot berkewarganegaraan Selandia Baru, Philips Mark Merthens.
Penyanderaan pilot tersebut dilakukan sejak 7 Februari 2023 dan hingga kini belum dilepas. Bahkan dalam penyanderaan tersebut, sang pilot itu tetap dijaga, dikawal bahkan selalu dibawa ke mana pun Egianus bepergian.
Meski selama ini Egianus Kogoya selalu dalam incaran aparat keamanan, tetapi sampai detik ini tak ada kabar sama sekali kalau pemimpin KKB Papua di Kabupaten Nduga itu ditangkap, disergap atau dikepung.
Ini menandakan, bahwa Egianus Kogoya bukan sembarang orang. Keberadaannya sulit dideteksi dan bila sekali tampil di layar kaca, yang bersangkutan akan selalu melontarkan pernyataan yang kontraproduktif.
Sebagaimana halnya pada akhir Juni 2023 lalu. Kala itu ia muncul dari persembunyiannya kemudian melontarkan pernyataan akan membunuh pilot Susi Air, Philips Mark Merthens.
Ia bahkan mengancam pemerintah Indonesia jika tidak segera meladeni ultimatum yang diberikannya tentang syarat pembebasan pilot Susi Air.
Dalam pernyataannya kala itu, Egianus Kogoya mengatakan pilot itu baru akan dibebaskan apabila pertama, Indonesia memberikan kemerdekaan kepada Papua. Kedua, memberikan senjata api dan amunisi kepada KKB Papua.
Namun tuntutan itu tak digubris. Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D Fakhiri mengatakan, mengatakan, bahwa tuntutan untuk diberikan senjata api dan amunisi, hal itu tak akan mungkin dipenuhi, kecuali disiapkan sejumlah uang untuk diberikan kepada Egianus Kogoya.
Saat itu berkembang informasi bahwa Egianus Kogoya meminta uang Rp 5 miliar sebagai syarat pembebasan pilot tersebut. Namun di tengah derasnya informasi tersebut, Egianus Kogoya tiba-tiba muncul lalu menepis informasi tersebut.