POS-KUPANG.COM - Ancaman bencana kekeringan kini menghantui Sebagian Wilayah NTT. Menurut Ramalan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ). Sebagian Wilayah NTT akan mengalami Hari Tanpa Hujan atau HTH Ekstrem Panjang.
Karena itu BMKG mengimbau Warga yang akan mengalami dampak HTH Ekstrem Panjang tersebut untuk waspada.
Dijelaskan BMKG, HTH Ekstrem Panjang akan menyebabkan bencana kekeringan di Sebagian Wilayah NTT.
"Sebagian Wilayah NTT mengalami HTH kategori ekstrem panjang akibat tidak diguyur hujan selama lebih dari 60 hari yang perlu diwaspadai karena berpeluang menimbulkan bencana kekeringan meteorologis," kata Kepala Stasiun Klimatologi NTT BMKG Rahmattulloh Adji di Kupang, Jumat, (30/6/2023).
Baca juga: Ini 12 Daerah di NTT Berstatus Siaga Kekeringan, BMKG Keluarkan Peringatan Dini, Waspada Kebakaran
Rahmattulloh Adji menjelaskan, ancaman bencana kekeringan di Sebagian Wilayah NTT tersebut berkaitan dengan hasil pemantauan HTH berturut-turut pada Dasarian III Juni 2023 di wilayah NTT.
Dikatakan Rahmattulloh Adji, pada umumnya wilayah NTT mengalami HTH kategori sangat pendek (1-5 hari), namun Sebagian Wilayah NTT mengalami HTH Ekstrem Panjang.
Disebutkan, Sebagian Wilayah NTT itu antara lain Nanganio dan Sokoria di Kabupaten Ende, Rambangaru dan Kamanggih di Kabupaten Sumba Timur, sekitar Stasiun Meteorologi Tardamu Sabu di Kabupaten Sabu Raijua, dan Olafulihaa dan Busalangga di Kabupaten Rote Ndao.
Ia mengimbau warga di wilayah-wilayah itu agar mewaspadai ancaman bencana kekeringan yang menimbulkan berbagai dampak seperti berkurangnya persediaan air tanah yang menyebabkan kelangkaan air bersih.
Baca juga: El Nino di Depan Mata, BMKG Ingatkan Pemerintah Daerah Segera Antisipasi Ancaman Kekeringan
"Oleh sebab itu, pemakaian air bersih perlu dihemat agar persediaan yang ada bisa mencukupi kebutuhan selama musim kemarau," katanya.
Ia menambahkan, HTH ekstrem panjang juga berdampak pada lahan pertanian dengan sistem tadah hujan sehingga para petani perlu menyiasatinya dengan menanam tanaman yang tidak membutuhkan banyak air agar lebih berpeluang untuk dipanen.
Adji mengatakan, ancaman bencana kekeringan juga meningkatkan potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan sehingga perlu dicegah dengan menghindari tindakan yang dapat menimbulkan titik api di area terbuka.
"Hindari membuang puntung rokok sembarangan di area terbuka serta membuka atau membersihkan lahan dengan cara membakar," katanya. (Ant/*)
Ikuti berita POS-KUPANG.com di GOOGLE NEWS