Berita Lembata

Pandu Budaya Sekolah Lapang Kearifan Lokal Temukan Ratusan Objek Pemajuan Kebudayaan

Penulis: Ricardus Wawo
Editor: Eflin Rote
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Krisantus Boro sedang memaparkan materi tentang Lahir dan Mati sebagai orang Lamaholot dalam kegiatan Sekolah Lapang Kearifan Lokal di Desa Hoelea 2, Kecamatan Omesuri, 22 Juni 2023.

LAPORAN REPORTER POS-KUPANG.COM, RICKO WAWO

POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Sekelompok anak muda di Kabupaten Lembata yang termasuk Pandu Budaya menemukan sebanyak 190 objek pemajuan kebudayaan (OPK) yang selama ini tersembunyi di Kabupaten Lembata. 

OPK ini ditemukan setelah sebanyak 21 Pandu Budaya dari 12 desa se-Kabupaten Lembata mengikuti Sekolah Lapang Kearifan Lokal ( SLKL ) Desa Hoelea II, Kecamatan Omesuri, selama tiga hari yaitu dari 22-24 Juni 2023.

Mereka jadi peserta Sekolah Lapang Kearifan Lokal ( SLKL ) yang diselenggarakan oleh Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa & Masyarakat Adat Kemendikbudristek. 

Para pandu budaya ini mendapatkan apresiasi dari Kemendikbudristek karena berhasil mengidentifikasi ratusan produk kebudayaan lokal Lembata yang masuk daftar 10 kategori Obyek Pemajuan Kebudayaan (OPK) hanya dalam waktu tiga hari kegiatan. 

Baca juga: Komisi II DPRD Lembata Minta Selesaikan 50 Paket Proyek PEN Di Lembata

Sedikitnya 190 OPK dari berbagai kategori berhasil diidentifikasi saat SLKL ini digelar.

"Proses sekolah lapang kearifan lokal di Lembata ini sangat luar biasa. Ini di luar dugaan kami," ungkap Yani Haryanto, Pamong Budaya Ahli Muda Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Menurut dia, anak muda yang menjadi Pandu Budaya di Lembata sangat bersemangat dan berkompeten, kelihatan dari bagaimana pengenalan mereka akan budaya masing-masing. 

Kegiatan dengan waktu yang singkat saja tetapi banyak keragaman objek pemajuan kebudayaan yang teridentifikasi. 

"Ini modal yang bagus dan berharap mereka nanti bisa menjadi agen untuk memperkenalkan dan melestarikan kebudayaan di tempat mereka masing-masing dan secara umum di Lembata," puji Haryanto yang juga sebagai penanggung jawab kegiatan SLKL ini.

Baca juga: Meski Kasus Gigitan Anjing Tinggi, Rabies di Lembata Belum Ada

OPK ini tersebar di 12 kampung adat di Lembata. Dari wilayah Ile Ape, ada kampung adat Lewohala dan Lamariang. 

Di Nagawutung ada dari kampung adat Atawai. Kemudian Kampung Adat Lewo Ahar dari Atadei dan Kampung Adat Lewutung dari Lebatukan. 

Sisanya dari wilayah Edang yang meliputi kecamatan Omesuri dan Busarusi yakni kampung adat Leulea, Leuhoe, Aliur, Homat Matan, Wakio, Toul dan Lewutubung.

Tak hanya itu, para pandu budaya juga menyeleksi OPK dari tiap kampung adat sebagai prioritas untuk dilakukan penelitian mendalam dan pendokumentasian selama tahun 2023. 

Alhasil, sebanyak 21 OPK terpilih dan masuk beberapa kategori OPK. Kemendikbud sendiri sudah membuat 10 kategori OPK yakni Bahasa, adat istiadat, seni, permainan tradisional, olahraga tradisional, manuskrip, tradisi lisan, ritus, pengetahuan tradisional dan teknologi tradisional.

Baca juga: Harga Jagung Hibrida Terlalu Murah, Petani di Lembata Mengeluh

Dari total 21 OPK prioritas untuk pendokumentasian, kategori pengetahuan tradisional paling banyak dipilih yakni 5 OPK disusul 4 ritus, 4 teknologi tradisional, 3 tradisi lisan, dua OPK kategori seni dan 1 OPK kategori Olahraga Tradisional. 

Dari total 21 OPK prioritas untuk pendokumentasian, kategori pengetahuan tradisional paling banyak dipilih yakni 5 OPK disusul 4 ritus, 4 teknologi tradisional, 3 tradisi lisan, dua OPK kategori seni dan 1 OPK kategori Olahraga Tradisional. 

Satu-satunya objek pemajuan kebudayaan kategori olahraga tradisional yakni Nodi. Ini merupakan olahraga tinju tradisional yang dimiliki masyarakat kampung adat Lewohala di Ile Ape dan Ile Ape Timur. 

Sebelum identifikasi, para peserta dibekali sejumlah pengetahuan terkait kebudayaan Lembata baik kebudayaan masyarakat adat Lamaholot dan masyarakat adat Edang. 

Baca juga: 10 Pemilih di Lembata Berusia di Atas 100 Tahun

Tentang budaya Lamaholot, para peserta yang akan nanti menjadi pandu budaya di tiap desanya ini, dibekali tentang Sistem Budaya Masyarakat Lamaholot oleh Agustinus Gehi. 

Sementara Krisantus Boro memaparkan tentang Lahir dan Mati sebagai orang Lamaholot. Sementara budaya Edang disampaikan oleh Yohanes Teheq dan Eman Ubuq. 

Yohanes Teheq memaparkan materi tentang Tradisi Lisan dan Pangan Lokal Edang, sedangkan materi "Kepercayaan Edang Wela dan Manifestasinya Dalam Hidup Beradat Komunitas Edang" dipaparkan oleh Eman Ubuq. 

Sementara narasumber dari Kemendikbud mendampingi para peserta tentang teknis penggalian data dan pendokumentasian OPK. 

Selain itu, para peserta juga belajar tentang Pemanfaatan Pangan Lokal untuk Konsumsi Masyarakat Adat yang disampaikan Apol Mayan, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Kebudayaan Kabupaten Lembata. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Berita Terkini