Berita NTT

Televisi Al Jazeera Syuting Kisah Hidup Amye Un di Timor

Editor: Eflin Rote
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Stasiun Televisi Al Jazeera yang bermarkas di Darwin, Australia Utara melakukan syuting bertema Kisah Hidup Amye Un yang kini sebagai Wakil Walikota dan Councillor di Darwin. Dalam waktu dekat film itu akan tayang di berbagai negara

POS-KUPANG.COM, KUPANG – Stasiun Televisi Al Jazeera yang bermarkas di Darwin, Australia Utara
melakukan syuting bertema Kisah Hidup Amye Un yang kini sebagai Wakil Walikota dan Councillor di Darwin. Dalam waktu dekat film itu akan tayang di berbagai negara.

Hal ini dikatakan Amye Un saat ditemui di kediamannya di Jalan Bajawa, Kupang, Jumat, 24 Maret 2023. Amye yang pulang ke NTT untuk urusan keluarga ini mengatakan, produser pada televisi itu merasa tertarik dengan perjalanan hidupnya. Karena itu sebuah tim datang ke Pulau Timor untuk menggarap secara utuh kisah itu. Benar adanya karena Amye Un, perempuan kelahiran Desa Tae Usapi, Amanatun, Timor Tengah Selatan (TTS), 64 tahun lalu itu kini sungguh diperhitungkan dalam kancah perpolitikan di negeri itu.

Menurut Amye Un, syuting itu telah dilakukan pada awal Januari 2023 lalu. Mulai dari kampungnya hingga di Kota Kupang.

“Mereka ingin memotret perjalanan hidup saya secara detail,” kata Amye Un.

Baca juga: Kisah Amye Un, 35 Tahun Rantau Ke Australia Jadi Koki Hingga Penata Kota dan Wawali Kota

Menurutnya, sebelum menjadi wakil walikota dan councellor itu, ia sudah membintangi beberapa film di Australia.

Jadi, sesungguhnya Amye tak hanya sebagai politisi semata, namun merangkap pula sebagai artis dan pemilik restoran ternama.

Khusus film ini mengisahkan bagaimana seorang Amye Un kecil yang memiliki impian untuk mengubah hidupnya dari sebuah kampung kecil, hidup dalam kesusahan hingga ia sukses di Australia.

Dengan impian itu ia bisa menapaki anak tangga perjuangan di Darwin hingga menduduki dua jabatan politik sekaligus, yakni sebagai wakil walikota dan sebagai councellor.

Amye ingin menitipkan masa lalu dan masanya kini kepada generasi muda dan entah kepada siapa pun dia untuk belajar secara gigih demi meraih masa depan yang lebih baik. Sebuah legacy yang ingin ia perlihatkan secara nyata.Tak hanya kepada kaum muda belia.

Kisahnya, Amye terlahir dari orangtua Yusuf Un dan Maria Un-Banunaek. Keluarga Yusuf dan Maria memiliki 13 orang anak, tiga orang meninggal di masa kecil. Mereka tinggal dari satu kampung ke kampung yang lain untuk berdagang benang.

“Kami tinggal di Oenlasi, Niki-niki, Kapan, Naeoni. Setiap hari orang tua saya berdagang benang,” kata Amye.

Baca juga: Hasil Pilwalkot Darwin Australia, Perempuan Asal NTT Amye Un Kalahkan 4 Pesaingnya

Ketika usianya menginjak 16 tahun, Amye bercerita, seorang tetangga yang jatuh cinta padanya membelikan sebuah baju baru dan dititipkan lewat orang tua tanpa sepengetahuannya. Dan, baju ia kenakan setiap hari raya karena menjadi satu-satunya yang terbaik. Sepatu pun cuma satu pasang. Ketika ke gereja, ia berjalan kaki pulang pergi tanpa alas agar sepatunya tetap awet. “ Sampai di gereja baru saya pakai sepatu itu. Begitu juga sebaliknya ketika pulang ke rumah, alas kaki itu saya pegang saja,” ceritanya.

Tentang Baju Baru

Amye merasa senang mengenakan baju baru itu. Suatu ketika mamanya Maria menyampaikan bahwa baju itu sesungguhnya pemberian dari seorang pemuda di kampung itu. Lelaki yang adalah tetangganya itu berniat untuk menikahinya. Di halaman rumah juga seekor sapi telah diikat. “Katanya, sapi itu sebagai tanda ikatan. Bagaimana mungkin saya mau menikah dengan lelaki itu jika saya sendiri tak mau atau saya belum ditanyai,” katanya.

Halaman
12

Berita Terkini