POS-KUPANG.COM - Panglima TNI, Laksamana Yudo Margono menerjunkan prajurit berkemampuan khusus untuk membebaskan pilot Susi Air, Phillips Mark Merthens dari tangan KKB Papua.
Meski yang dikirim adalah prajurit berkemampuan khusus, tetapi apa yang dilakukan di Papua, bukan operasi militer untuk membebaskan pilot dari tawanan Egianus Kogoya.
Proses operasi untuk membebaskan pilot Susi Air itu, kata Panglima TNI, harus mengedepankan kehati-hatian untuk menjaga agar masyarakat sipil tidak terlibat.
"Kalau operasi serentak itu dikhawatirkan penduduk akan kena. Sebab mereka ini (KKB) selalu membaur bersama warga.”
Baca juga: Intelijen KKB Papua: Kontak Senjata TNI Polri - Pasukan Kodap XVI Yahukimo Terjadi di Jalan Trans
Laksamana Yudo Margono mengatakan hal tersebut seusai upacara gaktib dan yustisi di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu 8 Maret 2023.
Dikatakannya, hingga saat ini upaya pembebasan pilot Susi Air, Phillips Mark Merthens dari tangan Kelompok Kriminal Bersenjata, masih terus dilakukan.
Upaya pembebasan tawanan itu, dilakukan oleh Tim Gabungan TNI Polri. Dalam sebulan terakhir, upaya tersebut tak pernah kendur.
Hanya saja, hasilnya belum optimal, karena yang dikedepankan adalah aspek kehati-hatian. Belum lagi faktor lain, seperti medan yang berat serta sifat KKB yang terus bergerak.
Dikatakannya, KKB Papua selalu berpindah-pindah dan membaur dengan masyarakat sipil yang ada di daerah itu.
Kondisi ini, lanjut Panglima TNI, tentunya menyulitkan aparat untuk mengambil tindakan tegas. Oleh karena itu publik diminta untuk bersabar.
Dikatakannya, pencarian pilot Susi Air selama ini bukan dilakukan dengan operasi militer, melainkan operasi penegakan hukum.
Baca juga: Personel Polres Lanny Jaya Sita 8 Handy Talky, Diduga untuk KKB Papua Egianus Kogoya
Makanya, hasil yang diperoleh belum maksimal. Apalagi medan Papua demikian berat, sementara komuniasi yang dibangun pun terhalang oleh sulitnya jaringan telekomunikasi.
“Kita tidak mau masyarakat menjadi korban hanya gara-gara pembebasan ini. Jadi ya harus sabar. Menyelesaikan masalah ini tidak bisa langsung “des” (selesai). Ini bukan operasi militer. Ingat, ini bukan operasi militer,” tandas Yudo.
Dia juga menyebutkan, TNI memiliki kemampuan khusus. Selain itu TNI juga punya alutsista yang bisa digunakan untuk menguasai keadaan.
“TNI punya prajurit berkemampuan khusus, juga punya alutsista yang bisa menyelesaikan ini secara cepat. Tapi pilihannya tidak begitu. Ingat, ini adalah operasi penegakan hukum, sehingga tetap mengedepankan hukum,” ujarnya.
Diketahui, Philips yang merupakan warga Selandia Baru, disandera KKB setelah pesawat yang dipilotinya dibakar di Bandara Paro, Nduga, Papua Pegunungan, oleh KKB pimpinan Egianus Kogoya pada 7 Februari 2023.
Saat itu, pesawat tersebut mengangkut lima penumpang yang merupakan orang asli Papua (OAP). Sebenarnya, Phillips dan kelima OAP sempat melarikan diri ke arah yang berbeda.
Baca juga: KKB Papua - JO Sembiring Minta Elkius Kobak Serahkan Diri daripada Tebar Ancaman ke Warga Sipil
Namun belakangan ini diketahui bahwa kelima penumpang yang merupakan Orang Asli Papua (OAP) telah kembali ke rumah masing-masing.
Sedangkan Philips Mark Merthens, hingga kini masih ditangan penyandera. Kelompok teroris tersebut senantiasa membawa pilot tersebut kemana mereka pergi.
Faktor inilah yang mengakibatkan proses pembebasannya belum membuahkan hasil. Sebab sampai sekarang korban masih di tangan KKB Papua (*)
Ikuti Pos-Kupang.Com di GOOGLE NEWS