Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Amar Ola Keda
POS-KUPANG.COM, ADONARA - Ketua DPD PDIP Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Emi Nomleni telah resmi melakukan lamaran politik kepada Hery Dosinaen sebagai bakal calon Gubernur NTT di Desa Nihaone, Kecamatan Ile Boleng, Adonara, Kabupaten Flores Timur, Kamis 26 Mei 2022.
Usai silahturahmi politik, rombongan Ketua DPD PDIP Emi Nomleni ziarah ke pusara mantan Gubernur NTT, Frans Lebu Raya di Desa Watoone, Kecamatan Witihama, Jumat 27 Mei 2022.
Wakil Ketua Bidang Organisasi, Viktor Mado Wutun mengatakan kunjungan itu sebagai bagian dari meminta restu untuk Emi Nomleni dan Hery Dosinaen dalam hajatan politik Pilgub NTT 2024 mendatang.
Menurut Viktor, kunjungan Emi Nomleni ke rumah adat suku Dosinaen itu untuk meminta izin kepada seluruh tokoh adat.
"Meminta izin kepada orang tua agar memberikan izin kepada Hery Dosinaen bisa bersama di PDI Perjuangan," ungkap Mado Watun.
Ia mengatakan sekalipun sudah mendapat restu dan izin dari tetua adat, Emi Nomleni sebagai Ketua DPD Partai bersama Hery Dosinaen tetap menghormati proses dan mekanisme partai.
Profil Hery Dosinaen
Berikut ini profil Hery Dosinaen. Ia merupakan putera asli Desa Nihaone, Kecamatan Ile Boleng, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur.
Nama lengkapnya, Dr. Titus Emanuel Adopehan, S. IP, M. KF, M. Si.
Hery Dosinaen lahir 4 Mei 1967. Ia adalah mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Papua, dilantik oleh Gubernur Lukas Enembe.
Ia tercatat sebagai sekda termuda di Indonesia dengan golongan IV/E. Saat ini ia menjadi Komisaris Utama Bank Papua.
Ia meraih dua trofi dalam kejuaran tenis veteran “2019 Baveti Indonesia Open” yang diadakan pada 4 Agustus 2019 di Elite Club Epicentrum, Kuningan, Jakarta.
Pada 19 Agustus 2019, Ia meraih perhatian karena menyebut Papua sebagai tanah kedua Israel.
Di mata publik Flores Timur, Hery Dosinaen adalah pribadi yang rendah hati dan merakyat. Sebab, ia menapaki jalan sebagai Abdi Negara, ASN dimulai dari pedalaman Papua.
Ia mengabdi selama 23 tahun di pegunungan tengah Provinsi Papua. Waktu yang tidak singkat untuk sebuah pengabdian, sebelum dipercayakan menjadi Sekda Provinsi Papua Oleh Gubernur Lukas Enembe.
Jabatan yang disandang Hery tidak diperoleh begitu saja, tetapi melalui perjuangan berat. Ia memulai karir dari bawah di Kabupaten Paniai dan Kabupaten Puncak Jaya, wilayah dengan tekstur topografi yang begitu berat, kondisi masyarakat yang dependen terhadap pemimpin, dan isu-isu sekelompok masyarakat yang tetap berjuang merongrong Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Selama di pedalaman, ia tak lelah berjalan kaki menemui masyarakat dari satu kampung ke kampung lain. Karena letak perkampungan penduduk berjauhan, kadang ia butuh waktu lebih dari satu hari sebelum tiba di kampung berikutnya.
Sebenarnya setelah tamat Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas Bersubsidi Suryamandala Flores Timur pada 1986, Hery bercita-cita jadi dokter. Itu sebabnya, ia mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta sebagai pilihan pertama, dan pilihan kedua Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipil) Universitas Cendrawasih (Uncen), Papua.
Sejak itu, Hery remaja pindah ke Papua. Dua tahun menjadi mahasiswa Uncen, ia pindah kuliah ke Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Papua setelah lulus seleksi pada 1988.
Prestasinya cemerlang membuat ia menjadi lulusan terbaik dan berhak menerima penghargaan Astrabata.
Ini baru awal dari keberhasilan. Sebab hari-hari selanjutnya ia akan memulai karir sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) yang sesungguhnya dengan terjun ke wilayah yang jauh dari hiruk pikuk Kota Jayapura.
Ia lalu menerima SK (Surat Keputusan) sebagai Kaur Pemerintahan di Kecamatan Ilaga, Kabupaten Paniai.
Sebanyak 80,54 % kabupaten seluas 18.104,63 kilometer persegi tersebut, memiliki ketinggian antara 1 000-3.000 meter di atas permukaan laut. Namun, Kota Enarotali yang menjadi pusat pemerintahan Paniai, terletak di pinggir Danau Paniai dengan panorama alam yang memesona.
Tidak lama bertugas di Ilaga, di akhir 1992, ia dimutasi menjadi Sekretaris Wilayah Kecamatan Ilaga. Itu pun hanya berlangsung dua tahun karena pada 1994, pria yang fasih sejumlah bahasa daerah Papua ini melanjutkan studinya di Jurusan Pemerintahan, Fisipol, UGM.
Tamat dari sana, Hery kembali ke Paniai dan menduduki jabatan Kasubag Diklat, selanjutnya menerima mandat sebagai Camat Mulia, Kabupaten Puncak Jaya pada 1998-1999.
Di kabupaten yang memiliki aneka jenis anggrek ini, karir Hery sebagai pegawai negeri terus menanjak. Selama 16 tahun di Puncak Jaya, ia berpindah-pindah jabatan mulai dari Kepala Distrik Mulia, Kabag Informasi dan Komunikasi, Asisten Bidang Pemerintahan, Pelaksana Tugas Sekretaris DPRD, dan terakhir Asisten Bidang Pemerintahan dan Desa.
Hery Dosinaen, Putera Terbaik NTT, sudah mempersembahkan seluruh jiwa dan raganya untuk membangun tanah Papua. Dan, kini ia ingin mengabdikan dirinya untuk masyarakat NTT. (*)