Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Dionisius Rebon
POS-KUPANG.COM, KEFAMENANU- Fakta-fakta dan kronologi kematian sopir pribadi isteri Bupati TTU, Petrus Berek alias Ipang (27) warga Peboko Kelurahan Kefamenanu Utara Kabupaten TTU perlahan terungkap.
Para saksi yang menyaksikan langsung peristiwa kematian korban menegaskan bahwa informasi liar yang tersebar pasca kematian korban diduga dipelintir oleh oknum-oknum tak bertanggungjawab.
Para saksi yang menyaksikan langsung peristiwa naas yang dialami korban, yakni Hendrikus Mano alias Jarod, Adrianus N. Unab alias Kobar, Priskus P.E Bilo alias Li dan Yansen Pausobe alias Yansen.
Pasa saksi tersebut merupakan teman dekat Ipang (korban) yang meyakini bahwa, korban meninggal dunia karena murni mengalami musibah dipagut ular.
Baca juga: Kematian Sopir Pribadi Istri Bupati TTU Janggal, Keluarga Almarhum Petrus Berek Lapor Polisi
Mereka (para saksi) menerangkan bahwa, bekas luka pagutan ular terlihat sangat jelas. Di sekitar area pagutan ular terlihat membengkak dan membiru serta sempat didokumentasikan saat pihak medis mengambil tindakan terhadap korban.
Saksi Hendrikus Mano Alias Jarod, kepada POS-KUPANG.COM, mengisahkan, pada Jumat 17 Desember 2021, dirinya bersama korban dan beberapa orang lainnya sedang duduk di teras belakang Rumah Jabatan Bupati TTU menjelang Maghrib.
Beberapa saat kemudian, lanjut Jarod, dirinya ditelepon oleh Li Bilo yang mengabarkan bahwa sapi milik Maximus Bilo (ayah dari Li Bilo) yang berada di Kilometer 10 jurusan Atambua, Kelurahan Tubuhue, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten TTU, hilang.
Korban pada kesempatan itu juga mengajak saksi (Jarod) beserta beberapa kawan lainnya mencari sapi milik orangtua Li Bilo tersebut.
Pasca Li Bilo tiba di rujab Bupati TTU, korban bersama beberapa orang saksi lainnya kemudian bergegas ke TKP untuk mencari sapi.
Menurut Jarod, pihaknya terpaksa membatalkan keberangkatan mereka ke Kuatnana pada petang hari karena membantu mencari sapi yang hilang.
Pasca tiba di Kilometer 10 jurusan Atambua, dirinya bersama pemilik sapi (Maximus Bilo), penggembala sapi, seorang saudara Li dan korban berjalan kaki menuju kebun tempat di mana sapi dikabarkan hilang dan langsung melakukan pencarian.
Dikatakan Jarot, sekira pukul 21.00 wita, dirinya dihubungi oleh Kobar yang menginformasikan bahwa, sapi yang hilang telah ditemukan kembali. Mereka lalu saling kontak dan berjanji bertemu di satu lokasi di tengah hutan.
Ia mengakui, pada saat itu, dirinya bersama Kobar dan Ipang berjalan kaki beriringan menuju tempat yang sudah disepakati bersama para pencari sapi lainnya. Sementara Li Bilo bersama saudaranya dan Maximus Bilo berada pada kelompok lain dan bergegas menuju hutan.
"Saat jalan itu, saya duluan sementara pegang bambu. Ipang pegang parang lalu Kobar yang pegang senter," ucapnya.
Saat sedang berjalan, ujar Jarod, mereka dikagetkan oleh teriakan korban yang mengatakan bahwa dirinya dipagut ular
Sontak Kobar kemudian mengarahkan senter ke kaki korban dan terlihat lubang atau bekas pagutan ular pada pergelangan kaki kanan korban bagian dalam. Seketika korban langsung jatuh di depan kedua saksi (Jarot dan Kobar) dan kejang-kejang sambil mengeluarkan busa dari dalam mulutnya. Kedua orang saksi tersebut kemudian mengangkat korban dan memapah korban keluar dari hutan.
Jarot mengakui bahwa, dirinya dan kobar pada saat itu, sangat panik melihat kondisi korban dan kemudian berteriak minta tolong namun usaha tersebut tidak membuahkan hasil.
Ketika mendekati jalan umum, kedua saksi kemudian dibantu oleh Yansen beserta beberapa orang yang datang menggendong korban.
"Kami minta bantuan orang-orang di situ untuk terima korban. Di situ jalan sedikit menanjak. Ada beberapa orang dan teman- teman dariLi Bilo bantu angkat Ipang," ungkap Jarot.
Ia menambahkan, sementara dirinya dan Kobar berlari menuju jalan raya untuk menahan kendaraan yang melintas di ruas jalan tersebut untuk membantu mengantar korban ke Rumah Sakit.
Saat korban diangkat dan dipindahkan ke pinggir jalan raya yang berada di ketinggian, korban sempat terjatuh karena pegangan orang-orang yang membantu menerima tubuh korban terlepas.
"Mungkin di situ terjadi benturan, kami juga tidak lihat bagian tubuh mana yang kena benturan karena saya dan Kobar mau cari kendaraan di atas di jalan umum. Hanya lihat dia jatuh, terlepas dari pegangan orang-orang yang angkat dia. Entah itu jatuh karena korban berat atau bagaimana, tapi saat itu seluruh tubuh korban berkeringat sejak busa keluar dari mulutnya tapi korban masih sadar," urainya.
Di jalan raya, Jarot dan Kobar berhasil meminta bantuan satu unit kendaraan roda empat (milik seorang Polisi dari Atambua) untuk mengantar korban ke Rumah Sakit.
Pada sat itu, Kobar menemani korban di atas mobil, sedangkan Jarot dan beberapa orang lainnya bergegas dengan mengendarai sepeda motor.
Ketika tiba di RSUD Kefamenanu, kata Jarot, Korban sempat minta untuk turun untuk berjalan masuk ke rumah sakit karena hendak membuang ludah. Saat membuang ludah, ada banyak darah yang keluar dari mulut korban. Korban sempat mengeluhkan sakit dan menangis saat berada di Rumah Sakit Umum.
"Ternyata dia mau jalan sendiri karena mau buang ludah," jelas Jarot.
Ia menambahkan, saat tiba di RSUD Kefamenanu tim medis langsung mengambil tindakan. Korban sempat meminta untuk diurut.
Perihal penyebab kematian lain sebagaimana yang tersebar di media sosial dan pemberitaan, Jarot membantah keras hal tersebut.
Ia menuturkan, ketika masih berada di TKP hingga di Rumah Sakit, semua orang tahu bahwa korban masih sadar dan bisa berbicara dan meminta untuk diberi air minum serta berbicara dengan orangtuanya.
"Kalau memang ada dugaan tindak kekerasan yang mengakibatkan korban meninggal, pasti dia tidak tinggal diam, dia pasti akan cerita kalau dia kena pukul. Saat cari sapi juga dia yang pegang parang kalau dia dipukul juga pasti dia melawan. Ipang juga suruh kami panggil dia punya mama," beber Jarot.
Hal senada disampaikan Li Bilo (anak pemilik sapi) saksi turut ambil bagian mencari sapi milik orangtuanya.
Menurut Li Bilo, pasca dipagut ular, korban sempat diantar ke rumah Nolus Nurak (pria yang terkenal bisa menyembuhkan orang yang dipagut ular berbisa).
Namun yang bersangkutan tidak berada di tempat. Oleh karena itu, korban langsung diantar ke RS Leona Kefamenanu namun ditolak karena RS Leona tidak memiliki obat penawar racun.
"Jadi kami ke RSUD (Kefamenanu) lagi untuk segera diambil tindakan medis", tukasnya. (*)