Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA--Para siswa dan guru di SMAN 2 Nubatukan Kabupaten Lembata merayakan hari guru dengan meriah, meski tetap dalam kendali protokol kesehatan pandemi Covid-19. Selama seminggu sejumlah perlombaan dan bakti sosial digelar menyongsong peringatan hari guru.
Ada bakti sosial di Gereja Santo Arnoldus Jansen Waikomo, perlombaan futsal dan bola voli, jalan santai diiringi drumband, lomba pidato Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, dan penanaman pohon di lingkungan sekolah.
Jalan santai dan penanaman pohon yang dilaksanakan pada Rabu, 24 November 2021 juga dihadiri langsung oleh Camat Nubatukan, Fransiskus B Dangku.
Di hadapan para siswa SMAN 2 Nubatukan, Fransiskus Dangku menyampaikan rasa hormatnya yang tinggi kepada para guru.
"Ungkapan terima kasih terbaik itu dengan cara bersekolah dengan baik. Itu ungkapan terbaik ketika guru lihat siswanya sukses dalam hidup dan pekerjaan," katanya.
Kehadiran Guru Masih Penting di Tengah Pandemi Covid-19
Plt Kepala SMAN 2 Tobias Temalan mengungkapkan perayaan Hari Guru Nasional tahun ini tentu berbeda karena situasi pandemi Covid-19. Akan tetapi, refleksi tentang peran guru di tengah masa pandemi seperti ini masih terus dilakukan termasuk di SMAN 2 Nubatukan.
Tobias berujar pandemi corona memang tantangan yang mendorong para guru untuk kreatif mengajar.
"Apapun situasinya, apapun kondisinya, guru harus tetap menjalankan tugas," ungkapnya.
Di tengah pandemi, guru, baginya, tetap menjadi bagian paling penting dalam pendidikan. Hal ini terbukti menurutnya saat diberlakukannya 'Belajar Dari Rumah' selama masa pandemi.
Meski semua daya upaya dilakukan untuk tetap menyalurkan pengetahuan kepada peserta didik, akan tetapi tidak bisa menggantikan kehadiran guru secara fisik di sekolah.
"Guru kan tidak hanya mengajar. Tapi juga mendidik, menanamkan nilai-nilai. Jadi kalau siswa di rumah, itu salah satu kendalanya sulit dipantau," tandasnya.
Hal senada juga diutarakan Guru Agama SMAN 2 Nubatukan Albertus Muda Atun, yang merefleksikan tema umum Hari Guru Nasional yakni 'Bergerak Dengan Hati'.
Di tengah situasi pandemi seperti ini, menurut Albertus yang paling pertama adalh menempatkan semua itu dengan hati, sehingga anak anak menganggap kehadiran guru, bahwa guru ada untuk anak-anak dan juga sebaliknya.
"Siswa harus jadi subjek dari proses pembelajaran. Wujud nyatanya keterlibatan kita dengan anak, berdialog, bersenda gurau, berkomunikasi dengan mereka," ungkap salah satu guru pegiat literasi di Lembata ini.
Menurutnya, para peserta didik harus dirangkul kembali sehingga mereka merasa bagian dari proses pendidikan, bukan hanya guru saja.
Menurut dia, pada suatu waktu bisa jadi semua pembelajaran dilakukan secara online tapi saat ini posisi guru belum bisa tergantikan dengan teknologi apapun. Dia menilai pembelajaran secara online tidak bisa merepresentasikan pertemuan antar subjek guru dan peserta didik, salah satu faktor penting dalam pendidikan.
"Banyak ambiguitas dalam daring. Bayangkan saja, dari sekian banyak sosialisasi secara online malahan banyak guru yang kesulitan apalagi kalau anak murid. Nah, ini yang saya bilang dengan hati dan keterlibatan. Teknologi secanggih apapun tetap tidak bisa gantikan guru. Sesekali kehadiran secara langsung itu sangat berguna," pungkas Albertus Muda Atun.(*)