Rizieq Shihab Segera Bebas, Mantan FPI Diusulkan Jadi Dubes RI untuk Afghanistan Versi Taliban
POS-KUPANG.COM - Muhammad Rizieq Shihab (MRS) belum menikmati alam kebebasan. Saat ini mantan imam besar Front Pembela Islam (FPI) masih dalam tahanan Bareskrim Mabes Polri.
Penahanan yang dijalankan MRS saat ini merupakan perpanjangan penahanan sebelumnya.
Perpanjangan penahanan tersebut berdasarkan penetapan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta nomor: 1831/Pen.Pid/2021/PT. DKI tertanggal 5 Agustus 2021 untuk jangka waktu 30 hari.
Rizieq Shihab dijadwalkan akan menyelesaikan masa tahanannya pada tanggal 7 September 2021, demikian menurut Kajari Jakarta Timur, Arditor Muwardi.
Itu berarti tinggal dua minggu lagi Rizieq Shihab baru bisa menghirup udara kebebasan dan keluar dari tahanan.
Bagaimana kondisi terkini Rizieq Shihab di dalam tahanan, apa saja kesibukannya?
Aziz Yanuar, kuasa hukum Rizieq Shihab, mengungkapkan bahwa kliennya yang sedang menjalani penahanan di Bareskrim Mabes Polri dalam kondisi baik-baik saja.
"Alhamdulillah beliau sehat," kata Aziz Yanuar menjawab media, Minggu 15 Agustus 2021.
Meski berada dalam tahanan, menurut Aziz Yanuar, Rizieq Shihab memiliki sejumlah kesibukan selama menjalani masa tahanannya.
Menurut Aziz Yanuar, kliennya mengisi waktu di dalam tahanan dengan berdakwah dan menulis.
Siapa saja yang mendampingi atau mengunjunginya di tahanan, menurut Aziz Yanuar, belum ada yang mengunjunginya di tahanan.
Meski belum keluar dari tahanan, banyak orang mulai berpikir peran apakah yang dijalankan Rizieq Shihab setelah keluar dari tahanan?
Mungkinkah dia akan kembali menjadi imam besar sebagaimana diemban sewaktu Front Pembela Islam (FPI) masih eksis?
Organisasi apakah yang akan dimasuki atau dibentuknya lagi karena FPI sudah resmi dibubarkan pemerintah.
Menjadi penganggur tentu tidak mungkin untuk orang sekelas Muhammad Rizieq Shihab yang sudah mengenyam pendidikan pasca sarjana.
Nah, sementara ini ada ide mengejutkan untuk peran baru yang layak diemban Rizieq Shihab usai keluar dari tahanan.
Adalah Prof. Dr. Ronnie H. Rusli. Guru besar Universitas Indonesia (UI) ini mengusulkan agar sekeluar dari penjara Rizieq Shihab sebaiknya diberi jabatan sebagai Duta Besar Indonesia untuk Afghanistan.
Menurut Prof. Rusli, secara akademik Habib Rizieq cocok mengemban jabatan sebagai Dubes RI pada pemerintahan Taliban yang bakal berkuasa di Afghanistan.
“Lebih cocok HRS setelah bebas jadi Dubes RI di Pemerintahan Taliban di Afghanistan menurut pendapat secara akademis karena lancar berbahasa Arab sama persis dengan bahasa yang digunakan di Qatar tempat pemimpin Taliban berada selama pendudukan Amerika di Afghanistan,” kata Ronnie dalam tulisan di akun jejaring media sosial Twitter pribadinya, @Ronnie_Rusli, Selasa 17 8 2021.
Memang Prof. Rusli tidak menjelaskan secara eksplisit alasannya mengusulkan Rizieq Shihab menjadi Dubes RI untuk Afghanistan.
Juga belum ada konfirmasi dari pihak Rizieq Shihab sendiri, apakah usulan itu disetujui atau ditolak.
Begitupun pihak pemerintah dan DPR RI hingga saat ini belum menanggapi usultan tersebut
Tetapi, kalau melihat latar belakangnya Rizieq Shihab yang pernah memimpin FPI dan dianggap sebagai kelompok Islam radikal, tampaknya Rizieq cocok untuk membangun lobi politik dengan Taliban.
Untuk diketahui kelompok Taliban telah menguasai Ibu Kota Afghanistan Kabul, sementara Presiden Afghanistan Ashraf Ghani telah melarikan diri pada awal pekan ini untuk menghindari pertumpahan darah.
Dengan "penyerahan kekuasaan" itu, praktis Taliban kini kembali menjadi penguasa Afghanistan setelah 20 tahun invasi AS.
Lantas, siapa sebenarnya kelompok Taliban?
Awal Mula Taliban
Dalam bahasa Pashto, "Taliban" memiliki arti "pelajar". Hal ini merujuk pada anggota kelompok yang pernah belajar di bawah Mullah Omar.
Mullah Omar sendiri merupakan pendiri Taliban dan menjadi komandan pasukan mujahidin untuk mendorong Uni Soviet keluar dari Afghanistan pada 1989.
Sementara kelahiran Taliban pada 1994 tak lepas dari ketidakstabilan politik dalam negeri setelah penarikan Uni Soviet.
Mullah Omar membentuk Taliban dengan 50 pengikutnya untuk menentang ketidakstabilan, korupsi, dan kejahatan di Afghanistan.
Janji mereka adalah memulihkan perdamaian dan keamanan, serta menegakkan syariah atau hukum Islam versi mereka setelah berkuasa, seperti dikutip dari BBC.
Memimpin Afghanistan
Tak butuh waktu lama, Taliban dengan cepat memperluas pengaruh mereka dan merebut Kabul pada 1996, ketika rakyat kecewa dengan ketidakstabilan negara.
Mereka juga sukses menggulingkan Presiden Afghanistan saat itu Burhanuddin Rabbani yang dikenal sebagai salah satu bapak pendiri mujahidin Afghanistan dan penentang pendudukan Soviet.
Dua tahun kemudian, Taliban berhasil menguasai 90 persen wilayah Afghanistan. Penduduk Afghanistan yang lelah dengan adanya perang saudara setelah penarikan Soviet, umumnya menyambut Taliban saat muncul sebagai penguasa.
Popularitas awal Taliban disebabkan oleh keberhasilan mereka dalam memberantas korupsi, membatasi pelanggaran hukum, dan membuat jalanan di bawah kendali mereka.
Di satu sisi, Taliban melarang televisi, musik dan bioskop, melarang anak perempuan berusia 10 tahun ke atas pergi ke sekolah, dan memaksa perempuan untuk mengenakan burqa.
Melindungi Osama bin Laden
Setelah serangan gedung WTC 11 September 2001 di New York, AS, Taliban memberi perlindungan bagi pemimpin Al Qaedah Osama bin Laden yang disebut sebagai pelaku utama teror.
Ketika Taliban menolak tuntutan AS agar menyerahkan bin Laden, pasukan AS menyerbu Afghanistan dan dengan cepat menggulingkan pemerintahan Mullah Omar.
Mullah Omar dan para pemimpin Taliban lainnya kemudian berlindung di Pakistan ketika sedang melakukan kampanye pemberontak untuk mendapatkan kembali kekuasaan di Afghanistan.
Kendati demikian, Taliban secara perlahan mendapatkan kembali pengaruhnya di sebagian wilayah Afghanistan.
Pemimpin Taliban Mullah Omar diyakini tewas pada 2013, meski Taliban tidak mengumumkan kematiannya hingga 2015.
Saat itu, Taliban mengakui bahwa mereka telah menutupi kematian Mullah Omar yang diklaim karena masalah kesehatan di Pakistan.
Pada 2016, serangan pesawat tak berawak AS di Pakistan menewaskan penerus Mullah Omar, Mullah Akhtar Mohmmad Mansour, dikutip dari The Wall Street Journal.
Selanjutnya, Taliban dipimpin oleh Mawlawi Haibatullah Akhundzada, seorang Pashtun dari Kandahar yang pernah memimpin pengadilan Islam kelompok tersebut.
Taliban memiliki dewan pemimpin atau dikenal sebagai Quetta Syura yang berbasis di Pakistan, untuk memandu keputusan kelompok itu.
Taliban sangat bergantung pada perdagangan narkoba ilegal Afghanistan untuk pendanaan. Kelompok tersebut mengenakan pajak pada petani opium dan produsen heroin yang bekerja di wilayah kekuasaannya.
Taliban juga mengenakan pajak pada bisnis, keuntungan dari perdagangan bahan bakar di daerah perbatasan di bawah pengaruh mereka, dan mengoperasikan tambang ilegal di negara itu.
Kelompok ini disebut menerima dana dari para pendukungnya di Pakistan dan Teluk.
Peneliti North Atlantic Treaty Organization memperkirakan, Taliban bisa mengumpulkan sebanyak 1,6 miliar dollar AS per tahun.
Sumber: Tribun-Timur.com/kompas.com