Memaknai Ramadan dengan Semangat Bertoleransi
Oleh : Syarifuddin Darajat
Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Kupang
Firman Allah Dalam Alqur’an bahwa: “ Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana.
Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk” (Al Imran:103).
Fondasi utama bagi kaum muslimin dalam membangun semangat Persaudaraan (Ukhua) atau toleransi dalam Kehidupan Kehidupan bermasyarakat.
Konsep ukhua tebagi menjadi tiga, yaitu ukhua Islamiyah, ukhuah Watoniah dan ukhua Insaniah, yang dalam filosofi kehidupan bernegara dikenal dengan istilah toleransi antar interen umat beragama, antar umat beragama, dan antar umat beragama dengan pemerintah, merupakan merupakan satu mata rantai yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Melihat Konteks di atas, maka bulan ramadhan telah memberikan nuansa tersendiri bagi umat Islam di dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang multikutural. Perbedaan suku bangsa tidak menjadi penghalang bagi keyakinan dan kenyamanan umat Islam dalam beribadah kepada Allah SWT.
Akan tetapi menjadi sebuah kekuatan bagi umat Islam dibulan ramadhan untuk melaksanakan Ibadah Puasa menahan segala hawa nafsu dengan penuh kesabaran,demi meraih Kasih Sayang (rahmah), pengampunan (Magfirah), dan pembebasan api neraka (Qotlan Minannar) Dari Allah SWT. Hal ini tertegaskan dalam Alqur’an bahwa: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti (Al.Hujarat:13).
Bagi umat Islam bulan ramadhan merupakan momentum yang baik untuk membangun semangat beribadah dalam konteks Islam berkemajuan, yang penerapannya dilakukan dengan pola penyebaran islam secara damai, menuju masyarakat muslim yang aman, toleran dan harmonis.
Fondasi utamanya adalah Islam sebagai Agama penuh Kasih sayang bagi semesta alam (Rahmatan Lil’alamin) sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits. Dalam artian bahwa kehadirannya Islam di tengah kehidu¬pan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam. Firman Allah SWT bahwa:” Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (rahmatan liralamin) (Al-Anbiya:107).
Konteks Ayat ini dapat dihubungkan dengan komitmen umat Islam dalam membangun hubungan toleransi antar intern umat beragama, antar umat beragama, dan antar umat beragama dengan pemerintah di Indonesia.
Semangat berkomitmen dalam bertoleransi ini perlu dikuatkan dan dijaga secara baik oleh semua umat beragama dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, karena secara sosiologis-antropologis proses sosial ini telah berlangsung secara turun-temurun oleh nenek moyang kita dalam kehidupan masyarakat Indonesia, baik secara individu, kekeluargaan, kekerabatan, maupun secara institusi, baik itu instusi sosial keagamaan, sampai pada institusi pemerintah.
Sandaran dasar ini dijelaskan dalam Firman Allah SWT Bahwa “ Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu (QS. Annisa:1).
Pada sisi lain di bulan Ramadan ini juga merupakan momentum yang tepat, untuk memperkuat toleransi demi terciptanya kedamaian. Kekuatan kasih sayang dan semangat menciptakan kedamaian akan mampu mengendalikan hawa nafsu.
Ramadhan ini juga menjadi momentum untuk bermuhasyabah, demi terjaganya sikap toleransi antar Interen umat beragama, antar umat beragama dan umat beragama dengan pemerintah, terciptanya kehidupan masyarakat aman dan tentram.
Jadikanlah perbedaan sebagai sebuah rahmat, Kalau ada perbedaan jangan coba dipaksa sama, dan kalau ada yang kesamaan jangan lagi di bedakan, akan tetapi sikapi perbedaan dan kesmaan ini dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman Bahwa“Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan". (Almaidah:48),
Masyarakat Indonesia dalam perspektif sosial, adalah sebuah sistem sosial kemasyarakatan yang terbentuk karena adat, adat bersendikan agama dan agama bersendikan kitabullah. Dalam koteks ini bahwa Negara menjamin kemerdekaan beragama seperti dalam pasal 29 UUD 1945 Bahwa “ Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk beribadat sesuai dengan agama dan Keyakinannya itu.
Karena itu setiap perbedaan harus disikapi secara arif dan bijaksana. Jangan sampai ego spiritual menjadi penyebab intoleransi dengan cara saling mencaci, mengejek, dan menghina antara sesama anak bangsa, akan tetapi marilah kita hargai perbedaan ini dengan bijaksana dalam satu bingkai Negara kesatuan Republik indonesia.
Allah SWT berfirman bahwa:“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.
Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”(QS. AlHujarat:11).